Akomodasi hemat yang ditawarkan di tengah kota pada saat ini cenderung didominasi oleh hotel-hotel berdesain minimalis modern, dengan façade nan kaku dan dingin serta area taman artifisial seadanya. Namun siapa sangka di antara itu semua, masih ada beberapa pilihan akomodasi yang menerapkan konsep bangunan yang bersinergi dengan alam. Salah satunya adalah Rumah Turi di Solo.
Dengan hanya berbekal iPhone, saya berusaha mendokumentasikannya.
Lokasi yang Strategis
Ketika mengunjungi Solo untuk pertamakalinya di bulan Agustus 2014, saya memilih tinggal di Rumah Turi. Cuplikan gambar beberapa sudutnya yang rimbun oleh pepohonan hijau, menarik minat saya sejak awal melihatnya di internet.
Sepertinya akan menjadi satu paduan kontras yang menarik, jika saya bisa mengeksplor kota Solo seharian dan kemudian beristirahat di penginapan yang memberikan kesejukan suasana pedesaan, tanpa perlu menempuh jarak yang jauh ke pinggiran kota.

Rumah Turi berada pada jantung kota dan dekat dengan pusat perbelanjaan Solo Paragon, serta memiliki akses yang mudah untuk mencapai tempat-tempat wisata menarik dan situs sejarah di Solo. Sementara Stasiun Solo Balapan dan Bandara Adi Sumarmo bisa ditempuh hanya dalam waktu duapuluh menit berkendara.
Meskipun harus melalui jalan perumahan penduduk untuk mencapainya, namun penginapan ini relatif mudah untuk ditemukan.
Friendly, Greeny, and Homy
Koneksi saya dengan keriuhan kota serasa langsung terputus begitu tiba di Rumah Turi. Meja penerimaan tamu yang berada pada area semi terbuka hijau, memberikan saya rasa santai dan nyaman. Ditambah lagi dengan keramahan a la Jawa yang bersahabat dari petugas resepsionis. Saya merasa diterima di rumah teman, sesuai dengan motto mereka: It’s a home where guests are always welcome as good friends.

Tampaknya Rumah Turi sengaja didesain untuk memberikan suasana tempat istirahat yang nyaman, dengan memadukan unsur alami tradisional dan sentuhan kontemporer. Diresmikan pada tahun 2008, langsung oleh Walikota Solo saat itu Joko Widodo (kini Presiden Republik Indonesia), Rumah Turi mengklaim sebagai boutique hotel yang pertama dan satu-satunya yang berkonsep eco-friendly di kota Solo.

Pepohonan hijau tampak mendominasi seluruh bangunan. Mulai dari pot-pot kecil yang dimanfaatkan sebagai separator berbentuk taman vertikal, tanaman bersulur yang dijadikan pergola pada jembatan penghubung, hingga rerumputan yang ditumbuhkan pada dak atap-atap teras kamar. Sebuah pot berisi flora air dan menjadi kolam kecil yang selalu meluapkan isinya, memperdengarkan gemericik air yang menambah kesejukan serta ketenangan bagi siapapun yang mendengarnya.

Bangunan Rumah Turi sendiri memiliki desain minimalis masa kini, yang didominasi oleh warna coklat dan menggunakan unsur kayu sebagai penambah aksen. Terdiri dari dua lantai yang berisi kamar-kamar, kantor dan ruang logistik, sebuah ruang makan dan dapur, serta area duduk terbuka hijau.
Ada tiga pilihan jenis kamar yang tersedia di Rumah Turi. Yaitu Sereh sebanyak delapan kamar; Wuni yang memiliki indoor-garden juga sebanyak delapan kamar; serta Kemuning yang merupakan jenis kamar terluas, sejumlah dua kamar saja.

Saya memilih tinggal di kamar jenis Sereh, yang merupakan jenis kamar terhemat. Namun begitu, kamar itu sangatlah nyaman. Ranjangnya bersih dan empuk. Sebuah meja tulis gantung berdesain apik yang terbuat dari kayu, terpasang memanjang di bawah televisi yang berisi bermacam-macam saluran hiburan. Kamar mandinya yang didominasi oleh keramik dan peralatan berwarna putih terlihat bersih, sementara saluran air panas pada showernya juga berfungsi dengan baik. Sebuah lemari gantung serta meja kayu yang modern, ditempatkan tepat di depan pintu kamar mandi, cukup untuk menampung sementara bawaan saya selama perjalanan.
Sesuai dengan konsep eco-friendly nya, lampu utama kamar yang saya tempati menggunakan LED yang hemat energi.
Ruang Makan Bernuansa Taman
Ruang makan tempat bersantap di Rumah Turi, adalah surga lainnya. Lantai, meja makan dan tempat duduknya terbuat dari kayu. Jendelanya yang berbukaan lebar selalu dibuka, sementara salah satu sisi dindingnya berupa separator taman vertikal yang langsung mengarah ke area terbuka di luar. Satu lemari berbentuk kotak-kotak bersusun, berisi koleksi buku-buku dan bacaan lainnya membuat saya semakin betah berlama-lama makan di ruangan tersebut.
Sarapan yang disediakan oleh penginapan ini bukanlah buffet, melainkan ada beberapa menu yang dapat dipesan sehari sebelumnya. Saya memilih Nasi Liwet Solo sebagai salah satu pilihan sarapan selama tinggal di Rumah Turi. Sepiring sedang buah-buahan dan segelas jus segar, dijadikan tambahan pada setiap sarapan yang saya pesan.

Suara cicitan burung peliharaan dan gemericik air pancuran, hijaunya tanaman pembatas, serta udara segar yang mengalir bebas keluar masuk ruang makan, membuat saya merasa sedang bersantap di taman, pada setiap kali sarapan.
Taman Gantung dan Sahabat Seketika
Satu bagian menarik yang dimiliki oleh penginapan ini adalah, sebuah area duduk semi terbuka yang terletak pada lantai atas. Saya menyebutnya Taman Gantung.
Bentuknya mirip rumah kaca yang ada pada film-film barat. Terletak pada lantai atas, dengan atap yang terbuat dari fiber glass tembus cahaya, serta sisi-sisinya terbuka dan ditumbuhi tanaman sulur sebagai pergola. Sebuah meja dan beberapa tempat duduk, disediakan di situ. Saya sempat duduk-duduk sembari menikmati horison kota Solo yang dipenuhi oleh bangunan di kejauhan. Tak ada orang lain. Hanya saya, dan sayup-sayup gemericik air dari pancuran dan kolam di lantai bawah yang menemani.

Bukan Solo namanya, jika tak ada orang-orang yang berbudi bahasa lemah lembut serta ramah. Kehangatan para staff yang bertugas di Rumah Turi sangat mengesankan saya. Ketika malam hari saya menanyakan letak apotik terdekat untuk membeli obat batuk, salah seorang staff menawarkan diri untuk membelikan obat sementara saya bisa tetap beristirahat di kamar. Kemudian keesokannya staff lainnya menanyakan agenda saya hari itu, dan memberikan saran serta petunjuk jalan bagi saya yang ingin mengeksplor Solo seorang diri.
Namun, seperti kata pepatah: tak ada gading yang tak retak. Ada beberapa hal dari Rumah Turi yang menurut saya bisa menjadi room-for-improvement. Seperti misalnya sambungan WiFi nya yang sering tersendat dan kurang baik ketika di dalam kamar, lampu utama kamarnya yang terlalu temaram, dan desain kamar mandi nya yang perlu sedikit diperbaharui.
Terlepas dari itu semua, waktu yang saya habiskan di Rumah Turi cukup menyenangkan. Saya merekomendasikan bagi siapapun yang ingin berkunjung ke Solo, dan membutuhkan sebuah inapan yang berbeda, bersahabat, nyaman namun tetap hemat, maka Rumah Turi adalah jawabannya.

Rumah Turi
The first and only Eco-friendly Boutique Hotel in Solo
Jl. Srigading II no. 12 Turisari,
Solo 57139,
Jawa Tengah, Indonesia.
Phn : 62 271 736606
Fax : 62 271 712928
email : sales@rumahturi.com
http://www.rumahturi.com
Barusan saya mengecek harga kamarnya di internet dan agak kaget melihat harganya yang cukup terjangkau, tak jauh beda dengan penginapan sederhana (banget) yang kemarin saya inapi di Belitung :haha. Sayang sekali untuk kunjungan besok saya sudah pesan penginapan di Solo, jadi, rekomendasi ini kita simpan untuk kunjungan selanjutnya saja deh :haha.
Thanks buat rekomendasinya Mas, hotelnya keren, serasa adem banget pasti di sana karena banyak yang hijau-hijau dan sejuk-sejuk. Makanan khas dan unik juga pasti jadi poin plus, apalagi staf yang ramah banget. Cuma internet juga poin krusial sih, kalau niatnya staycation akan jadi kurang nyaman kalau selancar di dunia mayanya tak berombak :hihi.
LikeLiked by 1 person
Sama-sama Gara, senang juga sudah berbagi. Btw, kapan mau ke Solo? Aku jadi pengen ke Solo lagi, belum puas eksplor nya, waktu itu cuma 2 hari 2 malam aja 🙂
Iya sih, untuk WiFi penting banget buat kita-kita yang tingkat kebutuhan online nya sudah tinggi. Mudah-mudahan itu cuma masalah pada waktu aku nginap aja, dan saat ini sudah mereka perbaiki.
LikeLiked by 1 person
Saya rencananya sekitar bulan depan Mas, semoga tidak ada halangan yang berarti :amin.
LikeLiked by 1 person
Amiin amiin, selamat menjelajah Solo ya. Aku tunggu cerita-cerita seru darimu.
Semoga kapan-kapan kita bisa traveling bareng atau ngobrol-ngobrol … Kayaknya bakal seru nih, apalagi kalau kita menjelajah spot-spot sejarah 🙂
LikeLiked by 1 person
Sure, thank you, I’m waiting for that day to come :)).
LikeLiked by 1 person
Kemarin pas ke Solo kemana saja mas? Saya Insyaa Allah 11-12 September nanti mau ke Solo. Mungkin ada rekom tempat dan kuliner ok untuk dijelajahi.
Salam kenal dari blogger malang
LikeLiked by 1 person
Kemarin waktu ke Solo kota saya gak lama, jadi cuma yg wajib-wajib saja. Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran dan lihat-lihat dalam kotanya.
Makanan yg saya coba waktu itu Nasi Liwet, Nasi Gudeg dan Surabi Notosuman.
Kalau mampir ke Solo dan suka sejarah coba sempatkan diri ke Candi Sukuh dan Cetho di Karanganyar, dan juga Sangiran mas.
Salam kenal juga dari Bogor 😊
LikeLike
Ok mas… kalau mas masuk ke kampung batik gak?
LikeLike
Hehe nggak mas, soalnya waktu itu cuma punya waktu dua malam satu hari aja. Sampai di Solo malam, besoknya jalan-jalan, malam pergi makan, pagi nya udah balik lagi ke Jakarta.
Yang bikin agak terhambat di sana adalah aku gak bawa kendaraan, jadi kesana kemari nya agak susah. Enaknya sih waktunya lebih lama, atau ada kendaraan sendiri.
LikeLike
iya sih kalau pakai kendaraan sendiri lebih enak dan bisa jangkau ke semua arah 😀
LikeLike
Pastinya mas, atau kalau nggak ya waktunya agak lama. Saya pengen sih kembali lagi ke Solo, banyak yang belum dieksplor 🙂
LikeLike
😀 Kalau kata temen yang tinggal di Solo bingung mau eksplor apa. Soalnya kan Solo terkenal dengan sejarahnya. Saya ingin ke kampung batiknya si mas. Moga nanti pas saya ke sana ada waktu 🙂
LikeLiked by 1 person
Hahaha biasanya kalau tanya sama penghuni nya langsung sering begitu jawabannya mas. Tapi saya percaya banyak tempat bagus untuk dikunjungi di Solo. Monggo kalau mau riset-riset dahulu.
Nah itu, kampung batiknya saya juga pengen eksplor cuma belum kesampaian. Mungkin lain kali 🙂
LikeLike
Sip mas hehe
LikeLike
Wah, keren green living banget! Btw aku kok gak diajak nginep di sini?
Bentar, oh iya, emang belum pernah ke Solo.. 😉
#kodekeras
LikeLike
Hahaha ,,, coba itu geng SC a.k.a. PM nya diajak ke Solo, jangan Yogyakarta mulu. Cocoklah kalian kalau ke Solo, cukup di kota aja 😀
LikeLike
wow, jadi kepengen jalan-jalan ke solo.. hehe
Aku orang Batam, kalo kesana besar biayanya, padahal aku pengen banget kesana.. : (
Kapan-kapan pasti aku kesana : ) insyaallah..!!!
LikeLiked by 1 person
Amiin amiin, semoga bisa main ke Solo secepatnya 🙂
LikeLiked by 1 person
Bener2 ijo royo2 gitu
jadi pengen ke solo, apalagi lokasinya deket sama Mall jadi bisa shopping2 ganteng gitu hahaha
LikeLike
Tak ijo royo royo tak senggoh penganten anyar … *nyanyi Ilir-Ilir*
Bener banget kak, mall nya aja bisa terlihat dari teras lantai dua hotel ini 😊
LikeLike
Adem, ijo, teduh. Bahkan sepertinya mungkin hotel ini menyediakan opsi tenda bagi yang kangen suasana ijo2 gini 😀
LikeLike
Iya enak di sini segar karena udara dan hijaunya. Tapi kalau opsi tenda aku belum tau, kayaknya sih gak ada areanya. Tapi boleh dicoba 🙂
LikeLike
wahh kece nihh tempatnya, bisa buat referensi kalo main ke Solo 😀
LikeLiked by 1 person
Boleh banget 🙂
LikeLike
Kalau saya ke Solo hmmm aku ada tempat numpang gratis ehehehe
LikeLiked by 1 person
Cieeeeh … Siapa Lid?
LikeLike
Suka banget dengan konsep hotelnya…yang seperti ini sepertinya jarang di Jakarta ya?
LikeLiked by 1 person
Kayaknya jarang mbak, kalau hotel-hotel dengan ukuran kecil dan pakao konsep macam ini di Jakarta.
LikeLike
Bagus banget tempatnya
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, thank you mbak Indah and Dive Inspire 🙂
LikeLike
hem buka lagi post ini, suka sama suasananya yang asri dan nyaman. Bisa dah jadi referensi kalau esok ke Solo lagi 🙂
LikeLiked by 1 person
Terimakasih mas. Monggo dicoba 🙂
LikeLike
hihi siap mas.
LikeLiked by 1 person
ada rencana mau main2 ke solo …. tempat ini bisa jadi pilihan utama untuk menginap …
homy bangetttt ….
LikeLiked by 1 person
Nah boleh dicoba, monggo 🙂
LikeLike