Wisata kuliner dan belanja mungkin adalah dua kegiatan yang paling banyak diasosiasikan dengan jalan-jalan di Bandung. Dan jujur saja, saya pun akan menjawab begitu, selain menikmati bangunan-bangunan lama dan sejarahnya. Apalagi, kalau misalnya hanya mempunyai waktu yang terbatas untuk berada di kota itu. Dua puluh empat jam saja misalnya.
Tapi dua bulan lalu saya berkesempatan menghabiskan waktu yang singkat di Bandung, dengan agak sedikit berbeda. Dan rasanya itu jauh lebih menyenangkan daripada biasanya. Meskipun, wisata kuliner tetap menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan.
Bersama dengan dua orang travel blogger senior –Mas Teguh Sudarisman dan Mbak Donna Imelda-, serta mbak Ari dan Fine dari Hotel Prime Park Bandung, saya menikmati kota itu dengan tiga cara yang bisa kalian lakukan juga.
Menikmati Sore di Saung Angklung Udjo
Sebenarnya nama Saung Angklung Udjo (SAU) sudah saya dengar sejak lama. Tapi rasanya, kalau bukan karena trip kecil ini, saya mungkin belum tentu akan mampir ke sana. Karena memang jarang terbersit untuk memasukkannya ke dalam itinerary.
Kami berangkat ke Saung Angklung Udjo selepas shalat ashar dan makan siang yang ‘mewah’ di Hotel Prime Park Bandung. Kebetulan letak tempat yang kami tuju sore itu, tak begitu jauh dari hotel. Meskipun harus menembus lalu lintas yang agak padat di sore hari, saung angklung yang terkenal itu dapat kami capai dalam kisaran 15 menit saja.
Didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya –Uum Sumiati-, saung angklung ini merupakan sanggar yang menjadi tempat pagelaran seni, laboratorium pendidikan, sekaligus sebagai obyek wisata budaya khas daerah Jawa Barat. Selain itu juga terdapat workshop dan tempat penjualan cinderamata khas Parahyangan di sana. Namun sore itu kami sengaja datang untuk menyaksikan ‘pagelaran bambu’, yang diadakan secara reguler setiap harinya sejak pukul 15.30 hingga 17.30 waktu setempat.
Pagelaran bambu ini merupakan satu set acara seni interaktif, yang mengajak pengunjung untuk ikut terlibat dalam pertunjukkan, meskipun tak sepenuhnya. Acara yang dipandu secara dwi bahasa ini, dibuka dengan demonstrasi wayang golek, dilanjutkan dengan helaran atau sisingaan yang diiringi angklung pentatonis bernada riang gembira, diikuti oleh pertunjukkan tari topeng, angklung mini, alunan rumpun bambu atau arumba yang bernada diatonis, medley lagu nusantara, orkestrasi angklung, hingga menari bersama.
Namun yang paling menyenangkan dari seluruh rangkaian acara adalah sesi bermain angklung bersama. Pada bagian ini, masing-masing pengunjung dibagikan sebuah angklung dengan nada tertentu. Dan dipandu oleh salah seorang putra abah Udjo, sore itu kami diajak untuk bermain angklung secara masal. Mulai dari pengenalan nada dan perintah iramanya, hingga memainkan beberapa lagu utuh.
Bagi saya yang tak pernah beres dalam mempelajari alat musik apapun, rasanya sore itu menjadi salah satu momen paling membahagiakan seumur hidup. Ternyata saya bisa bermusik juga!
Trekking Pagi di Bukit Moko
Esok paginya saya terbangun dengan sisa obrolan acak malam sebelumnya. Termasuk tentang transformasi Laplace, yang kemudian membuat saya sadar, jika kami bertiga -saya, mas Teguh, dan mbak Donna– adalah orang-orang teknik yang sedang mencoba ‘mencari jalan lain’ dari yang kami pelajari bertahun-tahun sebelumnya. Bedanya saya dan mbak Donna masih juga berkutat di dalamnya, sedang mas Teguh memilih untuk berputar haluan.
Awalnya kami berencana untuk mengejar matahari pertama di bukit Moko. Lagi-lagi, sebuah nama tempat di Bandung yang sudah lama saya dengar, namun selalu urung untuk saya kunjungi. Tapi karena ingin menikmati sarapan pagi yang lebih santai di hotel, dan mengeksplorasi area kolam renang di rooftopnya, maka kami menggeser acara tersebut hingga ke pukul delapan pagi.
Untungnya bukit Moko dapat dicapai dengan mudah dari hotel tempat kami menginap. Cukup 30 menit saja berkendara, melalui lalu lintas kota yang agak sibuk. Sehingga, kami bisa memulai trekking kecil sebelum matahari terlalu terik.
Awalnya saya agak skeptis dengan tempat satu ini. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah bukit yang terletak tak jauh dari pusat kota? Bandung itu riuh, bukitnya pun tak akan berbeda jauh. Namun, ternyata saya salah. Jika meminjam istilah mbak Donna, maka pagi itu paru-paru kami berteriak sedemikian kuatnya, akibat kesegaran udara yang diberikan oleh bukit itu.
Hal yang paling saya amati pada sepanjang perjalanan menuju bukit Moko adalah tanjakannya. Wah, rasanya jalur itu cocok untuk dijadikan area persiapan, seandainya saya akan kembali trekking lagi ke Himalaya. Menanjak tanpa ampun, melalui pedesaan, dan diselingi oleh pemandangan yang menyegarkan di kejauhan. Lebih padat memang, namun tetap saja menyenangkan.
Jika tenaga dan waktu masih memungkinkan, dari atas puncak bukit Moko masih terdapat pilihan trekking lanjutan. Diantaranya ke arah Maribaya lodge serta beberapa air terjun. Melintasi hutan-hutan pinus, sembari mempelajari patahan Lembang.
Sayang, pagi itu waktu kami tak banyak. Pun alas kaki yang kami pakai, lebih cocok untuk jalan-jalan di perkotaan. Mungkin lain kali, saya akan kembali ke sana. Trekking sehari penuh, dan menyusuri sudut-sudut bukit lainnya. Ada yang tertarik bergabung?
Menghabiskan Siang di Rumah Batik Komar
Rasanya Bandung tak identik dengan batik. Ada kota-kota lain di Indonesia yang lebih direkomendasikan untuk mengenal kesenian tekstil satu ini. Maka, awalnya saya tak terlalu antusias ketika mas Teguh mengarahkan kami untuk mengunjungi Rumah Batik Komar di daerah Cigadung ini. Saya berpikir rumah batik ini hanyalah sebuah galeri biasa. Namun, ternyata tempat ini cukup istimewa.
Hal pertama yang membuat saya bersemangat ketika tiba di Rumah Batik Komar adalah adanya perpustakaan canting cap yang mereka miliki. Ratusan atau mungkin ribuan canting tembaga itu tersimpan dalam rak-rak susun. Motifnya bermacam-macam, dengan tingkat kerumitan yang berbeda-beda. Dan menurut saya, canting-canting itu sangat menarik untuk dikoleksi.
Demi menyambut kedatangan kami, selain memberikan sedikit penjelasan tentang usahanya, Pak Komar juga menawarkan untuk belajar membatik secara singkat. Yang tentu saja kami sambut penuh semangat. Kapan lagi coba belajar langsung dari ahlinya?
Dengan sangat sabar beliau dan beberapa pegawainya mengarahkan kami untuk membuat kain batik sendiri. Mulai dari menggunakan canting cap, canting klowong, memperlihatkan proses pewarnaan, penghapusan malam, pencucian, hingga pengeringannya. Dan dalam waktu kurang dari satu jam, kami sudah mendapatkan sebuah sapu tangan batik buatan sendiri.
Ternyata, selain memproduksi kain batik, tempat ini juga memiliki program kursus bagi para peminat batik. Mulai dari kursus singkat beberapa jam, hingga beberapa hari. Termasuk kursus lengkap usaha batik dan program kemitraan. Menarik khan?
Jujur saja, setelah kunjungan itu, saya terpikir untuk mengambil kursus batik yang lebih dalam. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan warisan budaya bangsa satu ini?
Trip singkat ini menyadarkan saya, bahwa sebuah tempat yang kerap kita kunjungipun terkadang masih dapat memberikan kejutan-kejutan baru. Sehingga sesungguhnya, kebosanan terhadap suatu tempat hanyalah bersifat sementara. Dan mungkin hanya dibutuhkan beberapa informasi serta sedikit keberuntungan, untuk kembali jatuh cinta. Bukankah begitu?
Aahhh….
Posting artikelnya terlambat, mas brow..
4 bulan yang lalu, sempet browsing cari² artikel tentang Bandung, karena alhamdulillah diberikan keleluasaan wajtu dan rejeki utk bisa liburan.
Dipilih Bandung sebagai destinasi adalah krna dekat ke Sukabumi, kampung halaman istri, krna memang kami mengajak serta keluarga istri.
Karena tdk menemukan artikel yg representatif, dengan budget kami terutama, hehehe…, akhirnya kami putuskan mengeksplor area Ciwidey…
BTW, thanks for sharing stories, Bart, walau setelah sya baca jadi mupeng…
Ed’s
LikeLiked by 1 person
Aduh maafkan, ini harusnya juga posting sejak awal September. Cuma karena kesibukan kerjaan, jadi agak tertunda. Tapi kegiatan ini masih bisa dikerjakan kapan-kapan kok mas Raden. Ayo kapan-kapan dicoba, semua kegiatan ini seru lho kalau dilakukan bareng keluarga 🙂
LikeLike
kayaknya kamu pernah nulis tentang trip staycation kamu ini bukan sih?? *eh atau aku dejavu karena baca tulisan mbak donna dan mas teguh ya.
komenku udah disalurkan lewat facebook :p
ada rasa deg-deg-an gak pas kamu cap batik?
LikeLiked by 1 person
Staycationnya sudah ko. Tapi kegiatan selama staycation nya baru ini aku tuliskan.
Iya, ini kemarin tripnya bareng mas Teguh dan mbak Donna. Ternyata seru juga mereka, meski senior dan banyak ilmu, tapi kita bisa ngobrol santai sampai super beraaaat 😀
Hmmm deg-degan sih nggak, cuma aku belum terbiasa aja megang canting, jadi agak ‘mbleber’ gak karuan waktu nglowong nya 🙂
LikeLike
sayangnya beberapa waktu lalu pas ke Bandung ga mampir ke saung angklung mang Udjo, soalnya kalah voting, lebih milih wisata belanja orangnya…
LikeLiked by 1 person
Hahaha wisata belanja dan makan masih jadi pilihan nomor satu ya kalau ke Bandung. Mungkin lain kali Hen, bisa dicoba 🙂
LikeLike
Betul banget Mas. Sebuah tempat, saya yakin, tidak sesederhana hanya dalam satu kunjungan saja. Jika kita memandang lebih dalam lagi, pasti ada sesuatu yang baru yang dapat kita ambil, hehe. Tempat-tempat yang dijelaskan di sini justru termasuk baru bagi saya. Sebab sudah beberapa kali ke Bandung tapi belum pernah mampir ke tempat-tempat ini, haha. Terima kasih untuk rekomendasinya! Dalam kunjungan selanjutnya ke Bandung, semoga saya bisa menyelipkan barang satu dua destinasi, hehe.
LikeLiked by 1 person
Iya, dan begitu juga sebaliknya, jika ada yang mengklaim sudah mengetahui dengan baik suatu tempat hanya karena sekali dua kali kunjungan saja ya Gar.
Sama-sama Gara, semoga kalau ke Bandung lagi bisa coba mampir salah satu atau coba ketiganya sekaligus yaaa 🙂
LikeLike
Wkwk, bahkan orang yang tinggal di tempat itu kadang-kadang belum kenal betul dengan daerahnya, Mas. Dalam kasus saya dan Lombok sih begitu, hehe…
Amin, terima kasih!
LikeLiked by 1 person
Seperti kasusku dan Bogor juga Gara hahahaha. Tapi itu memang kerap terjadi sih, kita kerap melihat tempat baru dengan kacamata yang berbeda khan daripada daerah kita sendiri.
LikeLike
Betul sekali, Mas. Kalau sudah pernah berkunjung atau tinggal di sana, pasti ada prasangka terhadap suatu tempat, hehe.
LikeLiked by 1 person
Dari dulu saya pingin banget deh mbatik.
Wah, keren nih masnya, mengeksplor sisi lain dari destinasi di kota Bandung.
LikeLiked by 1 person
Harus cobain, seru deh prosesnya, mulai dari awal kain kosong sampai jadi satu kain batik.
Semoga kapan-kapan bisa cobain ya.
Terimakasih.
Memang tantangannya di sini nih, kalau harus menulis satu tempat yang sudah diulas banyak orang. Harus mencari sudut pandang baru.
LikeLike
Duh tone foto-fotonya aku suka. Hahaha.
Aku lagi seneng sama tone foto kayak gitu nih perpaduan coklat dan pucat.
Kayaknya bulan depan atau depannya lagi aku ke Bandung, bisa nih mampir ke sini.
Tapi kok, Transformasi Laplace dibawa bawa sih. -____-
LikeLiked by 1 person
Terimakasih Gallant. Iya, semoga sempat mampir ya pas di Bandung.
Hahahaha ,,, yang nanya gini, pasti juga paham atau juga pusing sama Transformasi Laplace 😀
LikeLiked by 1 person
Sampe sekarang masih bingung bedain transformasi laplace sama transformasi fourier. Tapi bodo amat lah wkwkwk
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya jangan dipikirin. Mendingan nonton film Transformer, tinggal duduk anteng 😀
#apahubungannya
LikeLiked by 1 person
Berarti nggak 24 jam dong :p hanya beberapa jam saja kan :p
Aku juga nggak bisa bermusik sama sekali, tapi klo liat di tivi mainin angklung tinggal digoyang-goyang aja kayaknya. Gampang gitu wakakakaka.
LikeLiked by 1 person
Kemarin sih 24 jam lebih dikit ya buat main ke 3 tempat ini hahahaha … anggep ae sakmono Lid 😀
Iya sih, awalnya kaya gampang gitu kalau lihat cara bunyiin angklung. Tapi mas main bareng dalam mini simfoni gitu, agak susah juga, kadang-kadang ketinggalan. Soalnya cara ngasih kode nadanya itu cuma pakai kode tangan yang khusus banget 😀
LikeLike
baru tahu tentang Rumah Batik Komar
LikeLiked by 1 person
Bisa buat ide kak Olip deh kalau mau main ke Bandung lagi 🙂
LikeLike
Dicatet. Dua minggu lagi mau ke Bandung cuma semalam doang. Haha…
LikeLiked by 1 person
Berarti cocok nih buat nyoba main ke salah satu atau dua tempat ini 🙂
LikeLike
Semoga gak ujaan.
LikeLiked by 1 person
Aamiin 🙂
Iya nih, Bandung hujannya agak nyantai. Minggu lalu aku kesana lagi, dan hujan angin 😀
LikeLike
Saung Udjo aku pernah kesana dan suka sama tempatnya, meski saat itu anak2 lebih tertarik sama bule hehe… Batik Komar lucu, jadi pengen kesana, itu sapu tangannya di foto terakhir keliatan besar ya mas
LikeLiked by 1 person
Hahaha pada takjub ya liat bule?
Nah iya ajakkin keluarga deh ke Batik Komar, seru juga lho kalau ikutan belajar bikin batik. Hmmm … itu lebih mirip bandana sih pada akhirnya 😀
LikeLiked by 1 person
Ow, ambil fotonya dari jarak dekat ya mas?
LikeLiked by 1 person
Bisaaa 🙂
LikeLiked by 1 person
Aku kok salah fokus ya sama mbak-mbak cakep yang rambut pendek #ehh
Anyway, sampe sekarang aku pasti merinding kalo dengerin suara angklung, apalagi kalo dimaenin orkestra 😄
Ps: sepakat sama Gallant, tone fotonya calep euy
LikeLiked by 1 person
Mau dikenalin? Tapi udah ada yang punya yaaa 😀
Wah sama bang, aku juga merasa gitu. Malah agak-agak terharu maininnya, soalnya gak pernah bisa main musik 😀
ps: makasih yaaa 🙂
LikeLike
Ah aku selama di Bandung belum kesini, Mas. Mau keluar selalu hujan. Next klo ke Bandung lg harus kesini dah pokoknya.. NOTED
LikeLiked by 1 person
O iya ya, mas Fajrin khan kemarin habis dari Bandung. Cuma kayanya hujan terus ya selama di sana.
Harus mas, biar ada selingan acara kalau ke Bandungnya 🙂
LikeLike
Seru banget Mas Bart, apalagi jalan pagi di Bukit Moko. Fotonya juga bagus-bagus 🙂
LikeLiked by 1 person
Iya Nia, cobain deh. Siapa tau mau main yang gak jauh-jauh dari ibukota bareng mas suami 🙂
LikeLike
Pernah ke bandung 24 jam dan cuma bisa dapat tiga tempat. Weekendnya macet hahaha
LikeLiked by 1 person
Kalau soal macet sih jangan ditanya. Bandung ruaarr biasa macetnya di akhir pekan. Makanya, kemarin pas aku ke sana itu weekday 🙂
LikeLike
Next time ke Bandung aku mau ke Saung Angklung, kemaren ga kesampaian ke sana…syedih 😦
LikeLiked by 1 person
Jangan syedih kak, insya Allah saung angklungnya masih di situ kok. Jadi kalau ke Bandung lagi, harus mampir yaaa 🙂
LikeLike
Seru sekali jalan bareng sama kak Donna, Btw tempat Batik itu untuk foto Human Interest oke juga ya kak 😀
LikeLiked by 1 person
Bangeeet, emang seru. Kapan dong kita jalan bareng juga mas, sambil tukar ilmu motret.
O iya bener banget, banyak kegiatan menarik di sana. Kegiatan para pembatik. Mulai dari ngecap, nglowong, mewarnai kain, menghapus malam, dan lain-lain. Ayooo main ke sana yuk. Atau sentra pengrajin batik lainnya 🙂
LikeLike
Boleh lah kalo pas waktunya mas, kamu kapan ke laut lagi. Kalo akhir tahun ini kayaknya pengen mager di rumah aja. ahahahaha cuacanya kurang oke soalnya.
LikeLiked by 1 person
Ini juga lagi di laut sih mas.
Iya nih, kayanya cuaca di beberapa tempat di Indonesia sedang kurang bersahabat. Kalau aku sih kemungkinan juga gak kemana-mana, lagi ‘prihatin demi sesuatu’ 😀
LikeLike
Aku tuh berkali-kali pengen ke Saung Angklung Udjo tapi belum pernah kesampaian. Yang paling dicari itu ya pengalaman main angklung rame-rame itu. Terakhir melakukan ini duluuu banget pas sekolah. Eh pas kuliah juga sih, tapi cuma sebagai penonton. Jadi pas penerimaan mahasiswa baru ada orkestra angklung yang mainin musik Eropa. Waktu itu sih merinding kagum soalnya ternyata angklung bisa terdengar megah!
Btw canting cap itu malah di benakku bagus kalo dijadiin ornamen rumah, misalnya dipasang di dinding gitu. 🙂 Bagus dan halus banget keliatannya.
LikeLiked by 1 person
Nah iya bener banget Bam. Aku juga pernah dengar orkestrasi angklung memainkan lagu Indonesia Raya, keliatan megah banget. Ditambah memang partitur Indonesia Raya yang sengaja dirancang megah. Kalau gitu, seandainya ke Bandung lagi harus mampir ke Saung Angklung Udjo. Dan memang bagian paling menarik adalah saat main angklung bersama itu. Menyenangkan!
Iya Bam, betul banget. Aku juga terpikir gitu. Selain bisa dijadikan hiasan dinding, kayanya kalau dibuat partisi ruangan juga keren. Berarti kita terpikir hal yang sama. Eh iya, aku dah dapat info sih bisa mesannya dimana 🙂
LikeLike
Waah, nanti kalo aku ada rencana buat beli bisa kontak kamu ya. 🙂
LikeLiked by 1 person
Nanti aku tak coba datangin langsung dulu deh, ini juga baru dapat infonya aja dari teman 😀
LikeLiked by 1 person
wah saya baru tahu ada rumah batik di daerah Cigadung …
kalau pas ke Bandung mesti mampir kesini nih
LikeLiked by 1 person
Iya mas, kayanya banyak yang belum tahu. Padahal rumah batik ini sudah cukup lama juga beroperasinya.
Betul mas, harus mampir kalau ke Bandung lagi 🙂
LikeLike
baru tahu rumah batik komar, menarik juga ya! kalo yang laen udah pernah *songong* *dikeplak kak Bart* tapi masih mau lagi kalo diajak ke Saung Udjo, menyenangkan banget anak-anaknya.
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya ih! 😀
Eh tapi harus cobain lho main ke Batik Komar nya, ternyata seru juga belajar ngebatik itu.
Iya, Saung Udjo menyenangkan banget. Aku sih paling suka pas acara main angklung barengnya 🙂
LikeLike
Wah, kebetulan saya lagi sering ke Bandung. Lagi ada project di sana, hahahaha.
Long weekend lalu saya dari Jakarta ke Bandung selama 9,5 jam karena naik travel, dan rasanya agak sedih karena Bandung yang SUPER RAMAI DI MANA-MANA!!
Anyway, Chinatown makanannya enak-enak. 😀
LikeLiked by 1 person
Hehehe memang sebaiknya sekarang jangan ke Bandung naik travel atau bus sih, macetnya luar biasa. 3 minggu lalu saya naik bus dari Bogor ke Bandung sampai 6 jam lebih, padahal biasanya cuma 3 jam aja. Dan memang lihat Bandung yang padatnya luar biasa jadi agak sedih ya.
Wah Chinatown nya Bandung di sebelah mana? Kayanya saya belum eksplor daerah situ. Sebenarnya pengen jelajah Bandung lebih banyak, cuma macetnya itu yang suka bikin males 😀
LikeLike
aaa belum kesampaian ke bukit moko
LikeLiked by 1 person
Nah, ayooo cobain main ke Bandung Ina 🙂
LikeLike
Halo kak BaRT, thank you for sharing this info.
Menarik banget, asli! Baru tau kalo di Bandung ada Saung Angklung Udjo.
Gak kepikiran banget ke Bandung itu bisa ke tempat-tempat lain kaya yang kamu share.
Menginspirasi banget deh kak 🙂
Btw kak, main angklung di Saung Angklung Udjo gartis apa bayar? 😂
Keep sharing ya!
LikeLiked by 1 person
Sama-sama Liana 🙂
Kalau lihat-lihat dan main ke Saung Angklung Udjo sih gratis. Tapi kalau mau nonton pertunjukkannya bayar. Harganya cukup pantas kok, dan menyenangkan banget bisa nonton pertunjukkan itu plus main angklung barengnya.
O iya, kalau misalnya dirimu nginapnya di Hotel Prime Park Bandung, mereka bisa kasih harga yang bagus dan antar jemput juga. Coba aja kontak mereka.
Tapi datang sendiri langsung juga bisa kok 🙂
LikeLiked by 1 person
Wah, asik asik. Ada tau dimana saya bisa dapet info soal pertunjukannya kapan aja Kak BaRT?
Makasih infonya 🙂
Masuk bucket list-ku nih buat awal tahun 2018 hihi
LikeLike
ternyata di Bandung ada Batik juga…
LikeLiked by 1 person
Iya, gak kepikiran ya selama ini? 😊
LikeLike
nice artikel about bandung, blognya saya follow, jan lupa folbek yyo hihiii salam kenal
LikeLiked by 1 person
Sudah follow juga. Salam kenal yaaa …
LikeLiked by 1 person
siaap terimakasih
LikeLike
Wah, makasih rekomendasinya, Mas. Besok saya sempatkan mampir SAU waktu ke Bandung 😀
Btw kalau tempat kuliner yang agak tenang ada rekomendasi nggak ya mas?
Maklum besok ke sana masih suasana honeymoon
*eh
LikeLike
Tempat kuliner yang agak tenang? Hmmm coba ke Maxi’s Resto dan Rumah Ethnic di daerah Ciumbuleuit. Areanya tenaaang banget 🙂
LikeLike
bbrapa bulan lalu sy juga sempat ke bandung, dan sy lupa ternyat saat itu anak2 sekolah lagi musim liburan… dan hasilnya semua t4 wisata di bandung penuh sesak.. hahah
yahh akhirnya ngambil foto ala kadarnya aja, sy ke air terjun cimahi pun bnyak banget org 😀 😀
intinya belum puas main ke bandung 😀
LikeLike
Emang main ke Bandung sekali aja belum puas, terlalu banyak hal menarik di sana soalnya 🙂
LikeLike
serunya jalan ke Bandung. walaupun beberapa kali kesana selalu ada list yang nga kesampaian yach. jadi pengen balik dan balik lagi.
Trekking ke bukit moko gitu kamu rapi bangat dech Bart 🙂
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya nih Lin. Lagipun memang rencananya mau jalan-jalan di kota, cuma mampir dulu ke Bukit Moko ini, jadi ya gitu deh. Tapi memang bisa dibawa santai kok trekking di sini 🙂
LikeLiked by 1 person
seru bangt ya… ikut dong :p
LikeLike
Hahaha yang ini udah lewat bro 😀
LikeLike
ya udah, saya mau ikut. kemana lg plannya? :p
LikeLike
Dalam waktu dekat ini sih mau ke Wakatobi. Yuk, join hehehehe
LikeLike
ahahaha.. mupeng, berapa hari disana?. mau bgt sihh tp liat sikon saat ini agak sulit. kemarin aja tiket saya ke china saya batalkan gegara ada kerjaan dadakan #nasib# .
btw apa kbr?
LikeLiked by 1 person
Hahahaha, nama bukitnya itu looo sama dgn nama saya…….kalo gitu saya wajib ke sana juga ya 😀
LikeLike
Wah iya, kebetulan banget ya mas.
Salam kenal mas Moko 🙂
LikeLike
Jalan2 sama mas Teguh Sudarisman memang selalu asik dan berfaedah ya. Dan gk jauh2 dr batik. Hihi. Aku pernah sm masTeg ke batik netawi yg ada di Terogong dan Situ Babakan.
LikeLike
Jelas banyak ilmunya yang pasti, secara dia senior dalam hal penulisan artikel jalan-jalan 🙂
Btw, aku malah belum pernah lihat detailnya batik Betawi.
LikeLike
Yah, waktu itu beberapakali nglewatin lokasi Saung Udjo tapi selalu gagal mampir nonton pertunjukan, penuhnya itu loooh …
Parkirannya selalu full bis-bis rombongan tour.
Mau masuk jadi ragu desak2annya.
LikeLike
Coba datangnya di weekday deh, biasanya gak sepenuh weekend 🙂
LikeLike
bukit Moko bisa jadi referensi jalan-jalan. Tahunya bukit ini kalau malam cakep, eh paginya juga ok buat lihat2 viewnya
LikeLike
Aku malah gak kebayang kalau ke Bukit Moko malam-malam mas. Tapi boleh juga sih dicoba kapan-kapan, buat lihat pemandangan Bandung dari ketinggian di malam hari ya? 🙂
LikeLike
Aku juga suka saung Mang Udjo
LikeLike
Kalau sama aku, suka juga gak kak? #eh
LikeLike
apakah ada beberapa rekomendasi wisata kuliner ?
LikeLiked by 1 person
Untuk wisata kuliner, saya bahas di lain postingan mungkin. Belum sempat bikin liputan makanan di Bandung, soalnya banyak banget 😀
LikeLike
Owhhh.. Baru tau tentang Rumah Batik Komar. Sebagai warga Bandung saya merasa failed. Hahaaa..
LikeLike
Serius? Hehehehe, tenang aja. Banyak warga Bandung lain yang aku tanya juga gak tau kok 🙂
LikeLike
hanya saung angklung udjo yg sering denger.. lainnya baru tahu.. boleh jg nih alternatif wisata ke bandung klo udh bosen dg yg itu2 aja..
-Traveler Paruh Waktu
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, bisa ngasih tambahan referensi kalau ke Bandung hehehhe
LikeLike
Wahh Bandung itu seru banget ya. Ada banyak banget tempat indah disana
LikeLike