Rasanya, kunjungan ke Solo pada tahun 2015 lalu menjadi awal kecintaan saya pada penginapan-penginapan berkonsep eco-friendly. Yang tak hanya menawarkan tempat bermalam, namun juga memantik inspirasi. Penginapan macam ini seringkali membangkitkan angan tentang hunian ideal yang ingin dimiliki. Hijau, berbaur dengan alam, santai, dan serasa tinggal di kediaman pribadi.
Sayangnya, belum banyak penginapan yang benar-benar mengolah konsep macam ini. Sehingga menginap di Djajanti House Semarang beberapa waktu lalu, menjadi pengalaman menarik saya lainnya akan penginapan yang bertema ‘kembali ke rumah sendiri’.
Djajanti House Semarang: Menginap di Rumah Eyang
Penginapan ini langsung memikat hati saya pada kali pertama. Terletak pada daerah hunian yang asri, tenang, dan jauh dari keriuhan kota. Kerimbunan tetumbuhan langsung terasa mendominasi begitu saya tiba. Sementara bangunan-bangunan bernuansa Jawa terlihat kontras, namun padu dalam balutan warna terakota.
Secara fungsi, area di penginapan ini dibagi menjadi dua. Yaitu area komunal dan kamar-kamar pribadi. Yang semuanya dibangun setengah terbuka, dengan dilengkapi teras ataupun balkon.
Dua buah pendopo beratap joglo dengan empat soko guru menjadi tempat dimana area penerimaan tamu, perpustakaan, ruang santai, dapur, dan ruang makan berada. Yang keseluruhannya dapat digunakan secara bersama.
Sedangkan kamar-kamar pribadi di penginapan ini hanya berjumlah delapan unit. Yang terletak pada area berbeda, dan terdiri dari jenis standar serta studio. Perbedaan mendasar dari keduanya hanyalah pada adanya mezzanine dan daya tampungnya saja. Dimana kamar jenis standar dapat mengakomodir dua orang tamu, sedangkan jenis studio sanggup mengakomodir tiga orang tamu.
Sementara sebuah lahan terbuka yang ditumbuhi rumput serta berbagai macam pohon buah dan bunga, sengaja dihadirkan sebagai sekat visual bagi kedua area yang berbeda fungsi itu.
Saya paling suka akan detail-detail unik yang disebar pada Djajanti House. Mulai dari lampu gantung, meja, kursi, lemari, piano, hingga tumpukan buku yang tersebar di perpustakaan, dan beranda kecil di lantai teratas. Semua detail itu seakan sanggup memutar ulang kenangan-kenangan akan masa lalu.
Menurut penuturan Ibu Kesi -sang pemilik-, penginapan itu memang sengaja dikonsep sedemikian rupa, agar para tamunya merasa sedang menginap di rumah eyang. Yang selalu memberikan rasa hangat, nyaman, penuh nostalgia, dan menenteramkan jiwa.
Untuk itu, ia sengaja menyewa beberapa nama terbaik dalam mempersiapkan penginapannya. Di antaranya adalah Yu Sing sebagai arsiteknya, dan Dea Widya yang mengerjakan perancangan interiornya. Sementara Paulus Mintarga -yang pernah mengerjakan Rumah Turi Solo– terlibat sebagai kontraktor pelaksananya.
Peraduan Pribadi yang Terbuka
Hati saya semakin terpikat kala memasuki kamar A yang saya pesan. Ruangannya cukup luas, dan dilengkapi dengan pendingin udara. Diisi dengan sebuah ranjang king size berbalut linen putih, yang dilengkapi dengan dua buah bantal besar serta guling. Begitu melihatnya, rasanya saya ingin segera rebah untuk melepas lelah.
Sebuah lemari baju, laci sepatu, dan meja yang didaur ulang dari mesin jahit lawas juga mengisi ruangan itu. Sementara sebuah meja yang dilengkapi dengan lampu kerja antik hasil modifikasi, menempati sudut lainnya. Ketel listrik untuk air panas juga disediakan di sana. Tak lupa beberapa kantung teh dan gula, yang dapat diseduh pada gelas-gelas kaleng bermotif bunga aneka warna.
Dan kamar itu semakin sempurna dengan adanya WiFi serta televisi layar datar yang tersambung ke berbagai macam saluran siaran.
Hal menarik selanjutnya adalah kamar mandinya yang dirancang setengah terbuka. Sehingga saya dapat mandi dengan air hangat, tanpa merasa pengap akan uap air yang memenuhi udara. Dan tentu saja, mandi pada udara terbuka itu memberikan sensasi yang berbeda.
Sedangkan teras lain yang mengarah ke taman kecil di belakang, seolah dirancang agar setiap tamu dapat memiliki akses ke luar tanpa mengorbankan area pribadinya. Sangat inspiratif!
Rasanya menyenangkan juga jika dapat memiliki kamar seperti itu di rumah sendiri.
Pendopo Tempat Bersantai Bersama
Hujan yang mengguyur semalaman dan ranjang yang nyaman di Djajanti House membantu saya melewati malam yang lena. Meskipun tertidur kembali setelah shalat subuh, saya terbangun tak lama setelahnya. Sinar matahari yang menerobos melalui kaca-kaca jendela teras depan dan belakang kamar, menjadi alarm alami untuk menikmati pagi.
Cuaca yang cerah! Pas untuk mandi pagi di udara terbuka, bukan?
Sarapan di Djajanti House tidaklah dalam bentuk prasmanan, melainkan kita harus memesan sehari sebelumnya. Tak mewah memang, namun cukup untuk mengisi pagi. Pilihan menunya standar saja, hanya Nasi Goreng dan Mie Goreng Jawa. Namun menurut saya, rasanya cukup sedap. Disajikan bersama pilihan kopi atau teh manis hangat. Dan tak lupa seporsi buah-buahan lokal.
Sebenarnya penginapan ini juga menyajikan beberapa menu lainnya, dengan harga yang cukup terjangkau. Sayangnya, sang juru masak bekerja tak sampai tengah hari. Namun sebagai penggantinya, para tamu bisa menggunakan fasilitas dapur bersama, termasuk satu unit alat barbeque.
Pendopo-pendopo di penginapan ini sangat menyenangkan untuk dipakai menghabiskan pagi. Dan mungkin juga bersantai sepanjang hari. Apalagi jika membaca merupakan kegiatan yang menggoda. Kita bisa memilih beberapa tempat dengan kursi-kursi lawas, atau sembari dialun ranjang mini ayun.
Sementara berjenis-jenis pohon yang memenuhi pekarangan, selain memasok oksigen yang melimpah sepanjang hari, juga menciptakan sudut-sudut yang instagramable. Belum lagi detail-detail pengisi lansekap lainnya. Cocok untuk dijadikan latar berfoto, meskipun sedang jalan sendiri.
Dan jika membutuhkan tempat santai terbuka yang lebih tenang, maka beranda di lantai teratas yang menyerupai menara bisa dimanfaatkan. Lagi-lagi beberapa rak yang dipenuhi buku, juga tersedia di sana. Sepertinya, penginapan ini sangat ingin memanjakan para peminat baca.
*****
Jika menilik konsepnya, tak salah memang jika pemilik penginapan ini menyewa Yu Sing dari Studio Akanoma untuk merancang keseluruhan bangunan dan lansekapnya. Karena arsitek satu ini merupakan sosok idealis, yang terkenal dengan pendekatan kembali ke alam, dan banyak memanfaatkan bahan-bahan daur ulang pada rancangannya. Hal ini sangat terasa pada setiap sudut Djajanti House.
Tak berhenti sampai di situ, Yu Sing juga terkenal dengan idealismenya akan ‘rumah untuk semua kalangan’. Sehingga rancangan-rancangannya selalu tampil unik, namun juga dapat diselesaikan dengan harga terjangkau.
Terlepas dari fakta itu, Djajanti House di Semarang ini sangat cocok untuk dikunjungi bersama keluarga. Selain karena harganya yang terjangkau, dan memiliki pilihan kamar yang dapat mengakomodir lebih banyak orang, sudut-sudutnya juga mampu membangkitkan kebersamaan.
Rancangan serta letaknya yang agak jauh dari keramaian, juga membuat penginapan ini cocok untuk mereka yang membutuhkan suasana tenang. Bulan madu, sekedar berlibur, atau menyelesaikan proyek buku, mungkin? Coba saja!
Djajanti House
Jalan Semeru Raya no. 4B Karang Rejo,
Kec. Gajahmungkur,
Semarang, 50231,
Jawa Tengah, Indonesia.
Telepon: +62-24-850-1192
Instagram: djajantihousesemarang
https://djajanti.jimdo.com
Waah aku tinggal di Semarang tapi baru tau tentang penginapan ini. Asik banget tempatnya. Unik ya tempat nasi bisa jadi rumah2an lampu.
LikeLiked by 1 person
Kayanya ini bukan pertamakalinya aku dengar komentar yang sama dari warga Semarang. Ternyata banyak yang belum tahu juga. Kalau gitu dicoba aja, buat staycation dalam kota hehehe …
Terimakasih sudah mampir baca dan tinggalkan komentar yaaaa.
LikeLike
Jumlah kamarnya gak banyak ya mas. Tapi, ada untungnya juga, biasanya pengelola akan telaten mengurusi tiap-tiap kamar yang ada sehingga tamu ngerasa betah dan kerasan.
Foto-fotonya juara! favku yang menghadap botol yang digantung itu. Keren banget.
LikeLiked by 1 person
Iya Yan betul banget, jadi lebih terasa kekeluargaannya. Dan gak terlalu bising akibat banyak orang juga. Kalau pas sarapan, kadang-kadang kita bisa ngobrol juga sama pemiliknya.
Makasih Yan. Ini aku lagi coba-coba bikin pendekatan baru untuk foto-foto ke depan.
LikeLiked by 1 person
Nyaman banget kayaknya nih buat istirahat beneran. Semoga pas kapan2 ke Semarang bisa nginep sini. Btw siapa yang ngambilin di bawah shower yang mengucur Mas? 😀
LikeLiked by 1 person
Aamiin, iya Nia harus coba.
Hahaha dengan kekuatan gorilla pod, timer, dan remote di HP Nia itu fotonya diambil 😁
LikeLike
suka banget dengan ide botolnya
LikeLiked by 1 person
Murah dan do-able ya mas buat ditiru? 🙂
LikeLike
Hore, bakal punya sarang baru misal nanti dolan ke Semarang! Hehehe…
Trus kalau malam hari lapar gimana dan males masak, bisa order go-food sampai alamat ini?
LikeLike
Harus coba kak Gio, dijamin betah. Enak lho buat dipakai ‘markas’ nulis-nulis dan ngumpul bareng koleha 😀
Go-food bisaaa, sekarang di Semarang udah ada kok.
Tapi aku mau ngasih rekomendasi makan di Shabu Hauce deh, di dekat MG Suites. Pilihan menunya banyaaaaak, dan murah. Harganya bisa 1/3 makan shabu di Jabodetabek 😉
Kalau sama kak Gio, wajib bahas makanan bukan? hahahaha …
LikeLike
Kamu kok bisa nemu tempat penginapan asyik gini mas hahahahha.
Sepertinya kudu dicoba kalaua da agenda di Semarang dan harus menginap. Selama ini ke Semarang selalu balik Jogja langsung, karena transportasinya 24 jam ada.
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya nih, trouvaille, alias nemu rejeki. Tapi sebenarnya aku sudah dengar nama penginapan ini sejak lama, cuma baru kemarin sempat ke sana. Dan ternyata menyenangkan.
Wah ternyata ada ya transportasi Jogja – Semarang 24 jam? Aku pikir cuma waktu-waktu tertentu saja. Boleh dong infonya Rullah.
LikeLike
Lengkap banget reviewnya, Bart. Jd pengen kesana lagi…tempatnya ngangenin
LikeLiked by 1 person
Hehehe iya Ne, kebetulan lagi semangat nih. Tapi sebenarnya masih banyak detail foto yang belum aku pasang di sini. Soalnya banyak bagiannya yang menarik. Pengen dipajang, tapi nanti takut kepenuhan postingannya 😀
Jadi kepikiran pengen punya rumah atau guest house yang macam ini ya?
LikeLiked by 1 person
Ide bagus. Ayo bikiiiin, aku dukung 😀
LikeLiked by 1 person
*cek tabungan*
Btw, kok aku jadi keingetan rumah orang tuamu ya Ne. Kayanya asik juga itu tempatnya 🙂
LikeLike
Rumah ortuku interiornya blm asik sih…masih biasa banget
LikeLiked by 1 person
Tapi lokasinya udah enak ya Ne. Apalagi halamannya luas 🙂
LikeLiked by 1 person
ini benar2 serasa di rumah tapi rumah bukan sembarang rumah karena sangat tematik dengan unsur tradisionalnya…apikk
LikeLiked by 1 person
Betuuul banget. Semoga makin banyak ya penginapan-penginapan yang dirancang seperti ini. Dan dengan harga terjangkau tentunya 🙂
LikeLike
Aaaaaaaaaargh aku juga suka banget sama desain kayak gini, mas! Semi outdoor, rustic, tradisional, tanpa terlalu banyak dekorasi. Aku suka material dinding, lantai, batu alam, kayu, apalagi kamar mandinya ehehe.
Thank you banget infonya. Kalo ke Semarang, pengen ke sini ah. Tinggal cari partner-nya 😀
mau ke sini lagi? sehari semalam pasti nggak puas banget.
LikeLiked by 1 person
Toss!
Kalau aku sih, insya Allah akan ke sini lagi seandainya ada waktu main ke Semarang. Rekomendasiku Gie, ambil kamar yang A yaaa … Paling strategis 😉
LikeLike
Oke, mas. Kalau bisa ya sama kamu aja ke sana, hahaha.
LikeLiked by 1 person
Hahahaha entah kapan tapi 😀
LikeLike
Wamantap ini jadinya kalo ada event di Semarang bisa nginep di sini. Biar nggak lari-larian kayak kemaren wkwkwkw
LikeLiked by 1 person
Iya harus cobain Gallant. Apalagi kalau nginepnya ada temennya, bisa dishare harga kamarnya. Ada kamar yang cocok buat bertiga juga lho 😉
LikeLiked by 1 person
Fokus utamaku adalah foto-foto cantik yang ‘berbicara’. Aku jadi betul-betul bisa merasakan hunian yang asri, hangat dan sangat kental unsur tradisionalnya. Mas Bart memang jago soal me-review tempat, karena selain mata pembaca dimanjakan oleh jepretan ciamik, segala detil dan kesan selama berada di tempat itu tersampaikan dengan baik. Hunian yang memancing rasa penasaranku, Mas😍
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah. Semoga bisa jadi referensi ya, siapa tau nanti mbak Molly ada waktu jalan ke Semarang, dan bisa nyoba nginep di sini juga.
O iya, kalau ada penginapan dengan konsep serupa, aku boleh lho diinfoin 😉
LikeLike
Wuih semoga satu saat aku bisa ngerasain nginep di sana. Sip, Mas Bart… kalau ada yang mirip begitu nanti aku infoin. Hehehe😀
LikeLiked by 1 person
Aamiin aamiin.
Waaah, terimakasih sebelumnya yaaa 🙂
LikeLike
Sama-sama, Mas😊
LikeLiked by 1 person
Hijau dan subur banget ya. Konsepnya yang sederhana seperti feel like home.
LikeLiked by 1 person
Betul. Sayangnya bunga-bunga yang warnanya agak kontras masih agak jarang di penginapan ini. Jadi semua hijau 😀
LikeLike
Wuih. Ini mah bagus amat ya. Kayanya kalo saya nginep di sana mah akan jadi punya banyak alesan buat extend dan ga keluar hotel hahaha. Ngebayangin duduk depan kamar, sambil nikmatin jajan pasar dan teh seduh.
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya, kayanya besok-besok bakal nginep lebih lama juga di sini. Dua malam lah paling nggak. Dan yang bikin asik, kalau mati gaya, banyak buku yang bisa dibaca di sini.
LikeLike
Ini tempat yang oke banget buat “kabur” dari riuhnya kota besar. Belum pernah ke sini tapi setelah baca tulisanmu aku jadi pengen banget ke sini. Nice info and photos too! As always…stunning kak Bart.
LikeLiked by 1 person
Iya benar. Padahal sebenarnya ini masih di dalam kota Semarang juga sih, walaupun agak minggir, tapi suasananya itu tenaaaaaang banget. Aku tunggu ceritamu nginap di sini ya.
Thank you so much lho 🙂
LikeLike
Aku yang KTP semarang baru tahu ada tempat keren kayak gini. Btw fotomu kereeen banget mas. itu yg foto kaki sambil kena percikan air itu foto sendiri apa 2 orang mas. hehehhe
LikeLiked by 1 person
Ooo KTP mu Semarang tho mas, bukannya Pati? Btw, makasiiiiih. Tapi aku masih nunggu kesempatan biar bisa belajar motret dari sampeyan yang penuh warna itu 😉
Hahahahaha ,,, ini kayaknya aku harus bikin video tutorial motret diri sendiri deh. Itu motret sendiri kok mas, kebetulan di luar ada meja setinggi pinggang, lalu aku bawa gorilla pod, dan kameraku bisa dioperasikan dari gawai. Maka terciptalah foto yang penuh tanda tanya itu hahahaha 😀
LikeLiked by 1 person
wkwkwkkw.. salut mas, hasilnya okeeee.
Aku asli pati, tapi KTP semarang mas, hehehehe
LikeLiked by 1 person
Terimakasih mas 🙂
Jadi asli Pati, KTP Semarang, trus tinggal di Jabodetabek ya. Luar biasa hehehe 🙂
LikeLike
Suasananya klasik, tapi amenitisnya modern. Sukaaak! Semoga ada rezeki bisa menginap di sana ^_^
Foto2nya bagus. Keren….
LikeLiked by 1 person
Aamiin, semoga ada rejeki bisa mampir ke sana ya bang Aswi.
Makasiih 🙂
LikeLike
Asli ini kece badai.. Gue juga demen yg eco-friendly gini..
Ditambah foto2nya juga ntaps bgt..
Salam kenal
-Traveler Paruh Waktu
LikeLiked by 1 person
Terimakasih ya sudah mampir baca dan tinggalkan komen. Salam kenal juga 🙂
LikeLike
cakep amat hotelnya, noted Bart buat nginep kalo ke Semarang lagi, dua kali ke Semarang aku nginepnya di hostel mulu. Btw adegan topless di kamar mandinya itu lho epic banget, kok cuma bagian kepala dan kaki aja hehehe #dirajam abis ini gue
LikeLiked by 1 person
Ini harganya nambah dikit doang padahal dari harga hostel, udah dapat kamar yang asyik. Cobain yang Na, ditunggu liputannya.
Epic dari mananya? 😀
Yaaa cukuplah segitu aja, yang ini gak termasuk aurat. Lebih dari itu, bayar! #eh
LikeLiked by 1 person
Fotonya bagus-bagus banget mas. Kalo boleh tau pake kamera apa dan ngedit pake aplikasi apa? Hehe
LikeLiked by 1 person
Terimakasih Haekal.
Untuk foto-foto di postingan ini saya memakai kamera Fujifilm X-T20 dengan kombinasi lensa Fujinon XF 35mm f/2.0 dan lensa Pentax SMC 100mm f/2.8. Untuk editingnya saya pakai Lightroom.
LikeLike
apa-apaan ini fotonya bagus-bagus banget. -_-
LikeLiked by 1 person
Hehehehe makasih dok. Apa kabaaaar? 😉
LikeLike
Waaaaaah tempatnya keren… Mas Bart paling pinter dah kalau urusan milih penginapan… Adeeem banget ya kayaknya.
LikeLiked by 1 person
Hahaha ini kebetulan Sir. Udah lama dengar, tapi aku pikir biasa aja. Trus iseng-iseng coba nginep di sini. Ternyata asik 🙂
LikeLike
Bikin betah ni tempatnya ya mas
LikeLike
Iya Sir, cocoknya emang buat leha-leha sih 😀
LikeLike
Mencoba blog walking lagi..ahahaha..maapkeun klo kelamaan malas. Blom ada crita yang baru ya Kak? Ahahaha..nodong nih..btw penginalan type ecofriendly juga jadi salah satu fav aku. Boutique hostel juga. Sepertinya di design customize mewakili style sang empunya properti hotel. Djajanti house ini jadi salah satu inspirasiku buat mendesign rumah. Suka bgt sama barang-barang vintage bekas. Klo ada kesempatan ke Semarang pgn bgt kesini.
LikeLiked by 1 person
Cerita baru lagi di draft nih. Ada foto journal tentang Nepal Cultural Trip yang aku adain Maret 2018 lalu. Karena ini foto jurnal, jadi kelamaan milih fotonya, soalnya banyaaak. Sabar ya hehehehe 🙂
Iya aku juga suka penginapan yang eco-friendly macam ini. Lebih menarik sih. Konsepnya asik dan homy. Juga inspiratif ya Nit. Dan kayanya kita sama, penginapan satu ini juga menginspirasiku untuk bikin rumah bergaya seperti ini.
LikeLiked by 1 person
Aku gak sabar nunggu Cerita Nepal Cultural Trip nya
LikeLike
Dan sudah diposting yaaa 🙂
LikeLike