Tahun 2018 ini, saya membuat sebuah lompatan baru. Setelah berulang kali menjelajahi Nepal -baik di kota dan beberapa tempat di pegunungannya-, akhirnya saya memutuskan untuk mengelola open trip ke negeri di kaki Himalaya itu. Karena selain membagikan pengalaman secara konsisten tentang Nepal di blog ini, saya juga ingin membantu mereka yang ingin mengenal negeri itu lebih dalam lagi. Dan sebagai pembuka, pada bulan Maret 2018 lalu, saya mengadakan perjalanan yang bertajuk Nepal Cultural Trip.
Selama 8 hari 7 malam, saya menemani 9 kawan-kawan seperjalanan untuk melihat kota-kota kuno, bangunan-bangunan bersejarah, kuil-kuil unik, mencicipi kuliner khas Nepal, trekking di perbukitan, berperahu di danau, mengejar pemandangan Himalaya, hingga menyaksikan langsung beberapa ritual unik yang menjadi kekayaan budaya negeri itu.
Terlalu banyak kisah yang kemudian terjadi dalam perjalanan tadi. Dan rasanya terlalu sulit bagi saya untuk merangkumnya secara singkat dalam satu postingan saja. Oleh karenanya, biarlah gambar-gambar beserta esai singkat ini saja yang menceritakan segalanya.
Hari 1 – Namaste Kathmandu!
Meskipun sempat tertunda selama 1 jam di Kuala Lumpur International Airport, perjalanan kami kemarin terhitung lancar. Turbulensi yang menjadi ciri khas penerbangan ke Kathmandu pun, tak terlalu terasa. Udara cerah dan angin musim semi yang sejuk menyambut kami begitu tiba di metropolitan Himalaya.
Bagi para traveler yang singgah di Kathmandu, maka Thamel adalah ibarat jantung. Dimana detak petualangan bermula, yang riuhnya telah menarik jutaan manusia untuk singgah. Rasanya, tak ada tempat yang lebih baik untuk merasakan semangat perjalanan di kota itu selain Thamel.

Hari 2 – Pahachare dan Mata Ketiga
Saya sengaja mengatur sebuah tur jalan kaki di hari kedua. Karena itu adalah cara termudah bagi kawan-kawan saya untuk mengenal Kathmandu lebih dalam. Dengan meleburkan diri secara langsung ke dalam riuhnya.
Sejak awal pagi hingga tengah hari, kami menyusuri sebagian Thamel, Durbar Marg, kawasan masjid Kashmiri dan masjid Jami’, Clock Tower, melalui Rani Pokhari yang belum juga tuntas renovasinya, hingga kemudian mencicipi kuliner lokal, dan menjelajah kawasan komersial kuno Indra Chowk yang eksotis.
*****
Hampir tak ada tempat yang tak padat di Kathmandu. Begitu pula dengan Boudhanath, dimana stupa Buddha Tibetan terbesar di lembah itu berada. Tempat para peziarah dan pejalan seperti kami menghabiskan sore, ketika cahaya matahari menimpa puncak keemasan dari sang mata ketiga.
Hari 3 – Fajar di Puncak Bukit dan Senja di Sisi Sungai
Selepas subuh hari ketiga kami mendaki Swayambunath, demi menyaksikan fajar menyingsing di atas Kathmandu yang padat. Pada puncak bukit yang dipercaya terlahir dari kuntum teratai raksasa, detak jantung kota dibuka dengan lantunan mantra dan puja. Bersamanya kami larut pada syahdunya kuil yang dihuni kawanan kera.
*****
Basantapur yang berarti kota musim semi, adalah nama yang disematkan bagi Kathmandu Durbar Square. Ibukota kuno Kerajaan Nepal yang dipersatukan oleh Raja Prithvi Narayan Shah, sejak satu setengah abad yang lalu.
Kami beruntung karena mengunjunginya pada saat yang tepat. Ketika upacara demi upacara penuh warna sering digelar. Ibarat bebungaan musim semi yang cerah, kota itu memancarkan aura yang ceria. Mata dan kamera kami berpesta dalam semaraknya kota.
*****
Mungkin Pashupatinath adalah satu-satunya tempat yang tak pernah tidur di Kathmandu. Sebagai kuil kehidupan, ia terus berdetak sepanjang waktu. Tak pernah diserang gulita, sekalipun krisis energi sedang melanda.
Namanya mengandung ironi. Meskipun dibangun sebagai kuil penciptaan, justru di sanalah jutaan jasad meluruh menjadi abu. Kremasi yang tak pernah jemu dan henti, pada sisi sungai Bhagmati.
Pada senja itu, kami menutup hari bersama usainya aarti yang digelar para pandita berbalut busana jingga.
Hari 4 – Kota Bangsa Newar dan Taman Impian Perdana Menteri
Bhaktapur dirancang sebagai ibukota Kerajaan Malla yang cantik. Sebuah permata indah kebanggaan bangsa Newar. Karenanya sang penguasa kota itu, ingin agar ia tak tertandingi. Sebuah obsesi yang harus dibayar mahal. Karena siapapun seniman yang terlibat dalam pembangunannya, harus rela kehilangan sepasang tangan mereka, setiap kali selesai membangunnya. Sebuah kecantikan yang berbalut darah. Bagi mahakarya yang lambat digerus sejarah.
Selain menikmati kota yang dipenuhi oleh bangunan kuno nan cantik dan penduduknya yang ramah, maka mencicipi Juju Dhau adalah sebuah keharusan di sana. Karena ia adalah olahan susu terlezat yang namanya terkenal seantero negeri. Tak aneh, jika namanya sendiri berarti sebagai Yoghurt Raja.
*****
Garden of Dreams diciptakan seiring obsesi tinggi Perdana Menteri Chandra Shamsher Jang Bahadur Rana. Sebuah taman bergaya Eropa dan terbaik di jamannya, yang dipersembahkan bagi enam musim yang dimiliki Kerajaan Nepal.
Setelah berhari-hari menjelajah lembah Kathmandu yang bersalut debu, maka beristirahat di taman itu ibarat menjumpa oase. Kami menghabiskan sore di sana. Sekedar melepas lelah dan menjemput senja, sembari mengulas kisah yang kami peroleh di empat hari pertama.
Hari 5 – Melepas Senja di Pokhara
Hari itu, lebih dari 7 jam lamanya kami berkendara menuju Pokhara. Berbeda dari Kathmandu yang sibuk dan berdebu, kota ini menjanjikan ketenangan di sisi danau Phewa. Setelah didera perjalanan darat yang panjang, agenda kami sore itu hanyalah berusaha mengenal kota. Sembari menyesap ketenangan danau, dan menatap senja yang hilang di balik bukit Ananda.
Hari 6 – Menyapa Himalaya di Peace Pagoda dan Berperahu di Phewa
Adalah Himalaya wilayah Annapurna yang menjadi alasan persinggahan di Pokhara. Yang memacu semangat kami melakukan trekking kecil selepas subuh. Mendaki beberapa anak tangga di Sarangkot View Point, bersama puluhan pejalan lain yang bermaksud sama.
Tapi menjumpa Himalaya itu ibarat rejeki. Kami berusaha, dan hanya Tuhan lah yang menentukan.
Pagi itu, awan tebal seperti enggan hilang menyeliputi pegunungan. Bahkan hingga matahari meninggipun, pegunungan yang gagah itu tak kunjung terlihat jelas. Hanya puncak-puncak bersaljunya saja yang samar di antara gumpalan mega.
*****
Namun, rejeki itu menghampiri di Peace Pagoda. Meskipun tak lama, kami dapat menatap Annapurna Himalaya. Puncak-puncak Dhaulagiri, Annapurna, hingga Machhapuchhare yang gagah terlihat cukup jelas di balik kota. Cuaca pun menjadi lebih cerah daripada awal hari tadi. Seolah ingin menemani kami yang bertekad trekking menuruni bukit Ananda, dan berperahu di danau Phewa.
Peace Pagoda sendiri adalah sebuah penanda ikonik di Pokhara. Dan merupakan satu di antara ratusan stupa sejenis yang dibangun di seluruh dunia. Sesuai dengan namanya, ia adalah simbol akan harapan, tentang perdamaian di muka bumi selamanya.
*****
Hari 7 & 8 – Kejutan di Patan
Setelah tuntas menyapa Himalaya, kami kembali ke Lembah Kathmandu. Dan bermalam di Lalitpur, atau Patan Durbar Square yang merupakan ibukota terakhir Wangsa Malla. Kerajaan ini kemudian ditaklukkan oleh Wangsa Shah yang menyatukan Nepal. Menjadi sebuah kerajaan baru, yang pada masa awalnya membentang dari Punjab di sisi barat, hingga Sikkim di sisi timur.
Lalitpur adalah kota tua yang penuh warna. Sudut-sudutnya kaya akan cerita, dan sangat ramah untuk didokumentasikan. Kami menghabiskan hari-hari terakhir di Nepal, dengan berkelana dan merangkai kisah pada labirin-labirinnya.
*****
Di Patan saya memberi kejutan, bagi sembilan teman seperjalanan. Sebelum kembali ke tanah air, saya ingin mereka merasakan langsung bermalam di akomodasi bergaya Newari.
Penginapan bernama Temple House ini menempati sebuah bangunan asli bangsa Newar yang langgamnya dipertahankan secara turun temurun. Dengan dinding-dinding bata terbuka, dan kayu yang mendominasi sisanya. Jendela-jendelanya mengarah langsung ke kota tua, serta inner courtyard yang menjadi ciri khas hunian di Nepal.
*****
Pada akhirnya segala keseruan perjalanan itu harus berakhir. Meninggalkan pengalaman dan kisah baru bagi kami semua yang menjalaninya. Jauh lebih banyak dari foto-foto yang bercerita. Dan jauh lebih kaya dari warna-warna yang tertangkap kamera.
Semoga di kesempatan lain, BARTZAP.COM masih mendapat kepercayaan untuk menjadi teman seperjalanan kalian.
Salam!
Tetiba jadi kangen nepal
LikeLiked by 1 person
Waktunya kembali ke Nepal lagi mas Danan, masih banyak yang bisa dieksplor di sana. Mariii …
LikeLike
duuh foto-fotonya provokatif nih semakin membuncah keinginan pergi ke Nepal. Pliiiis adain Nepal Cultural Trip 2019 yaaa! Bulan Maret gitu biar bisa nabung duluuu 😀
LikeLiked by 1 person
Siap! Insya Allah awal November udah kita buka pendaftarannya 🙂
LikeLike
Foto2nya super bikin envy n super keren ..jadi mengamati sudut pandang pengambilan foto, ekspresi wajah orang yang di foto dan warna. Nepal terutama Kathmandu memang kaya warna eksotik ya. Pengen belajar photografi. Adain cultural trip seperti ke Lasem, Kudus, atau tempat industri kerajinan batik, perak donk Ka sambil ada kelas photography hahahah permintaannya macem2 yak smoga bisa dikabulkan.
LikeLiked by 1 person
Iya betul. Lembah Kathmandu memang eksotik banget. Pesta pora deh buat yang suka motret tempat dan momen-momen unik.
Boleh juga idemu Nit. Aku tertarik juga sih, biar sekalian share ilmu ya. Hmmm coba aku pelajari dulu ya.
LikeLike
Sipp..ditunggu kabar baiknya 👍
LikeLiked by 1 person
Siap 🙂
LikeLike
keren memang mas bro yang satu ini, udah sampai kemana-mana..jadi pengen ngetrip bareng..cuma sayang kita belum di pertemukan di waktu yang tepat ya mas bro hehehe
LikeLiked by 1 person
Insya Allah bisa segera ketemu waktu yang pas buat jalan bareng ya mas. Aku yang mau ke Solo lagi, belum jadi-jadi nih 🙂
LikeLike
aku salut sama kak Bart yang berani bikin open trip begini. aku sebenernya juga tertarik banget buat bikin open trip, nggak usah jauh jauh deh, ke jogja misal.
cuma aku nggak berani, karena aku belum tahu apa yang menjadi minat orang-orang yang akan ikut. misal kayak Kak Bart yang berani menyisipkan wisata jalan di tengah kota. aku kadang mikir, emang mau ya orang itu jalan jalan di tengah kota begitu? biasanya kan pada senengnya ke alam alam gitu soalnya.
LikeLiked by 1 person
Kalau menurutku nih ya, kita sebagai penyelenggara, harus merasa tertarik dulu dengan kegiatannya. Karena menurutku jalan kaki keliling Kathmandu itu menarik, maka ketika aku menawarkanpun aura menariknya bisa aku sampaikan dengan jelas.
Karena seberapa menariknyapun sebuah objek/tempat/kegiatan, kalau sebagai penyelenggara kita gak yakin itu menarik, maka nanti client juga akan ‘ketularan’.
Jadi ayo coba dipilih aja Gallant, kegiatan menarik apa yang bisa dirimu tawarkan. Tenaaang, selalu ada pasar untuk digarap kok.
Yang penting satu lagi sih, jangan terburu-buru untuk buka open trip. Aku sendiri mempelajari Nepal selama 5 tahun, dan butuh bolak-balik 3 kali sampai merasa pede buat membuka open trip. Itu pun masih merasa kurang di sana-sini.
Semangat yaaaa 🙂
LikeLiked by 1 person
hahaha. nah itu sih, kalau aku mikirnya, “wah asik nih ke tempat ini.” tapi pas aku sampaikan ke temanku, ekspresinya kayak kurang tertarik gitu. haha.
atau “ah itu mah kayak di (nunjuk suatu tempat).” :”D
LikeLiked by 1 person
Wah hahaha, kenapa ya? Mungkin dia memang bukan pasar yang tepat berarti. Tapi nih ya, aku malah penasaran dan pengen eksplor alamnya Jogja. Pas ke sana, lebih banyak eksplor budaya sama kulinernya aja.
Pengen camping-camping gitu di pantai selatan. Seru itu kayanya.
LikeLiked by 1 person
nah dan itu nggak cuma sekali dua kali. terus ke beda orang lho :))
LikeLiked by 1 person
Coba ke 100 orang, mungkin statistiknya akan sedikit berbeda 😀
LikeLike
Ya ampun keren banget sih.
Jadi mupeng deh pengen ke Nepal. Hhahaha.
Cuma gak tahu deh bakal kuat apa nggak sama dinginnya disana, wkwkwk 😆
Btw fotonya keren2 mas, apalagi foto yang pertama.
Cakep banget 😀
LikeLiked by 1 person
Kalau ke sananya pas musim semi kaya kami kemarin, pasti kuat deh Hans. Udaranya sejuk biasa kok, masih normal. Siang bisa jalan-jalan pakai kaos dan celana selutut. Malamnya pun cukup pakai jaket biasa. Kaos juga masih tahan.
Kalau musim monsoon atau panas, di sana udaranya bisa panas dan lembab. Sementara kalau musim dingin, jangan ditanyaaaa ,,, bisa merana. Karena gak semua tempat ada heater nya.
Aku pertama ke Nepal tahun 2013, pas musim dingin. Ya gitu deh, agak susah menyesuaikan diri. Meskipun tetap seru.
Makasih Hans sudah mampir dan tinggalkan komen yaaa 🙂
LikeLike
Sungguh ingin gigit jari lihat foto-fotonya, magazine material banget ala2 NatGeo Traveler or Destinasian 🙂
Doakan semoga bisa join trip Culture ini next time! Pengen ke Pokharaaaaa
LikeLiked by 1 person
Hahaha makasih kak 🙂
Aamiin aamiin, iya dooong semoga kapan-kapan bisa ikutan cultural trip ke Nepal. Pasti dirimu akan bawa pulang banyak cerita dan foto yang lebih keren.
LikeLike
masyaAllah bagus banget Bart, indah, nuansa culturalnya melekat banget, di semua sisi ya budaya Nepal melekat, duh kapan bisa ke sana, menatap punggung Himalaya
LikeLiked by 1 person
Semoga di lain kesempatan bisa datang ke Nepal ya kak. Gak perlu langsung naik gunungnya. Jalan-jalan aja dulu di kotanya. Menarik banget kok 🙂
LikeLike
Buatku Nepal adalah salah satu negara yang paling menarik untuk dijelajahi, dan bahkan di Kathmandu yang banyak orang bilang padat, chaotic, berdebu, aku malah justru suka lho mblusuk-mblusuk ke gang-gang sempitnya (meskipun akhirnya sempet nyasar). Btw itu makanan yang bulat-bulat ada semacam saus di tengahnya, cara makannya dipecahin atasnya terus sausnya dituangin ke dalamnya bukan? Soalnya sekilas mirip banget sama salah satu jajanan yang aku cobain di Chennai yang kata temenku orang India jajanan itu asalnya dari Kolkata. Enak itu seingetku.
LikeLiked by 1 person
Setuju Bam, aku juga merasa begitu. Lembah Kathmandu (Kathmandu, Patan, Bhaktapur) meskipun berdebu, padat, dan chaotic itu sangat menarik banget. Dan belakangan aku suka suasana Patan, terutama di pagi hari. Seru aja hunting foto di sana, banyak kegiatan yang menarik. Dan masyarakatnya pun cukup ramah dan terbuka untuk didokumentasikan.
Iya Bam. Makanan itu Pani Puri, atau mungkin ada yang sebut juga Golgappa. Aku rasa ini warung tempat kita mampir beli cemilan sebenarnya kokinya bukan asli Nepal, melainkan India. Jadi isi warungnya kebanyakan masakan-masakan India, walaupun sudah diolah dengan citarasa Nepal yang lebih ‘damai’ di lidah. Ya mungkin juga karena mereka satu benua, jadi makanannya saling mempengaruhi. Enak bangeeeet memang. Sensasi rasanya pas pecah di mulut itu lho yang unik 🙂
LikeLike
Sekali lagi keunggulanmu adalah ngga hanya narasi yang ciamik tapi juga photo stories yang sangat ‘bercerita’, Mas. Aku terbuai banget sama sajian foto-foto indahnya. Tambah baca cerita perjalanannya langsung berasa ikut jalan-jalan juga😀. Sedikit banyak aku udah bisa membayangkan suasana di Nepal kayak apa dari cerita suamiku yang juga pernah ke sana sebelum gempa. Dan lihat postingan ini jadi melengkapi imajinasi tentang Nepal. Semoga aku bisa ikutan open trip mu satu saat. Nabung heula hahahaha😂.
LikeLiked by 1 person
Terimakasih banyak untuk compliment nya kak Molly. Semoga aku bisa terus mempertahankan dan meningkatkan hal ini 🙂
Kebetulan aku pernah mengunjungi Nepal sebelum gempa terjadi, sehingga ketika jalan-jalan bareng bulan Maret 2018 lalu, aku bisa kasih informasi apa yang dulu ada dan sekarang sudah tidak ada di sana. Sebenarnya sedih juga, karena beberapa bangunan yang hilang itu ibaratnya mahakarya rumit yang sulit untuk dibangun ulang.
Aamiin aamiin, semoga bisa ikutan jalan bareng ya kapan-kapan. Tapi kalau misalnya kak Molly ada rencana ke sana secara mandiri dan butuh info-info tambahan, jangan sungkan buat kontak ya kak. Free kok buat kak Molly 🙂
LikeLike
Sama-sama, Mas Bart. Iya siap hehehe… makasih sebelumnya, ya😊. Pinginnya siy one day bisa ikutan trip nya, entah trip kemana gitu😀. Semoga.
LikeLiked by 1 person
Aamiin aamiin, insya Allah kapan-kapan bisa jalan sambil ngobrol-ngobrol bareng ya kak Molly 🙂
LikeLike
Aamiin… siap, Mas😀
LikeLiked by 1 person
Selamat untuk keberhasilan open trip-nya, mas! Aku juga punya semangat yang sama denganmu, ingin mengajak orang lain memiliki pengalaman backpacking yang kudapat di negara-negara tetangga. Tapi aku baru pede ke Singapura, KL, dan Bangkok, itu pun masih ada beberapa “kekacauan” karena lupa kondisi lapangan 😀
Dirimu sudah berapa kali ke Nepal sampai hafal begitu?
Satu tulisan memang tidak akan cukup merangkum perjalanan selama 8 hari. Maka dari itulah aku membuat tulisan berseri 🙂
LikeLiked by 1 person
Terimakasih Gi 🙂
Jujur sebenarnya aku sudah lama ditanya-tanyain soal bikin open trip sama beberapa kawan ke Nepal. Cuma aku sengaja gak mau terburu-buru.
Khusus untuk Nepal ini, aku pelajari selama 5 tahun dan sekitar 3 kalian bolak-balik ke sana, baru aku pede buka open trip. Itupun ada beberapa hal yang harus terus aku update, terutama paska gempa besar tahun 2015 lalu.
Tapi ada bagusnya juga sih, jadi aku bisa kasih informasi tambahan ke teman-teman seperjalanan, tentang apa yang berubah setelah gempa itu. Karena kebetulan aku ke sana pertama kali sebelum ada gempa.
Kalau untuk perjalanan pribadi, aku biasanya bikin tulisan secara berseri. Tapi karena ini ibaratnya laporan pandangan mata dan kamera, maka aku padatkan dalam satu tulisan saja.
LikeLiked by 1 person
Mas, itu memang sengaja bolak-balik Nepal buat mematangkan open trip? Atau niat aslinya jalan-jalan biasa?
LikeLiked by 1 person
Sambil menyelam minum air Gi. Kebetulan setelah kunjungan yang pertama, aku beberapa kali dapat kesempatan untuk trekking ke Himalaya. Nah, setiap habis turun gunung, aku sempatkan diri untuk keliling-keliling lagi supaya lebih paham. Jadi pas buka open trip, aku lebih siap dengan medannya.
Selain itu khan aku juga harus cari partner lokal yang bisa dipercaya.
LikeLiked by 1 person
I see. Sukses terus buat open trip-nya, mas. Siapa tau nanti bisa gabung 🙂
LikeLiked by 1 person
Aamiin, sama-sama ya Gi. Insya Allah kapan-kapan bisa gabung dan jalan bareng 🙂
LikeLike
Salah satu peserta trip nya aku kenal. Hehehehe
.
.
Itu photo danaunya minta banget segera disamperin hiks … dan seperti biasa aku selalu iri dengan gaya tulisan dan photo nan bagusnya bartzap 🙂
LikeLiked by 1 person
Wah kenal siapa nih?
Hahaha makasih Eka, tulisanmu juga asik kok 🙂
LikeLike
Hanum … teman kampus dulu 🙂
LikeLiked by 1 person
Oalaaah sempitnya dunia. Jadi kalau gitu dulu kuliah di Jakarta dong bareng Hanum?
LikeLike
Hehehe iya 🙂
LikeLiked by 1 person
Sangat indah dan inspiratif. Seruuu banget.
Moga2 bisa ikutan tripnya
LikeLiked by 1 person
Aamiin 🙂
LikeLike
Nepal .. salah satu destnasi impian saya … mudah2an punya rezeki modal, keehatan dan waktu untuk pergi kesana. Apalagi ada open trip yang trustworthy dan reliable … semoga sukses dan terus maju
LikeLiked by 1 person
Aamiin aamiin. Nah mas kalau ke sana bisa cobain sepedahan di Himalaya juga, pasti beda deh sensasi dan pengalamannya.
LikeLike
Indah sekali Nepal. Berapa dan kapan lg ada tur kesana?
LikeLiked by 1 person
Benar mas.
Insya Allah Maret 2019 ada lagi, kalau kemarin harga tripnya aja 6 juta. Tapi untuk tahun depan, nanti harganya akan diumumkan pada waktunya. Bisa jadi ada penyesuaian karena dollar juga sudah naik agak jauh dibandingkan tahun kemarin.
LikeLike
AWESOME PHOTOS! Keren banget foto-fotonya Mas! 😀
Diliat-liat lagi kayaknya berasa di India yah, cuma di Nepal sepertinya lebih modern.
LikeLiked by 1 person
Terimakasih Her 🙂
Sebenarnya sih secara umum, India lebih maju dan modern dibandingkan Nepal. Kalau hal ini kita ukur dari infrastruktur, kondisi ibukota, transportasi, bandara, dan beberapa sarana publik lainnya. Cuma mungkin karena India lebih luas negaranya, jadi terkesan bisa jadi seperti itu.
Yang pasti sih secara umum orang Nepal jauh-jauh lebih ramah dan menyenangkan dibandingkan India. Setelah aku beberapa kali ke Nepal pun, terkesan kalau scam nya gak separah India.
Dirimu harus ke Nepal deh Her. Aku jamin suka. Masakannya juga lebih ‘damai’ di lidah Indonesia. Dan ongkos hidup di sana juga tergolong murah.
Kalau ada rencana mau main ke Nepal, kabarin aja ya.
LikeLike
Kereeeeeen….
LikeLiked by 1 person
Matursuwun Sir.
Semoga kapan-kapan bisa main ke Nepal juga yaaa 🙂
LikeLike
Aamiin… Moga diijabah…
LikeLiked by 1 person
Aamiin …
LikeLike
Aaaaaak! Tone fotonya begitu kerasa nyata. Seolah saya ikut ke dalamnya. Mupeng euy! :))
LikeLiked by 1 person
Terimakasih Qy.
Semoga kapan-kapan bisa ke Nepal beneran yaaaa 🙂
LikeLiked by 1 person
Amin!
LikeLiked by 1 person
Ulasannya Kerenn
photo photonya kerenn
tapi yang paling keren pengalaman perjalanan ke Nepal yang tak terlupakan
apalagi di guide oleh mas Bartz yang sudah hafal banget mengenai Nepal
Makasih mas Bartz,.
kalau ada trip lagi, bolehlah ikut bareng istri. biar lebih puas lagi belanjanya…
LikeLiked by 1 person
Terimakasih banyak mas Tiyo udah mau gabung. Insya Allah next trip bisa jalan lagi dan ajakkin si teteh juga ya 🙂
LikeLike
Waaahh…suka sekali dengan liputan dan foto-fotonya. Berasa ikut jalan ke sana. Btw, apakah kira2 suhu di Kathamndu kalau siang bolong mirip2 dengan Dieng mas? Penasaran hehe.
LikeLiked by 1 person
Untuk suhu di Kathmandu, tergantung musimnya. Kalau musim panas atau monsoon ya bisa lumayan panas dan lembab. Tapi pas di musim dingin bisa sangat dingin. Kebetulan saya ke sana pertama kali di musim dingin, lalu dua kali sisanya termasuk trip yang satu ini adalah di awal musim semi.
LikeLike
Saya menghabiskan 16 hari di Nepal, waktu yg cukup nanggung untuk biaya visa rugi nambah 15 USD karena kelebihan 1 hari. Dan itu pun masih sangat kurang lama. Haha…
Hari terakhir saya juga memanfaatkan waktu dengan menginap di rumah bergaya newari berusia lebih dari 500 tahun di Kathmandu Durbar Square nama penginapan nya Dwarika’s Chenn. Pagi hari adalah waktu terindah saat tinggal di sana, dari roof top kita bisa lihat matahari terbit yg muncul dari balik atap candi candi tua yg dibangun dari abad ke 17. Suara lonceng dan sayup2 mantra di kuil juga terdengar dari dalam kamar, 3 menit kemudian saya sudah berada di kawasan world heritage site kathmandu durbar square lewat pintu belakang penginapan yg tembus ke sana.
LikeLiked by 1 person
Berarti dapat pengalaman yang menyenangkan dan berkesan ya waktu ke Nepal? Alhamdulillah.
LikeLike
Mas bisa minta no contact nya, what’s app, fb or ig mkin. Trmksh
LikeLiked by 1 person
Untuk Fb dan IG ada di bawah blog saya ini. Silakan diklik yaaa.
LikeLike
Aku sukaaaa cerita sama fotonyaaa! Dan aku suka banget Nepal. Baru sekali ke Nepal dua tahun lalu, candu banget! Semoga culture trip berikutnya pas long long weekend yah jd bisa cuti wkwk
LikeLiked by 1 person
Aamiin, jadi next gabung yaaa. Jalan bersama.
LikeLike