Mega bertaut menghalangi matahari sejak saya menginjakkan kaki di Semarang. Pun pagi itu gerimis halus ikut membuka hari. Namun, niat saya untuk mengunjungi Pemandian Air Alami Muncul tidaklah surut. Selain saya berpikir memang itu waktu yang tepat -mumpung saya sedang berada di Bandungan- juga karena ada hal lain yang menarik saya untuk kembali ke sana.
Pemandian Air Alami Muncul
Adalah ayah saya yang dulu bercerita tentang adanya kolam pemandian air alami bernama Muncul. Namun, saya sendiri membutuhkan waktu beberapa dekade kemudian hingga akhirnya mengunjungi kolam pemandian tersebut.
Ia bernama Muncul, karena sumber mata airnya yang timbul dari rekahan dasar tanah yang ada di sekitarnya. Terletak sekitar 25 km dari Kota Ungaran serta hanya 9 km dari Kota Salatiga. Tak sulit untuk menemukannya, karena ia berada tepat di sisi jalan utama yang menghubungkan Banyubiru dan Salatiga.
Fasilitas bangunan dan infrastruktur pemandian ini sangatlah sederhana. Tipikal pemandian umum yang berada dimana-mana. Yang dari area parkirnya saya bisa memandang hampir sebagian besar kolamnya yang luas. Saya tak berekspektasi terlalu tinggi ketika membeli tiket masuknya yang hanya seharga Rp 3.500,- per kepala.
Pemandian Air Alami Muncul terdiri atas tiga kolam, dengan kolam utama berentang kedalaman 1,6 meter hingga 3 meter. Dimana limpahan air tak henti-henti meluap dari kolam-kolamnya. Menghambur ke sisi-sisi, hingga ke dalam lantai-lantai ruang gantinya. Airnya benar-benar bersih, hingga saya bisa melihat dasar kolamnya dengan jelas, termasuk ratusan ikan-ikan kecil yang berbagi tempat dengan para pengunjung di dalam kolam.
Tiba-tiba saya teringat kolam renang Gelora Senayan, yang dalam setahun dapat dihitung dengan jari hanya berapa bulan saja bisa memiliki air sejernih itu.
“Ah saya harus coba dynamic apnea di sini!”, batin saya yang sudah lama merindukan rutinitas freediving.

Biasanya saya tak terlalu suka berlatih freediving di kolam tanpa masker, karena pada umumnya para pengelola kolam renang menuangkan kaporit secara semena-mena, yang menyebabkan pedih di mata. Namun, Muncul berbeda. Airnya bebas kaporit. Bahkan mata saya merasakan kesegaran akibat kemurnian serta suhunya yang sejuk.
Di kolam Muncul, static apnea terasa jauh lebih nyaman, karena deraan kesejukan yang membuat saya lebih mudah mengendalikan pikiran. Sementara meskipun dynamic apnea skill saya sudah mulai menurun, namun kejernihan air kolam Muncul membuat saya betah berlama-lama di dalamnya, serta menyelam dari ujung ke ujung.
Pecel Keong Mbak Toen
Entahlah, mungkin hanya saya saja atau semua orang juga mengalaminya? Setiap kali beres bermain air, maka lambung segera meronta untuk diisi dengan makanan berat. Mungkin paduan antara suhu air yang dingin dan aktifitas cardio yang melelahkan selalu berhasil menguras energi, sehingga meminta untuk segera diseimbangkan kembali.
Adalah Warung Mbak Toen, yang paling cocok untuk sesi pemulihan tenaga setelah bermain-main air di kolam Muncul. Rumah makan bersahaja itu berada tepat di seberang area kolam pemandian.
Meskipun terkesan sederhana, namun warung itu hampir tak pernah sepi. Bahkan jajaran motor dan mobil mewah para pengunjungnya seringkali memadati area parkir kecil yang berada di depannya.
Rumah makan itu terdiri dari dua bangunan. Yaitu sebuah warung dengan bangku-bangku panjang yang langsung menghadap ke meja penyajian yang dipenuhi dengan segala macam masakan, dan sebuah bangunan aula yang diisi dengan meja-meja berkaki pendek untuk lesehan.
Tentu saja, saya menyukai area warungnya, karena saya bisa langsung mengamati keriuhan pelayan menyiapkan segala macam masakan dalam keramahan jawa nan khas serta mengamati bermacam-macam kuliner yang mereka sediakan.
Salah satu menu andalan mereka dan yang menjadi favorit saya -serta banyak pengunjung lainnya- adalah Pecel Keong.
Tak seperti pecel lainnya yang umumnya didominasi oleh sayur mayur saja, maka pecel di Warung Mbak Toen ini memiliki isian yang unik. Yaitu sayur mayur rebusan yang terdiri dari kol, daun sawi, serta kecambah, ditambah beberapa tangkup mie kuning, dan tentu saja daging keong yang telah dimasak khusus, lalu disiram oleh bumbu kacang yang pedas dan gurih.
Bayangkan, bagaimana daging keong nan kenyal dan gurih tersebut berpadu bersama kerenyahan sayur mayur dalam kunyahan. Ditambah dengan bumbu kacang kental yang menyaluti mereka semua. Sungguh, sejak pertama kali saya mencicipinya beberapa bulan lalu, saya langsung jatuh cinta dengan masakan ini.
Memang selain pecel keong yang menjadi andalan utama, Warung Mbak Toen juga memiliki beberapa varian pecel lainnya. Yaitu pecel welut (belut), dan pecel mujair. Namun bagi saya, pecel keongnya tetap yang paling juara dan wajib untuk dicoba.
Warung Mbak Toen
Jalan Raya Muncul, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang.
Telp. (0298) 599 2961.
Wah juara ini. Kolam renang air es yang legend.
Lagi pulang kampung mas ?
LikeLiked by 1 person
Iya mas dinginnya juara. Sekalian pulang kampung mas, mampir-mampir dulu 😊
LikeLiked by 1 person
Bikin pengen berenang Mas. Itu kolam Muncul tanpa kaporit saya kok penfen nyobain segernya berenang di sana Mas Bart. Kalo pecelnya meskipun agak geli sama keongnya tapi bikin penasaran. Ngences… *penggemar berat pecel.
LikeLiked by 1 person
Harus nyobain deh Dan, seger banget. Mata gak perihpun. Walaupun dingin, aku sampe betah berenang di sana. Pecelnya juga. Geli sih kalau liat keong mentahnya, tapi pas udah di piring enak bangeeeet 😊
LikeLike
pecelnya bikin ngiler tau aja u tempat begian bartz
LikeLiked by 1 person
Iya doooong wajib tau tempat makan enak dimana-mana 😁😁
LikeLike
Membayangkan daging keong yang kenyal berteman pecal dalam mulut. Hm, mending makannya satu-satu Bart biar berasa kandungan rasa sesuai karakternya masing-masing.#eh ngajarin. Ngomong-ngmong walau berenang kok rambutnya tetap rapi sih, Bart?
LikeLiked by 1 person
Iya sih, aku juga gitu. Aku cemilin keongnya terpisah, tapi dimakan bareng pun tetap enak. Gurihnyo taraso 😊
Hahahaha iya maklum pas mau difoto touch up dulu. Team selalu siap Uni hahaha *gaya banget*
LikeLike
Kaleng-kaleng kerupuk yang berderet itu artistik! Saya tadi bingung permandian Muncul ini ada di Bandungan sebelah mana, oh ternyata lebih dekat ke Ambarawa, selatan Rawa Pening ya, setelah saya cek di Maps :hehe.
Permandian yang bagus dan jernih banget… alami sekali, jernihnya juarak Mas! Meski airnya dingin tapi kalau mandi di sana pasti segar banget… cuma dalem ya kolamnya :haha, jadi kalau saya ke sana, agaknya lebih memilih ke tempat makannya saja ketimbang ke kolamnya :haha (nasib yang tidak bisa berenang).
Oh, jadi kangen Bandungan lagi… :hehe.
LikeLiked by 1 person
Iya Gara, ini lebih dekat dengan Rawa Pening di Ambarawa, cuma kemarin aku nginapnya di Bandungan yang lebih adem.
Hahaha apapun itu, dirimu punya alasan untuk datang ke Muncul khan, meskipun gak berenang-renang bisa coba pecel keong nya Mbak Toen yang legendaris. By the way belajar renang dong, siapa tahu kita bisa ngetrip bareng di Lombok suatu saat nanti 😊
LikeLiked by 1 person
Saya juga pengen Mas nginep di Ambarawa, lebih dekat kalau mau ke percandian lala lili :haha. Sip, tentu saja ada alasan :haha.
Doh, belajar berenang ya? Masih ada trauma… :haha, tapi memang harus sih, secara 3/4 wilayah Indonesia itu laut, masa yang dijelajahi daratan melulu :haha.
LikeLiked by 1 person
Apa itu percandian lala lili? *penasaran*
Iya dong belajar, tak ajarin wis, tapi langsung di laut ya hehehe
LikeLiked by 1 person
Gedong Songo dan kawan-kawan, Mas.
Eh maksudnya, nginep di Bandungan gitu :hehe. Kalau Ambarawa mah wisata kolonial (kendati percandiannya juga ada sih :hihi).
LikeLiked by 1 person
Oalaaah Gedong Songo, kirain apa lala lili hahahaha.
Kayaknya daerah sekitar situ masih potensial untuk dieksplor lebih dalam Gara, untuk wisatanya. Mulai dari sejarah kuno, era kolonial sampai wisata alamnya.
LikeLiked by 1 person
Tul betul! Masih banyak yang belum tersingkap di sana Mas, Gedong Songo itu baru sedikit banget :hehe.
LikeLike
Di magelang juga ada mas yg mata air alami, namanya pisangan/ soekotjo. Tmpt latiannya tentara2. Tp uda lamaaaaa bgt g kesana sih.
*bantuin promo #jatenggayeng
LikeLiked by 1 person
Wah boleh tuh dicoba, aku catat ya namanya. Aku pernah dengar juga di dekat Grabag ada pemandian alami yang dulunya bekas pemandian kerajaan era Mataram. Pengen nyobain. Monggo-monggo promo #JatengGayeng … Aku juga pengen eksplor Jateng lebih dalam.
LikeLike
Klo di grabag itu yg kalibening mas. Sama mata air alami juga. Klo pisangan ke arah Bandongan gitu. G jauh dr kota
LikeLiked by 1 person
Ooo noted. Kok kenal banget daerah situ kayaknya mbak? Asli Magelang kah?
LikeLike
Iya mas.. Hehe.. Dulu jaman sma seneng bgt kesitu. Brgktnya jam6 pagi. Niat bgt. Biar g gosong *jaman puber*
LikeLiked by 1 person
(((PUBER))) ?! #eeaaa hahaha … Iyalah masa-masa itu penting banget untuk gak gosong yaaa? 😊
LikeLike
ajarin free dive kaaaaaak!
penasaran sama rasa keongnya? kayak apa sih? mirip2 kerang kah? 😀 *masih agak geli soalnya*
LikeLiked by 1 person
Ayooo boleh, kapan-kapan sharing2. Rasa keongnya enak Dit, gurih. Iya mirip-mirip kerang, tapi lebih kenyal teksturnya. Harus coba, kalau dah dibumbuin mah gak bakal geli deh.
LikeLike
Sampai sekarang masih takjub gimana warung ini dapat suplier keong tiap hari. Pernah lihat liputannya di TV 😉
LikeLike
Pasti udah ada ‘bakul’ langganannya, secara tiap hari penuh yg makan di sana 😊
LikeLike
Mestii…. mesti ini motretnya pake kamera yang baru hahaha.
Eh aku penasaran gimana ambil fotonya ya itu? ada temen yang bantu foto, kah?
Aku pertama kali makan keong itu waktu di Bangka, banyak yang jual dan ternyata enak banget!
LikeLiked by 1 person
Iya dooong, sebelum dipake motret orang lain, harus motret diri sendiri dulu hehehe. Ada stand nya kok Yan, kebetulan GoPro ini casingnya gak ada buoyancy nya, jadi bisa ditaruh di dasar kolam.
Yoiii, aku juga awal-awal denger males, tapi begitu dicoba enaaaaak banget.
LikeLike
Wah, liat kolamnya jadi kangen renang, olahraga favoritku (soalnya cuma itu yang aku bisa, hehe). Btw foto pecel keongmu bener-bener menggiurkan, Bart! Kami di sini liat layar monitor cuma bisa ngeces. Btw lagi, yen tak pikir-pikir, kalo mau mempromosikan pecel keong ke bule mungkin deskripsinya ‘Javanese salad with escargot’ :p Londo-londo piyeee gitu…
LikeLiked by 1 person
Yuk kapan-kapan renang bareng dan nyobain freediving ya.
Hahaha iya aku juga mikirnya gitu, ini lebih eksotis dari escargot malah. Rasanya pun lebih berbumbu, kalau escargot khan cuma butter sama garlic aja. Kapan-kapan dirimu harus cobain deh Bam, terutama kalau lagi mudik ke Semarang. James tergiur juga pastinya hahahaha
LikeLike
Dingin-dingin gini ngebayangin makan pecel keong, duh menyiksa! 😀 Hayuk atuh pas kamu lagi di darat kita renang.
LikeLiked by 1 person
O iya ya di sana lagi dingin banget. Siap, kalau dah di Jakarta yaaa …
LikeLike
Keren lu bro, liburan langsung updet tulisan. Live blogging! Lihat fotomu di kolam jernih ( dan dingin ) di pingin blajar freediving di Muncul,
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya pas lagi sempet Lim. Ayo belajar freedive 😊
LikeLike
2 tahun lebih hidup di semarang, aku malah belum pernah kesini hahaha. nggak tahu malah kalau ada kolam renang cakep disini.
LikeLiked by 1 person
Waaah piye tho? Ayo mas main-main ke sini, paling nggak cobain pecel keong nya deh 😊
LikeLike
wah keong, pengen nyobain!
LikeLiked by 1 person
Monggo dicoba, sedap nih 😊
LikeLike
kirimin ke sini 😀
LikeLike
pengen berenang sambil makan pecel deh
LikeLiked by 1 person
Berenang sambil makan pecel mah susah atuh kak. Kalau bisa melakukan, bisa masuk MURI tuh.
LikeLike
Mau latihan apnea lagi ah… kali ini sambil difoto2 biar kekinian 😉
*gak mau komen pecel keong*
LikeLiked by 1 person
Yakin gak mau komen soal pecel keong? Sedap lhooo ,,, bayangkan daging keong yang kenyal, gurih, dan berbumbu nikmat di antara pecelnya kak hehehe …
LikeLike
Jadi kangen Salatiga, dulu jaman koass, kalo ke Muncul hampir selalu makan pecel keong, atau belut. Enyaaak.. salam kenal mas Bart.
LikeLiked by 1 person
Nah ini dia testimony pelanggan lain. Enak khaaan? 🙂
Salam kenal juga dok 🙂
LikeLike
rumah makan mbak toen dan muncul memunculkan memori di tanah kelahiran
rumah ortu di ampel, rumah mertua di ambarawa (saat itu)
kami belum punya rumah sendiri jadi sering wira wiri kesana kemari haha.. kadang lewat jalan raya solo-smg, kadang lewat jalur banyubiru, terutama kalo ke rumah nenek yg di deket jalur banyubiru 🙂
selain pecel keong yg legendaris, favorit saya kolak ketan..
saya suka makan disitu, tampilan rumah makan apa adanya, malah cenderung jorok.. tetapi rasa dan penampilan luar byasak 😀
tadi saya sempat gugling apa itu apnea.. 🙂
maaf ya mas komennya panjang lebar tinggi
ohya, kata2 di blognya aku suka
jadi pengen kepoin postingannya dari awal…
india dan nepal adalah salah satu wishlist saya soalnya
LikeLiked by 1 person
Waah ternyata kesukaan kita sama mas, kolak ketannya mbak Toen juga juara. Sedaaap. Ternyata nenek di Banyubiru tho? Berarti deket dooong …
Jadi udah dapat artinya apnea ya? hehe ,, apnea untuk nyelam ya, jangan yang sleeping apnea, nanti malah serem jadinya 🙂
Silahkan mas dibaca-baca soal Nepal dan India nya, yang India baru sedikit tapinya. Aku doain semoga bisa kesana yaa. Amiiiin 🙂
LikeLiked by 1 person
kakek nenek dr ayah ibu sudah lama nggak ada, aku punya nenek lagi sejak nikah mas.. nenek tirinya istriku.. udah mas, teknik menahan nafas selama beberapa saat ketika freediving yak??
amin, amin mas… shukriya 🙂
LikeLike
kolam air alami pasti beda banget ya…. segerr apalagi setelahnya makan pecel kondang …. enak benerrr
LikeLiked by 1 person
Banget mas. Setelah berenang mata gak perih, justru segar. Dan pecelnya sedaaap … ngangenin lah 🙂
LikeLike
Sayang banget, saya nggak bisa berenang. Lihat kedalaman kolam sampai dua meter lebih, bakalan nyerah, takut tenggelam.
Hmm pecel merupakan makanan favoritku, dalam sebulan saya bisa 5 kali makan pecel yang mana hampir tiap hari dekat rumah ada yang berjualan.
LikeLiked by 1 person
Oalah pantesan di postingan curugnya jarang mandi-mandi. Nah berarti harus belajar renang kalau begitu, nanti habis itu belajar freediving juga 🙂
Saya juga suka pecel, dan teman-temannya. Masakan murah meriah yang sehat, apalagi kalau modifikasinya cerdas semacam pecel keong nya Mbak Toen ini 🙂
LikeLiked by 1 person
Dari sekian banyak curug yang saya datangi cuma sekali tok menikmati segar airnya alias “berendam” itu pun karena kolamnya jernih banget dan banyak bebatuannya. Selain itu juga datang saat musim kemarau, jadi debit airnya tidak terlalu banyak gitu
LikeLiked by 1 person
Wah saya malah kalau ke curug, bawaannya pasti pengen mandi dan basah-basahan 🙂
LikeLiked by 1 person
Kadang udah terlanjur kedinginan terkena cipratan airnya, lagian pada beberapa curug tidak terdapat kolam yang lebar dan aman
LikeLiked by 1 person
Nah kecuali kalau itu yang menjadi alas an. Pastinya, keselamatan harus tetap diutamakan. Kita khan jalan-jalan mau cari senang, bukan cari celaka atau mati 🙂
LikeLiked by 1 person