Biasanya orang selalu memasukkan kunjungan ke Grand Palace ke dalam agenda mereka selama berada di Bangkok. Terutama untuk yang baru pertamakali menjejakkan diri di ibukota negara Thailand tersebut. Namun, seringkali mereka melewatkan kunjungan ke kompleks Istana Dusit, yang merupakan salah satu bagian dari kekayaan dan kejayaan kerajaan itu.
Banyak orang yang tidak menyadari jika harga tiket masuk Grand Palace yang lumayan mahal itu, sebenarnya menjadi satu paket dengan tiket masuk ke dalam kompleks Istana Dusit. Mungkin pula gemerlap Grand Palace yang mempesona, membuat mereka berpikir itu adalah puncak dari segala keagungan yang dimiliki sang raja. Sehingga Istana Dusit tak akan sanggup menandinginya.
Namun jangan salah, justru kompleks Istana Dusit menyimpan detail pelengkap lainnya tentang apa yang dimiliki oleh Raja Siam dan keluarganya.
Istana Dusit: Taman Surgawi Sang Raja

Perjalanan besar ke Eropa Raja Siam Rama V Chulalongkorn di tahun 1897 yang pada awalnya bertujuan untuk menilai kemajuan pendidikan para putranya dan menjalin persahabatan dengan bangsa Eropa, justru menginspirasi dirinya untuk membangun sebuah istana baru, akibat bertambah sesaknya lingkup tempat tinggalnya di Grand Palace.
Karena istana agung tersebut terus tumbuh berkembang demi mengakomodir kebutuhan administrasi pemerintahan, dan bertambahnya anggota keluarga kerajaan akibat gaya hidup poligami sang raja.
Ia mengkonsepkan sebuah kompleks istana yang dikelilingi oleh taman-taman rindang dan luas, serta kanal-kanal sebagai pemisah.
Sebuah tempat dimana ia dan keluarganya dapat menghabiskan hari-hari yang jauh lebih berkualitas, daripada di Grand Palace yang pengap dan panas.
Nama Suan Dusit yang berarti Taman Surgawi dipilihnya untuk istana barunya itu. Namun, dengan semakin sempurnanya istana tersebut sebagai tempat tinggal permanen bersama keluarga, ia merubah nama kompleks istana itu menjadi Wang Dusit yang berarti Kediaman Surgawi.

Selama beberapa waktu, kompleks Istana Dusit kemudian menjadi tempat tinggal resmi Raja dan keluarganya. Terhitung Raja Rama V Chulalongkorn dan keluarga dua putra suksesornya, yaitu Raja Rama VI Vajiravudh dan Raja Rama VII Prajadhipok juga pernah tinggal di kompleks istana surgawi itu.
Begitu pula dengan cucunya yang menjadi penguasa Thailand saat ini, yaitu Raja Rama IX Bhumibol Adulyadej, yang memilih Chitralada Royal Villa sebagai kediamannya, setelah sebelumnya sang kakak Ananda Mahidol yang bergelar Raja Rama VIII tewas secara misterius di Aula Singgasana Boromphiman yang merupakan bagian dari Grand Palace.
Terlepas dari Chitralada Royal Villa yang saat ini masih berfungsi sebagai tempat kediaman resmi raja Thailand, kompleks Istana Dusit yang terdiri atas tiga belas bangunan inti, kini lebih difungsikan sebagai area pameran yang menyimpan sejarah keluarga serta kekayaan kerajaan yang bernilai tinggi. Dan dua di antaranya, yang sangat memukau perhatian saya adalah Vimanmek Mansion dan Aula Singgasana Ananta Samakhom.
Vimanmek Mansion: Istana Kayu Jati Rama V
Saya mengunjungi Vimanmek Mansion pertamakali pada tahun 2010, bertepatan dengan kunjungan saya yang pertama ke kota Bangkok. Istana yang diklaim sebagai bangunan kayu jati terbesar di dunia itu sungguh memukau saya, sehingga saya kembali mengunjunginya untuk yang kedua kalinya pada tahun 2014.
Kunjungan yang pertama terasa sangat cepat, karena saya masuk bersama rombongan tur kecil yang dipimpin oleh seorang pemandu. Dengan bahasa Inggris beraksen Thai yang kental, pemandu itu menjelaskan secara detail tentang apa saja yang kami lalui di dalam istana kayu jati itu. Kami tak dapat berlama-lama untuk mengagumi apa yang ada, karena rombongan selanjutnya sudah menanti giliran di belakang.

Maka, saya merasa beruntung ketika kembali mengunjunginya di awal tahun 2014. Karena pada waktu itu saya dapat masuk ke dalamnya, tanpa bergabung dalam rombongan tur. Namun sayangnya, ada beberapa ruangan yang tak bisa saya akses seperti pada kunjungan yang pertama. Padahal saya ingin mengamati detailnya lebih lekat. Di antaranya adalah ruang tidur raja yang terletak pada bagian oktagonal istana.
Vimanmek Mansion merupakan tempat tinggal permanen pertama yang dibangun di dalam kompleks Istana Dusit pada tahun 1900. Atas perintah langsung Raja Chulalongkorn, bangunan Mundhat Ratanarot Mansion dari Istana Chudhadut di Koh Sri Chang, Chonburi, dibongkar dan dibangun ulang di kompleks Istana Dusit di bawah pengawasan Pangeran Narisra Nuwadtiwongse.

Setelah bangunan ini diresmikan pada tangal 27 Maret 1901, Raja Chulalongkorn segera berpindah dari Grand Palace, dan menempatinya selama lima tahun. Sebelum kemudian ia pindah ke Ambara Villa hingga akhirnya hayatnya di tahun 1910. Setelah kematiannya, istana kayu jati ini dikosongkan, dan semua anggota keluarga kerajaan kembali pindah ke Grand Palace.
Menjelang berakhirnya kekuasaan Raja Rama VI Vajiravudh, ia mempersilahkan salah satu istrinya, yaitu Ratu Indrasakdi Sachi untuk tinggal di Vimanmek Mansion hingga sang raja mangkat. Sementara Raja Rama VII Prajadhipok yang menjadi penggantinya, justru memfungsikan istana tersebut sebagai fasilitas penyimpanan Biro Rumah Tangga Kerajaan.
Namun pada tahun 1981, Ratu Sirikit yang merupakan istri dari Raja Bhumibol Adulyadej, menginisiasi untuk mengubah fungsi Vimanmek Mansion menjadi bangunan pameran yang dipersembahkan demi mengenang kejayaan hidup dan pencapaian Raja Chulalongkorn. Karena, ia dikenal sebagai raja pembaharu yang berhasil mengantarkan Siam memasuki dunia modern, serta dengan kebijakannya membuat negeri tersebut terhindar dari sistem kolonialisasi bangsa barat.

Berbeda dari Grand Palace yang sangat kental dengan arsitektur Thai dan Khmer klasik, maka Vimanmek Mansion sarat dengan pengaruh barat yang sangat popular pada awal abad 20. Bangunannya terbagi atas dua sayap bersudut, yang masing-masing memiliki panjang 60 meter dan tinggi 20 meter. Terdiri dari tiga lantai, kecuali bagian tempat tinggal Raja Chulalongkorn yang berbentuk oktagonal dan berlantai empat.
Setiap pengunjung yang akan memasuki Vimanmek Mansion, terlebih dahulu harus meletakkan semua barang bawaannya termasuk kamera, telepon genggam, dan gadget lainnya, di dalam loker khusus yang telah disediakan. Dan demi menjaga bagian dalam istana yang terbuat dari kayu jati itu, semua alas kaki pun harus dilepas. Saya sangat tidak menyarankan untuk melanggar aturan tersebut, karena meskipun secara attitude orang Thai termasuk sopan, namun mereka dapat menindak dengan sangat tegas pada setiap pelanggar peraturan.

Sejauh yang saya ingat, lantai Vimanmek Mansion merupakan kayu jati berpelitur yang cukup licin, kecuali pada bagian-bagian yang terlapisi oleh karpet-karpet tebal. Nuansa Eropa sangat terasa pada bagian dalamnya, begitu pula dengan barang-barang yang menghiasinya.
Saya mengingat ruang makan raja yang terdiri atas delapan kursi, yang konon masing-masing dilapisi oleh kulit dari seekor buaya. Sementara peralatan-peralatan perak, keramik, kristal, serta gading tersebar hampir di setiap ruangan.

Foyer serta tangga utama pada bagian kedatangan sebelah timur menyiratkan keterbukaan pemikiran Raja Chulalongkorn yang tidak khawatir terhadap dunia barat. Jika saja tak ada lukisan gambar diri sang raja bersama salah satu permaisurinya –Savang Vadhana-, mungkin saya akan lebih merasa sedang berada dalam bangunan istana bangsa barat dibandingkan bangsa timur. Begitu pula dengan ruang belajar, perpustakaan, aula singgasana, ruang makan, hingga kamar pribadi raja. Semuanya dirancang dengan pengaruh barat yang sangat kental.
Namun begitu, citarasa Thai juga tetap disisipkan melalui detail-detail lainnya, seperti pada kain-kain pelapis ranjang, dining-set di dalam kamar tidur, serta baju-baju yang dikenakan oleh raja dan keluarganya pada lukisan-lukisan yang menghiasi dinding istana.
Ananta Samakhom: Pusaka Kerajaan Siam
Dari semua bangunan yang berada di kompleks Istana Dusit, maka Aula Singgasana Ananta Samakhom ini adalah yang paling memukau. Tidak hanya dari segi arsitekturnya saja, melainkan juga semua koleksi yang berada di dalamnya.
Meskipun pembangunannya dimulai pada masa pemerintahan Raja Chulalongkorn di tahun 1907, aula singgasana ini sendiri baru selesai dibangun pada masa pemerintahan Raja Vajiravudh yang menggantikannya.
Bangunan yang dikerjakan selama delapan tahun dan menghabiskan dana hingga 15 juta baht ini, mengadaptasi langgam Neo Classic dan Italian Renaissance, dimana pualamnya diimpor langsung dari Carrera, Italia.

Aula singgasana ini, dirancang oleh Mario Tamagno dan Annibale Rigotti dalam konstruksi rotunda pualam bertingkat dua, dimana ukirannya dikerjakan oleh Vittorio Novi dan Rudolfo Nolli. Bangunan ini memiliki dimensi tinggi kurang lebih 49,5 meter, lebar 49,5 meter dan panjang 112,5 meter. Yang dilingkupi oleh sebuah kubah raksasa di bagian tengah, dan enam buah kubah kecil lain yang mengelilinginya.
Sementara lukisan pada dinding dan kubah yang menghiasi bagian dalam Ananta Samakhom dikerjakan oleh Galileo Chini dan Carlo Riguli yang merupakan pelukis istana yang mengabdi pada Raja Chulalongkorn. Lukisan yang dikerjakan oleh dua seniman tersebut, menggambarkan sejarah dinasti Chakri sejak Raja Rama I hingga Raja Rama VI.


Raja Rama I digambarkan pada kubah bagian utara, dalam adegan ketika ia memimpin pasukannya kembali ke Siam setelah mengalahkan pasukan Khmer, dan kemudian dinobatkan sebagai raja Siam pertama. Kemudian di kubah bagian timur digambarkan kontribusi Raja Rama II dan Rama III pada seni, yang memerintahkan pembangunan Kuil Kerajaan. Dan di kubah bagian selatan digambarkan Raja Rama V yang menghapus sistem perbudakan.
Ada pula lukisan tentang Raja Rama IV yang dikelilingi oleh berbagai pemimpin agama di kubah bagian barat, sebagai penggambaran atas sokongan beliau terhadap berbagai macam agama yang dianut di Siam. Sedangkan lukisan pada bagian tengah aula menggambarkan tugas-tugas kerajaan yang diemban oleh Raja Rama V dan Rama VI.
Selain itu pada bagian dinding balkon kubah utama terdapat lukisan wanita Eropa memegang karangan bunga, yang merepresentasikan dedikasi tinggi terhadap tugas-tugas kerajaan. Sementara daun-daun palem gemerlapan di bawahnya merupakan perlambang kejayaan dan kemenangan.



Dalam sejarahnya, setelah monarki absolut Siam tumbang pada masa pemerintahan Raja Prajadhipok di tahun 1932, aula singgasana ini sempat beralih fungsi menjadi gedung parlemen. Hingga kemudian dikembalikan lagi kepada Raja Bhumibol Adulyadej sebagai bagian dari kompleks Istana Dusit, setelah gedung parlemen yang baru berdiri di bagian utara aula singgasana Ananta Samakhom.
Dan sejak tahun 2008, aula singgasana ini resmi beralih fungsi menjadi museum bagi karya-karya seni kerajaan yang dikelola oleh Queen Sirikit Institute.


Serupa dengan Vimanmek Mansion, setiap pengunjung yang akan memasuki aula singgasana inipun diharuskan untuk meninggalkan barang bawaannya dalam sebuah loker khusus. Dan karena aula singgasana ini dianggap sebagai bagian dari istana, maka standar pakaian yang digunakan oleh pengunjung pun diterapkan. Seperti misalnya harus menggunakan baju yang sopan dan tertutup; serta larangan menggunakan baju tanpa lengan, celana pendek, celana selutut, dan jeans robek. Bahkan wanita yang menggunakan celana panjang pun dianggap kurang sopan. Dan untuk itu, mereka juga menyediakan kain yang dapat digunakan oleh pengunjung tanpa dipungut bayaran.
Yang saya suka dari fasilitas museum ini adalah adanya digital audio guide yang disediakan bagi pengunjung. Jadi setelah melewati gerbang metal detector, dan pemeriksaan oleh petugas di pintu masuk, maka kita dapat meminjam perangkat pemandu tersebut di sebuah konter yang telah disiapkan. Perangkat yang berbentuk seperti pesawat telepon itu berisi keterangan audio dalam berbagai macam bahasa internasional, salah satunya adalah bahasa Inggris. Penggunaannya pun mudah, kita cukup menginput angka sesuai dengan nomor katalog karya seni yang sedang kita nikmati. Maka setelah itu, kita dapat mendengarkan segala macam info tentangnya, sembari mengamati detail benda yang kita hadapi.

Koleksi yang mengisi museum ini di antaranya adalah: Busabok Mala atau Singgasana Raja Siam yang merupakan replika dari Busabok Mala Maha Chakraphat Piman yang ditempatkan di Aula Singgasana Amarin Vinichai di Grand Palace. Meskipun replika, namun bahan penyusunnya terbuat dari emas dan perak yang bertabur berlian, dengan motif tumbuhan dan hewan-hewan mitologi. Singgasana beratap dan diapit oleh payung bertingkat ini, dirancang agar cukup diduduki oleh raja pada posisi yang cukup tinggi di aulanya. Hampir keseluruhan badan singgasana ini dipenuhi oleh ukiran yang sangat rumit. Konon diperlukan waktu satu tahun dengan melibatkan 285 seniman untuk menyelesaikan karya satu ini.
Selain itu adapula Wanares Bovorn Asana, yang juga merupakan singgasana raja. Hanya saja bentuknya lebih mirip kursi berdudukan kaki tanpa atap. Desainnya juga istimewa, dimana terdapat puluhan patung garuda berlapis emas menyangga dudukan sang raja, dengan puluhan lembaran daun emas berukir yang mengelilinginya.

Sebuah panel kayu jati berukir juga tak bisa lepas dari pengamatan saya. Ukurannya yang besar dan tinggi menjulang, sudah pasti menyita perhatian. Ukiran rumit yang menceritakan kehidupan di hutan Himavan serta cuplikan cerita rakyat Thai Sangthong, ditatahkan di atasnya dengan sangat detail. Selain itu juga ada tiga panel lainnya yang terbuat dari emas dengan relief kisah Ramayana di atasnya.
Model dari perahu raja bernama Sri Prapasorachai juga ditempatkan di dalam museum ini. Kapal tersebut aslinya dibuat pada masa Raja Rama I, namun kemudian hancur akibat bom pada masa perang dunia kedua. Dan hanya menyisakan haluannya saja, yang kini disimpan di Museum Nasional Bangkok.
Replika berukuran panjang 3,24 meter tersebut berisikan sebuah singgasana beratap dengan tujuh payung bertingkat lima. Yang keseluruhannya terbuat dari emas bertabur berlian, dan enamel berwarna yang melapisi bentuk Haera -mahluk mitologi setengah naga setengah buaya- yang mengisi bagian haluan. Selain itu juga ada dua model lainnya, yang merupakan replika dari perahu raja Sri Suphannahongse dan Suban Mongkol yang tak kalah indahnya.

Meskipun saya bukan pengamat seni yang baik, namun saya sangat menikmati kunjungan di museum satu ini. Karena begitu banyaknya benda seni yang menarik, baik dari segi rancangan, materi penyusun, tingkat kerumitan, hingga ukurannya. Tentu, akan menghabiskan waktu yang cukup lama jika berusaha melahap semua informasi yang berada di belakang masing-masing koleksi. Maka dengan panduan katalog, saya memilih benda-benda yang menjadi highlight dari museum ini.
Saya rasa kompleks Istana Dusit dan semua hal yang digelar di dalamnya pantas untuk dimasukkan ke dalam agenda kunjungan selama berada di Bangkok. Terlebih jika sebelumnya kita telah mengunjungi Grand Palace dengan tiket terusannya yang lumayan harganya. Kapan lagi khan bisa melihat lebih detail warisan pusaka raja-raja Siam? Mumpung ada di Bangkok!
*Semua foto interior Ananta Samakhom adalah milik Arts of Kingdom Thailand.
Majestic!
…
Btw, ini sih bukan sekedar tulisan Blog Mas. Ini sudah layak masuk buku sejarah…minimal Wiki.
Grande!
LikeLiked by 1 person
Hahaha kalau gitu besok aku bikin buku sejarah aja ya. Makasih Putra 🙂
LikeLike
Harga tiket masuk grand palace satu paket dengan istana dusit…. , emang istana dusit dekat dari situ ya bart ? Atau emang masih satu komplek ?
Alasan orang lebih terpukau sama grand palace karena mungkin lebih afdol ke negeri siam kalau ke bangunan yg berbau siam juga. Kebanyakan sih yang dibahas orang ttng Bangkok gak jauh jauh dari grand palace dab wat wat yg ada disana. Baru tahu loh ada bangunan bergaya eropa yg arsitektur luar dan dalamx keren banget kyk aula itu. Keren bart.
LikeLiked by 1 person
Istana Dusit agak jauh dari Grand Palace, sekitar 4 km an di sebelah utaranya. Mungkin itu juga alasan yang membuat orang malas ke sana. Tapi kalau punya waktu sih sebaiknya disambangi juga, menarik kok, dan dijamin gak nyesel kalau ke sana.
Grand Palace mungkin lebih memakau secara bangunan Thai nya, tapi di Dusit kita bisa melihat detail-detail Thai lainnya seperti singgasana raja, miniature perahu raja, dan lain-lain.
LikeLiked by 1 person
Wah kirain masih satu komplek gitu. Tapi kok bisa harga tiket grand palace masih satu paket dengan istana dusit ,
LikeLiked by 1 person
Sepertinya memang sengaja disatukan, supaya orang mau berkunjung 🙂
LikeLiked by 1 person
2 kali ke Grand Palace selalu sampai di depan aja. Gak kuat sama panasnya ternyata bagus ya
LikeLiked by 1 person
Nah kalau ke Dusit gak usah khawatir panas mbak, di dalam ruangan semua istana itu ber-AC, pasti betah deh 🙂
LikeLike
Dan yaa.. semakin ngubek2 blog lu, semakin menggila travel deh gue..,,untung Raja Ampat sudah tinggal berangkat, jadi bisa deh mulai jelajah dunia luar hihi
Thanks you Bartz, informasinya kece…
LikeLiked by 1 person
Duuuh dia bahas Raja Ampat. Tidaaaak, aku mupeng. Belum kesampaian ke sana 😦
Sama-sama Nik 🙂
LikeLike
Aku tuh baru nyadar beberapa minggu yang lalu bahwa meskipun aku udah tiga kali ke Bangkok, tapi semuanya dalam rangka transit, jadi gak ada yang bener-bener diniatin untuk eksplor kotanya. 😀 Pas ke Bangkok pertama kali sempet jalan sampe ke Istana Dusit sih, tapi aku lupa kenapa aku gak masuk. Habis itu pas jalan pulang pake nyasar segala (maklum tukang nyasar).
Foto-fotomu keren, Bart. Kalo gak salah di bawah kubah Ananta Samakhom itu dulu para pemimpin APEC berfoto pas KTT-nya di Bangkok ya? Lupa-lupa inget.
LikeLiked by 1 person
Nah kalau begitu, kita bisa rancang trip bareng ke Thai nih. Paling nggak keliling Bangkok dan sekitarnya.
Iya betul Bam, Ananta Samakhom selain difungsikan sebagai museum juga sering dijadikan ruang resepsi kenegaraan. Dan aku sempat melihat foto yang dirimu maksudkan itu. Termasuk KTT pemimpin ASEAN yang dihadiri oleh mantan ibu Presiden kita beberapa tahun lalu.
LikeLike
Bangkok, Ayutthaya (dan aku pengen nginep at least satu malam di daerah Ayutthaya), hmm kalo ke Sukhothai agak kejauhan sih ya, hehe.
LikeLiked by 1 person
Ah cocok! Aku juga pengennya gitu. Belum kesampaian ke Ayutthaya, dan aku gak mau kalau one day trip aja ke kota itu, pengen nginep di situ paling nggak semalam. Pengen nonton wayang airnya, makan udang sungainya, selain eksplor kuil-kuilnya.
Ke Sukhothai aja sekalian Bam. Aku pengen juga soalnya. Dengan begitu kita bisa mempelajari sejarah Siam yang memang dimulai dari Sukhothai, Ayutthaya, lalu Thonburi, sebelum berubah menjadi Siam dan Thailand. Kalau Kerajaan Lanna di utara dipisahkan gak papa, soalnya memang beda cerita.
LikeLike
Udang sungai!!! *langsung fokusku teralihkan* 😀
Iya, itu boleh juga. Tar coba kita atur-atur segala macemnya.
LikeLiked by 1 person
Hahaha kena khaaan! Itu sengaja aku tulis, dan umpanku langsung kau tangkap 😀
Siiip *langsung packing*
LikeLike
Udang itu salah satu kelemahanku. 😀
LikeLiked by 1 person
Hahaha ah Bama mah makanan apa aja juga lemah 😀
LikeLike
😀 😀
LikeLike
bener-bener mewah, gak bisa ngebayangin itu dibuat pada zaman dulu dan dijadikan istana. pantesan kalo di film-film thailand setting kuno istananya mewah, tak kira lebay ternyata beneran.
LikeLiked by 1 person
Mungkin itu sebabnya mereka memberikan nama Suvarnabhumi untuk tanahnya, yang berarti bumi emas 🙂
LikeLiked by 1 person
Lagi belajar sejarah. Tulisannya lengkap dan keren!
Duh, jadi keinget pelajaran sejarah pernah dapat merah.
LikeLiked by 1 person
Semoga bisa nambah pelajaran di sini ya. Hehehe anehnya dulu jaman sekolah aku juga gak suka sejarah, soalnya banyak hapalan tanggalnya dan gurunya gak asik 😀
LikeLike
Saya juga gak suka sejarah, untungnya ada tambalan dari nilai Kimia, kayaknya perlu belajar dari mas deh..
LikeLiked by 1 person
Nah, kalau aku justru Kimia jadi makanan sehari-hari sejak SMA sampai sekarang hehehe. Sama-sama Guh, aku juga masih belajar. Tapi bolehlah kita belajar bareng 🙂
LikeLike
Dulu pengin banget ambil tehnik kimia, malah jadi ke yang lain. Kalo sejarah saya jadi muridnya yak. Hehe
LikeLiked by 1 person
Nah jadinya ambil apa karena gak jadi teknik kimia? Sama-sama belajar ya Guh 🙂
LikeLike
Ambilnya kedokteran. Hihi.
LikeLiked by 1 person
Malah kerenan itu dong 🙂
LikeLike
Megah…Lumayan bikin bangga, asia tenggara masih mempunyai bangunan bersejarah yang masih bisa dinikmati hingga detik ini. Lumayan bikin penasaran, nanti nyoba ngeyoutube ah…
LikeLiked by 1 person
Dan Asia Tenggara merupakan salah satu tempat yang banyak memiliki peninggalan sejarah masa lalu yang megah-megah.
LikeLike
hooh dari candi, alam, bangunan dan banyak lainnya
LikeLiked by 1 person
Betul. Dan beruntung banget kita tinggal di Asia Tenggara, karena ongkos jalan-jalannya juga relatif murah 🙂
LikeLike
hohoho…mungkin gitu kali ya..soalnya belum pernah sih heheh
LikeLiked by 1 person
Ya bisa diukur dengan jalan-jalan di seputaran Jateng aja 🙂
LikeLike
hahahaha..iya deh gpp
LikeLiked by 1 person
Ya Tuhan, keindahan Istana Dusitnya bikin sesak napas. Gilak, saya nggak bisa ngomong apa-apa melihat Ananta Samakhom itu, keren banget, bak istana di Italia sana, eh memang arsiteknya berasal dari sana ya Mas. Duh, bangsa Siam ini memang muncul paling akhir di kroniknya Coedes tapi paling membekaslah kejayaannnya. Sampai sekarang pun masih berjaya! Terima kasih buat penerangannya di sini ya Mas, lengkap banget. Fix harus ke sini kalau main-main ke Bangkok, aaak ini mah satu kunjungan tak akan cukup!
LikeLike
Kronik Coedes! Aku harus baca-baca nih, kayaknya ini menarik. Makasih ‘ceplosan’ info singkatnya Gara.
Iya harus banget, wajib dirimu kesini kalau misalnya ke Bangkok. Aku jamin pasti suka 🙂
LikeLiked by 1 person
Itu sengaja Mas, “racun” supaya orang mau beli bukunya :haha. Sudah ada satu orang yang saya racuni, satu lagi… *agak songong sih tapi maafkanlah ya :haha*.
Sip sip, saya berdoa supaya bisa ke sana. Amin…
LikeLike
Dirimu meracuni orang yang benar Gara hahaha 😀
Insya Allah bisa kesana segera 🙂
LikeLiked by 1 person
Amin Mas, makasih yo.
LikeLiked by 1 person
sama-sama 🙂
LikeLiked by 1 person
Singgasana Ananta Samakhom itu arsitekturnya benar mengingatkan pada bangunan Eropa. Dome-nya cantik banget. Ulasan yg sangat menarik.
LikeLiked by 1 person
Iya mbak, memang Raja Rama V menginginkan bangunan baru aula singgasana nya bernuansa Eropa.
Buatku pribadi, ya kemarin itu lihat bangunan nuansa Erop di Asia dulu deh, siapa tau kapan-kapan bisa ke Eropa beneran hehe … Makasih mbak 🙂
LikeLiked by 1 person
bener2 megah … dan banyak yang berkilauan … banyak mengadopsi style eropa
ceritanya lengkap dan menarik ..
LikeLiked by 1 person
Betul, gak salah kalau Raja Thailand adalah raja paling kaya di dunia saat ini.
LikeLike
Informasi mengenai istana dusit nya lengkap dan detail. koleksi yang ada disini emang luar biasa yach, penuh taburan emas, perak dan berlian semua karya seni bermutu tinggi, ckckck terkagum-kagum membaca dan melihat fotonya.
LikeLiked by 1 person
Betul bangeeet, harus mampir ke sini deh Del kalau main ke Bangkok.
LikeLiked by 1 person
3 kali main ke Bangkok, gak pernah sekalipun menginjak Grand Palace walaupun udah ada di depannya. Entahlah mengapa. Tapi lebih suka ke Dusit terutama Vimanmek. Obsesi King Rama V ‘membawa’ Eropa ke City of Angel gak sia-sia.
LikeLiked by 1 person
Waaaah berarti tandanya harus ke Bangkok lagi nih Ri. Coba dong kunjungin, gak rugi deh, bener.
LikeLike
Ga tahan panasnya, malah mau ke Vimanmek lagi ini. Hehehehe.
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya sih emang dijemur kalau ke Grand Palace, either pagi atau sore sekalian. Jangan lupa mampir ke Ananta Samakhom Ri … Keren banget dah.
LikeLike
dekorasinya memang kaya khazanah ya Uda?
btw, benarkah thailand sebagai satu2nya negara asia yang tidak pernah dijajah asing? apa karena itu juga banyak bangunan bersejarah mereka masih berdiri tegak ya Da?
LikeLiked by 1 person
Banget. Detailnya luar biasa bang.
Iya betul, Thailand merupakan satu-satunya Negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Karena kebijakan yang dibuat Raja, selain itu juga memang raja-raja di masa kolonoalisme Eropa memiliki wibawa yang tinggi. Tapi efeknya juga, Thailand menganut falsafah ‘lesse majeste’ yang membuat tindakan penghinaan terhadap Raja dan keluarganya dipidana dengan hukuman yang sangat berat.
LikeLike
waduh.. selalu ada pisau yang menyayat terbalik ya.. but is okay.. paling tidak mereka masih punya budaya asli tanpa dipengeruhi kolonialisme hehe
LikeLiked by 1 person
Seperti yang kita lihat sih, mereka masih menjunjung tinggi budaya asli mereka.
LikeLike
cantik pula palace ni, macam best lah architecture nya! campuran italy dan local thailand.
LikeLiked by 1 person
Banget! Dan di sini tempat yg tepat untuk menebak seberapa kaya Raja Thailand itu. Bayangin aja, beliau ngasih hadiah mangkok berlapis emas, perak, dan permata ke ratunya. Dan ukuran mangkoknya itu bisa dipakai mandi berendam 3 orang dewasa 🙂
LikeLike
konon katanya, raja paling kaya di dunia ya raja thailand ini. pernah baca artikel analisanya, tapi lupa di media apa. yang jelas income terbesar dari tiket masuk wisatawan ke grand palace.
LikeLiked by 1 person
Nah, kalau artikel analisanya aku belum pernah baca mas. Tapi selentingan bahwa raja Thailand ini yg terkaya di dunia saat ini, sering dengar.
Tapi iya sih, kalau melihat apa yg dipajang di museum2nya bisa diamini. Itu baru yg dipamerin, apalagi yg disimpan dan gak dipamerinnya?
Btw kekayaan gak menjamin kebahagiaan sih. Kapan-kapan kalau ketemu aku ceritain deh, hal-hal yg gak bisa aku ceritain di sini. Takut diblacklist soalnya hahahaha
LikeLike
wah, ini menarik juga ya. ok, dicatet dulu. hahaha
LikeLiked by 1 person
Banget, dan harus. Karena tiketnya sepaket dengan Grand Palace nya. Rugi kalau gak dikunjungi, selain memang keren objeknya.
LikeLike
Ga sengaja nemu tulisanmu tentang Chiang Mai dan akhirnya penasaran sama yang kamu tulis tentang Thailand soalnya aku lagi bikin itin buat ke Thailand akhir taun ini dan suka banget sama tulisanmu Mas. kayaknya ini istana kudu dimasukin ke itin juga deh yang artinya kudu nambah hari juga cutinya. hahaha
LikeLiked by 1 person
Terimakasih sudah mampir, semoga dapat informasi yang cukup ya di sini. Kebetulan ada beberapa tulisan soal Thailand di sini 🙂
Memangnya berapa hari rencana berkunjung di Thailand nantinya?
LikeLike