Meskipun Pokhara merupakan kota terbesar kedua di Nepal, namun kondisinya sangatlah kontras jika dibandingkan dengan Kathmandu atau kota-kota lainnya. Pokhara adalah sebuah kota yang santai, serta penduduknya ramah dan menyenangkan. Kota ini adalah gerbang masuk bagi setiap petualang yang ingin mengeksplor Himalaya pada Range Annapurna.
Pada akhir shalat subuh yang beku, saya menyelipkan doa agar dapat melihat Himalaya. Karena sejak kedatangan kami di Nepal, tak sedikitpun lekuknya yang dapat kami nikmati. Saputan debu tebal yang mengisi angkasa selama berhari-hari, telah menghalangi kami dari menikmati pemandangan agung itu.
Pernah pada suatu masa dalam perjalanannya, kekuatan perdana menteri Kerajaan Nepal beserta kroninya jauh lebih berkuasa daripada sang raja. Bahkan suksesi perdana menteri bukan ditentukan oleh titah raja, kesepakatan parlemen, ataupun suara demokratis rakyat. Melainkan diwariskan berdasarkan garis keturunan.
Taksi mungil yang membawa kami menuruni area perbukitan Swayambhunath melaju gesit di dalam labirin Kathmandu yang berliku. Bergerak menusuk keriuhan dalam jalanan sempit yang diapit tembok-tembok bata tua mengangkasa. Inisiatif sang supir yang membawa kami memotong jalan melalui daerah penduduk yang padat justru saya syukuri, karena dengannya saya bisa melihat wajah Kathmandu yang renta namun […]
Saya mengerjapkan mata dari balik selimut yang menutup hampir seluruh tubuh. Menatap ke arah kaca jendela yang buram oleh peluh air di awal fajar. Di luar sana, jingga mentari yang masih lemah membias halus dalam kabut, menghadirkan siluet persegi dan kubus-kubus bata. Suprabhat. Namaste Kathmandu!