Artikel ini pernah dimuat pada Rubrik GoodEscape di Majalah GoodLife volume 48/2015.
Saya tiba di Varanasi pada jam delapan pagi -tepat, sesuai dengan perkiraan- menggunakan kereta malam dari Kolkata. Kereta sempat melintasi sungai Gangga sebelum mencapai stasiun utama, Varanasi Junction.
Dari dalam kompartemen kelas satu, saya bisa mengamati siluet dari kesibukan pagi di kota tua tersebut. Yang membentang dari Ghat Varuna di sisi timur laut, hingga Ghat Assi di sisi selatan. Penyatuan dua nama ghat-ghat inilah yang membentuk namanya, Varuna-Assi.
Dikenal juga sebagai Benaras, kota ini merupakan salah satu yang tertua di dunia, dan masih berdiri hingga abad ini. Diperkirakan telah ada sejak 3000 tahun yang lalu, kota ini merupakan tempat suci bagi peziarah Hindu dari seluruh penjuru bumi.
“Varanasi is older than history, older than tradition, older even than legend, and looks twice as old as all of them put together” ~Mark Twain: American Writer & Lecturer~

Surya Namaskar
Meskipun usianya sudah tua, namun geliat kota ini seolah tak ada matinya. Kota yang sekalipun tak pernah tertidur, sehingga kita bisa menghabiskan waktu selama dua puluh empat jam penuh untuk menjelajahinya.
Kesibukan kota ini dimulai sejak pagi, dimana ratusan orang peziarah dan pemuja akan memulai hari mereka dengan melakukan ritual mandi suci di sungai Gangga. Mereka berkumpul di sepanjang tepian sungai yang berbentuk undakan tangga yang disebut Ghat.
Sebuah cara yang paling efisien untuk memulai penjelajahan di Varanasi adalah dengan berperahu. Sewalah sebuah perahu yang dilengkapi dengan boat man dan guide, yang akan membawa Anda menyusuri ghat-ghat di sepanjang sungai.

Selain menikmati sajian kegiatan mandi suci yang dilakukan para penganut Hindu, Anda juga akan disuguhi oleh berbagai macam aktifitas lainnya. Mulai dari kumpulan manusia yang menyanyikan mantra-mantra pujian, para pedagang yang menjual bunga dan pelita sesaji, prosesi kremasi yang tak pernah berhenti, para yogi yang melakukan surya namaskar, hingga kesibukan laundry tradisional yang konon juga merupakan langganan penginapan-penginapan di Varanasi.
Adegan seluruh kegiatan tadi, yang dimulai dengan ketenangan dalam senandung mantra hingga keriuhan manusia dalam kesibukan mereka, dapat Anda rekam secara leluasa dari atas perahu.
Jelajah Ghat
Bagi umat Hindu, ghat-ghat di Varanasi yang jumlahnya kurang lebih sebanyak delapan puluh empat buah, dipandang sebagai pelengkap yang utuh bagi konsep Ketuhanan yang mereka representasikan dalam elemen-elemen fisik, metafisik dan supranatural.

Beberapa ghat yang sangat terkenal di antaranya adalah ghat Harishchandra dan Manikarnika yang menjadi pusat upacara kremasi di Varanasi. Ghat Dasaswamedh yang menjadi pusat upacara Gangga Aarti. Serta beberapa ghat lainnya yang dibangun oleh penguasa-penguasa masa lalu dari tempat lain. Seperti ghat Lalita yang dibangun oleh Raja Nepal, dan ghat Manmandir yang dibangun oleh Maharaja Jai Singh II dari Jaipur.
Terdapat istana dan bangunan-bangunan yang khas pada ghat-ghat yang dibangun oleh penguasa masa lalu tersebut. Arsitekturnya pun berbeda-beda sesuai dengan ciri dari tempat mereka berasal. Sehingga dengan berjalan menjelajahinya kita seolah-olah terbawa ke tempat yang berlainan.
Menyepi ke Sarnath
Ketika matahari mulai meninggi, ada beberapa pilihan kegiatan yang bisa kita lakukan di Varanasi. Anda dapat mengunjungi beberapa tempat suci yang sangat istimewa seperti Kuil Kashi Vishwanath yang terletak dalam satu kompleks dengan Masjid Gyanvapi. Kompleks ini merupakan salah satu tempat yang paling kontroversial dan dijaga ketat di seluruh India, terutama setelah terjadinya insiden Masjid Babri di Ayodhya pada tahun 1992.
Atau, Anda dapat melarikan diri sejenak dari keriuhan Varanasi, ke sebuah tempat yang menjadi salah satu titik ziarah umat Buddha di dunia, yaitu Sarnath.
Dalam literatur umat Buddha, Sarnath dikenal sebagai Taman Rusa. Lokasinya berjarak kurang lebih 13 kilometer dari pusat kota Varanasi. Dengan menggunakan auto-rickshaw, Sarnath bisa ditempuh dalam waktu satu jam perjalanan.

Berbeda dengan Varanasi yang sibuk dan riuh oleh banyaknya manusia, maka Sarnath adalah tempat yang tenang dan bersih. Situs arkeologi utama di Sarnath ditumbuhi oleh pohon-pohon rindang yang memayungi tamannya yang luas. Disini kita bisa melihat artifak-artifak peninggalan agama Buddha dari masa lalu. Termasuk empat pilar Asoka yang memiliki pahatan empat singa yang saling membelakangi, yang kini menjadi lambang dari negara India.
Gangga Aarti
Ketika senja mulai menyentuh Varanasi, ratusan orang akan berkumpul di ghat Dasaswamedh untuk menyaksikan upacara Gangga Aarti. Sebuah rangkaian pemujaan kepada Dewi Gangga dengan menggunakan api dan lentera sebagai sesaji utamanya.

Upacara yang beraura magis ini akan dilakukan oleh empat Pandit yang keseluruhannya menggunakan busana berwarna merah atau kuning saffron, di sebuah altar pemujaan yang menghadap langsung ke sungai Gangga. Selain di Varanasi, upacara semacam ini juga dilakukan di Haridwar dan Rishikesh. Hanya saja koreografi dari upacara tersebut memiliki perbedaan antara satu tempat dengan lainnya.
Gangga Aarti biasanya dimulai pada pukul tujuh malam, dan akan berlangsung selama satu jam penuh. Sebaiknya Anda datang lebih awal, agar bisa mendapatkan tempat yang paling strategis untuk menyaksikan upacara satu ini. Karena ratusan orang akan berkumpul dan berebut untuk menyaksikan dan mengabadikannya meskipun upacara ini dilakukan setiap harinya.

Tips dan Trik Menjelajah Varanasi
Cari info harga dan pandailah menawar. Meskipun Varanasi merupakan kota ziarah, namun kota ini juga menjadi salah satu tujuan wisata yang paling padat di India. Persaingan harga terjadi dimana-mana. Sehingga untuk mendapatkan harga yang fair, kemampuan Anda dalam menawar adalah suatu keharusan.
Hati-hati terhadap barang bawaan Anda. Jumlah manusia yang memadati Varanasi, sangat luar biasa. Tak jarang, ada copet yang berkeliaran dan mengintai para pengunjung maupun peziarah yang lengah.
Bangun lebih awal. Kesibukan Varanasi dimulai sesaat sebelum matahari terbit, jika Anda bangun kesiangan maka dapat dipastikan Anda kehilangan banyak momen-momen berharga.
Bawa lensa tele. Jenis lensa satu ini akan sangat Anda perlukan, terutama untuk mengambil gambar dari atas perahu dan ketika mengabadikan detail Gangga Aarti dari kejauhan.
Ketahui aturan lokal. Beberapa ghat mempunyai aturan yang ketat, dimana Anda tidak bisa sembarangan mengambil gambar. Bahkan ghat-ghat yang menjadi lokasi upacara kremasi, adalah tempat dimana Anda dilarang mengambil gambar secara langsung dari dekat. Anda harus ekstra hati-hati disini, karena larangan tersebut tidak ditulis secara jelas. Pastikan tidak mencoba untuk mencuri-curi gambar, karena Anda bisa menjadi sasaran empuk para pemeras yang berusaha memanfaatkan ketidaktahuan atau kenekadan Anda.

Kesakralannya masih dijaga betul karena di sanalah semua soal Hindu (dan pada gilirannya, Buddha) bermula ya Mas :hehe. Menarik sekali mengetahui bagaimana Hindu di India dijalankan, bahkan bagi saya yang juga seorang Hindu :haha. Tempat wisata yang menarik dan ditulis dengan sangat apik, keren!
LikeLiked by 1 person
Iya betul, setelah ribuan tahun kota itu masih eksis dengan caranya sendiri. By the way aku penasaran juga, karena dengar-dengar praktik Hinduisme di India dan Bali sedikit berbeda. Sebagai seorang Hindu, mungkin kapan-kapan dirimu bisa share ke aku ya Gara.
Makasih buat compliment nya 😊
LikeLiked by 1 person
*Brb nulis postingan holy pilgrimage-ku Juli kemarin :hehe*
Sip, sama-sama!
LikeLiked by 1 person
*anteng nunggu postingan*
LikeLike
Really nice pictures and write-up too!
LikeLiked by 1 person
Thank you so much 😊
LikeLike
Sangat layak dimuat di majalah, lha wong ulasannya sangat detail begini. Cerita yang dituliskan berimbang, kesan positif dan negatif tentang Varanasi dan India pada umumnya mendapat porsi yang pas 🙂
LikeLiked by 1 person
Terimakasih Qy, semoga berguna juga untuk yang membaca dan membutuhkan info tentang Varanasi 🙂
LikeLike
Gangga Aarti itu sangat membius. Salah satu pertunjukan keagamaan paling berkesan yang pernah aku lihat. Suka sekali tulisannya mas. Ketje!
LikeLiked by 1 person
Betul mas, suasananya magis banget. Makasiih …
By the way tadi dah jalan2 ke blog nya mas, baru baca yg soal Batam, tapi belum sempat tinggalkan jejak. Keburu ada kerjaan. Nanti aku balik lagi hehe
LikeLike
Gakpapa mas Bart.
Makasih sudah mampir 🙂
LikeLike
Sama-sama 😊
LikeLike
wow… salut dehh bahasanya tertata. coba gue asal nyablakkkk aja. btw, acara gangga aarti bisa di dokumentasikan juga ya?. ngeri lhoo takut nanti uler pada beterbangan dengar musik-musiknhya. hahahahaha
LikeLiked by 1 person
Hehe gak papa Dito, yang penting dirimu tetap menulis dan tulisanmu komunikatif.
Bisa banget, justru mereka membebaskan kita untuk mendokumentasikan upacara tersebut. Karena itu salah satu magnet yang menarik jutaan orang ke Varanasi.
Hahahaha, itu selama upacara mereka lebih banyak pakai genta kok. Bukan seruling pemanggil ular 🙂
LikeLike
Oh jd semacam marketing juga kalo videoanya tersebar. Hahahah siapa tau ularnya pada bangkit lhoo. Wkwkwk.
LikeLiked by 1 person
Betul banget, dan gratis lho untuk menyaksikan upacara ini. Asal siap desak-desakan aja. Posisi menentukan prestasi! Haha
LikeLiked by 1 person
Wkwkkwkw.. Pastinya sihh. Secara posisi depan mungkin mendapat kan hasil pic yg memuaskan. Ehh kemana lg jadinya sampe akhir taon 2015?
LikeLike
Betul banget. Hmmm belum kepikiran lagi nih, soalnya lebih sering dadakan akhir-akhir ini. Tapi mungkin yang dekat-dekat aja dulu. Yang jauh-jauh mungkin di tahun 2016. Harus nabung-nabung dulu hehe.
LikeLiked by 1 person
Ah duit mu kan ngak ada serinya. Makanya aku minta tiket.hahahaha
LikeLike
suka sekali dengan tulisan ini. aku bermimpi ke varanasi sejak umurku 18 tahun, dan belum tercapai hingga kini. tapi ini pasti akan segera! ingin sekali berjalan-jalan di tepian gangga sambil menunggu matahari terbit itu. have booked the ticket already 🙂
LikeLiked by 1 person
Wah ada kak Indri, terimakasiih sudah berkunjung dan juga untuk compliment nya. Aku doain lancar ya rencana me Varanasi, kalau butuh info lebih lanjut boleh lho japrian 😊
LikeLike
Aduh, aku diajak japrian. Malu rasanya. #lha
LikeLike
Kalau malu, pakai cadar aja kak 🙂
LikeLike
Eh, baru tahu Majalah ini menerima tulisan jalan jalan. Coba ah.
LikeLiked by 1 person
Monggo mbak 🙂
LikeLike
Aduh India, begitu banyak yang pengen didatengin, termasuk Varanasi ini… Baca aja terasa aura magisnya apalagi berada langsung disana ya?
LikeLiked by 1 person
Banget magisnya mbak. Apalagi kota ini merupakan salah satu kota tertua di dunia, usianya ditaksir lebih dari 3000 tahunan. Cuma, ya harus siap mental deh kalau main ke Varanasi. Di luar itu sih, Varanasi menarik banget menurutku 🙂
LikeLiked by 1 person