Mak Gogok: Ayam Bakar Rahasia dari Blora Pelosok

ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

Saya percaya, setiap tempat memiliki rahasia. Seperti Blora. Kota yang dikenal sebagai kota pensiun ini, identik dengan suasana lengang, sunyi, serta waktu yang lambat mengalir. Tak banyak rekomendasi wisata yang saya temui. Meskipun sebenarnya kota ini banyak menyimpan kisah sejarah, termasuk sebagai tempat lahirnya ajaran Saminisme. Tapi mungkin, itu hanya masalah waktu saja, hingga kita menemukan permata di baliknya.

Maka setiap kali saya mendapat kesempatan untuk ‘belajar kembali’ di Cepu -salah satu kecamatan di Blora yang terkenal sebagai pusat pendidikan MIGAS-, saya selalu berusaha menggali permata itu. Dan hal paling mudah serta menyenangkan adalah melalui sajian kulinernya.

Setelah beberapa waktu lalu saya mencicipi Opor Pak Pangat yang melecut rasa penasaran. Maka, kali ini saya mencoba khazanah kuliner Blora lainnya. Sebuah sajian ayam bakar yang mulai melegenda. Ayam Bakar Mak Gogok!

Berburu Makan Siang ke Pelosok

Saya sengaja tak mengambil jatah makan siang, selepas dipenatkan oleh ratusan soal ujian di Pusdiklat MIGAS Cepu. Demi menikmati kesedapan ayam bakar Mak Gogok, yang direkomendasikan oleh mas Amran. Seorang rekan kerja, yang kebetulan merupakan warga asli Blora.

“Cuma 30 menit saja mas, untuk sampai ke Warung Mak Gogok.”

Perkiraan waktu yang disampaikan oleh mas Amran itu sedikit menenangkan, mengingat waktu makan siang yang sudah agak terlewat. Namun, kemudian saya sadar, jika Blora bukanlah Jakarta. Waktu yang sama, tentu akan menempuh jarak yang berbeda. Warung Mak Gogok ternyata berada di desa Genjahan, kecamatan Jiken. Agak jauh dari Cepu, dan mengarah ke pusat kota Blora.

jalan-menuju-warung-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

hutan-jati-jalan-menuju-warung-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

Bersama satu rekan lainnya, kami bertiga berkendara menyusuri kelengangan jalan raya. Membelah ladang-ladang yang menguning di bawah terik matahari. Serta kungkungan hutan jati, yang meranggas kehilangan mahkota. Sesekali, satu dua rumah penduduk menghiasi.

Suasana itu membuat tiga puluh menit yang kami lalui terasa semakin panjang. Sementara gemuruh lirih dalam perut, terus memberi isyarat untuk segera diisi. Syukurlah, itu bukan selamanya. Karena kemudian kendaraan kami menyimpang dari jalan raya. Memasuki jalanan yang lebih kecil. Sedikit berkelok di antara rumah penduduk. Hingga akhirnya, kami tiba di depan warung makan yang bersahaja.

warung-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

Metode dan Bumbu Rahasia Dapur Mak Gogok

Ayam Bakar Mak Gogok dirintis oleh Pak Yahman dan Ibu Sarti sejak tahun 1996. Sementara nama Mak Gogok sendiri mereka dapatkan secara tak sengaja. Yang diambil dari panggilan sayang untuk anak sulung mereka, Gemi. Yang oleh buyutnya sering disapa Gogok Gemi Walang Thithi. Tak dinyana, jika panggilan tersebut akhirnya mengundang hoki.

Pada awalnya mereka berjualan di daerah yang strategis, di pinggir jalan raya. Namun, seiring dengan semakin terkenalnya nama ayam bakar Mak Gogok, maka akhirnya mereka memberanikan diri untuk memindahkan warungnya ke rumah. Walaupun sebenarnya hal itu dilakukan demi alasan kepraktisan pengolahan saja.

pengunjung-di-warung-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

Setiap harinya warung mereka mengolah sekitar 35 hingga 60 ekor porsi ayam bakar. Dan pengunjungnya pun tak hanya datang dari Blora saja, melainkan juga dari kota-kota tetangga. Seperti Bojonegoro, Ngawi, Pati, Rembang dan juga Semarang.

Ah, saya jadi semakin penasaran. Apa sih istimewanya ayam bakar mereka?

Sembari menunggu ayam bakar tersaji, saya meminta ijin untuk memasuki dapur mereka. Dengan keramahan serta kerendahan hati, mereka mempersilakan saya mengintip rahasia pengolahan ayam bakar Mak Gogok yang melegenda.

Rahasia pertamanya, terletak pada jenis ayam yang digunakan. Mereka memilih untuk menggunakan ayam kampung saja. Tak pernah sekalipun mereka memakai jenis ayam potong lainnya.

Dan rahasia selanjutnya terletak pada bumbu dan proses pengolahannya. Yang menurut saya cukup unik, berbeda dari ayam bakar lainnya.

proses-pembakaran-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

Jadi pertama-tama, ayam yang telah dipotong dan dibersihkan, tanpa dibumbui terlebih dahulu langsung dipanggang di atas arang kayu hingga setengah matang. Kemudian ayam dipindahkan ke kuali, untuk direbus di dalam bumbu selama kurang lebih 30 menit, demi meresapkan rasa ke dalam daging. Proses ini disebut ngalupi.

Selanjutnya ayam dipindahkan ke dalam bumbu lainnya, dan direbus kembali selama 2 jam, yang bertujuan untuk mengempukkan daging. Dan proses terakhir adalah ayam dibakar kembali, hingga didapatkan tingkat kematangan yang sesuai. Tak boleh terlalu kering, juga tak boleh terlalu basah.

Bumbu yang digunakan oleh Pak Yahman merupakan resep warisan dari neneknya. Yang terdiri dari kunyit (Curcuma longa), asam jawa (Tamaricus indica), bawang merah (Allium cepa var. aggregatum), kencur (Kaempferia galanga), biji ketumbar (Coriandrum  sativum), biji jintan (Carum carvi), biji kemiri (Aleurites moluccanus), dan kacang tanah (Arachis hypogaea L.), yang dihaluskan serta diaduk ke dalam santan kelapa.

proses-pembakaran-ulang-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcomdapur-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

Ayam Bakar dan Lalap Daun Ubi Jalar

Mungkin mata saya berbinar-binar ketika pelayan akhirnya mempersiapkan meja kami yang kosong selama menanti proses pembakaran. Sebakul bambu nasi hangat yang masih mengepul, secobek sambal terasi, semangkuk sayur asam, sepiring aneka lalapan, dan semangkuk kental bumbu siram yang ditata ke atas meja, segera membuncahkan nafsu makan yang telah kami tahan sedari tadi.

Dan kemudian ayam bakar itu dihidangkan. Bersama dengan seporsi lalap daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang berwarna hijau menggoda. Ternyata paduan keduanya bersama dengan sambal terasi sangat cocok di lidah. Membuat saya enggan menyentuh nasi dan sayur asam yang tersedia siang itu.

seporsi-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

porsi-saji-ayam-bakar-mak-gogok-blora-bartzap-dotcom

Ayam bakar Mak Gogok, memiliki rasa gurih yang unik. Sangat padat rempah, dan beraroma kacang tanah. Meskipun ada gosong yang khas, bagian luarnya tak terlalu kering. Paduan racikan bumbu serta metode pengolahannya yang unik, pada akhirnya menghasilkan citarasa ayam bakar yang khas gurihnya, serta empuk hingga ke tulang.

Tak terasa, siang itu saya menghabiskan setengah ekor ayam bakar seorang diri.

Dengan semua keunikan metode dan rasanya, tak aneh jika kemudian ayam bakar Mak Gogok menjadi sangat terkenal di Blora dan sekitarnya. Kalian harus coba!


Ayam Bakar Mak Gogok
Desa Genjahan, Kecamatan Jiken, Blora, Jawa Tengah, 58372, Indonesia.
Telepon: (0296) 525347

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

69 thoughts on “Mak Gogok: Ayam Bakar Rahasia dari Blora Pelosok

  1. aku pertama komen disni, lama gak ke blogmu..tampil sedikit berbeda..
    kmrn aku jg baru dari pesisir pantai utara lho kak Bartz..
    hmm ayam nya enak kayaknya..
    itu disiram secidyuk bumbu sama ibu ibunya pasti merasuk rasanyah..

    Liked by 1 person

    1. Alhamdulillah, makasih ya mas D, udah sempatkan mampir. Hehehe iya nih, aku habis ubah penampilan blog ku, biar gak bosan. Semoga suka …

      Kota Pantura mana yang habis dirimu jelajahi mas?

      Enak bangeeeeet ayam bakarnya. Cobain deh, khan kebetulan Blora juga gak terlalu jauh dari Solo. Via Cepu aja mas 🙂

      Like

      1. Waaah, itu udah kaya muterin gunung Muria aja jalurmu mas. Pasti menghasilkan banyak cerita deh.

        O iya ya, Gemolong. Daerah Sragen bukan sih itu masuknya? By the way, aku kangen main ke Solo lagi nih hehehehe …

        Like

      2. Nah itu yang paling penting sebenarnya, menikmati hidup dan perjalanannya.

        Wah beneran nih? Maturnuwun untuk tawarannya mas. Semoga bisa segera ke Solo lagi deh, aamiin …

        Apa yang lagi hits di Solo saat ini?

        Like

      3. yes beneran mas..cari aja di gmap Dhanang Sukmana Adi, ntar ketemu lokasi rumahku deket uns heheeh

        kemarin ada festival payung, ada gesang 100th..apalagi ya…coba cek ig : agendasolo yg ngelola temenku tuh..update terus dia tentang kota solo

        Like

    1. Beneran ini enaaaak banget. Termasuk lalapan daun ubi jalarnya. Aku sampai nyari-nyari di Bogor juga hahahaha.

      Aduuuh ketahuan ya, kalau lapar banget. Untung gak terkesan rakus 😀

      Like

  2. Luweh Bart *krucuk2.

    Aku suka sajian masakan tradisional kayak gini dan ini resepnya beneran beda. dibakar, ngalupi bumbu dan dibakar lagi. Bumbu pasti meresap kedaging dengan sempurna. Pas, nggak terlalugaring dan basa. Ngilerrrrr

    Liked by 1 person

    1. Podo mbak, aku yo luwe hahaha.

      Iya betul, teknik slow cooking begini memang bakal menghasilkan masakan yang enak. Yang penting sabar. Sabar masaknya, sabar nunggunya juga hehehehe

      Like

  3. Blora memang terkenal dengan kayu Jati yang melimpah. Banyak pengusaha mebel di Jepara mencari kayu ke sana.
    Jarang-jarang ada yang mengulas kuliner di Blora, kata temanku yang asli sana; dia bilang kalau kulinernya banyak, tapi nggak terekspos. Mungkin karena Blora bukan menjadi salah satu kota yang sering dikunjungi wisatawan.

    Liked by 1 person

    1. Iya betul Rullah. Padahal Blora itu memiliki kaitan sejarah dengan beberapa tokoh terkenal Indonesia, seperti Jenderal LB Moerdani, Pak Pramoedya Ananta Toer, juga Samin Wirosantiko.

      Dan sebenarnya beberapa daerah Blora juga merupakan area bersejarah. Pajang misalnya.

      Memang saat ini Blora kurang tercitrakan sebagai tujuan wisata. Tapi beberapa ‘permata’ nya layak untuk diasah dan disinggahi.

      Like

  4. Wih, endes banget. Dari kenampakannya saja, saya sudah ngiler, haha. Semoga saya bisa berkesempatan mencicipi langsung seperti dirimu Mas, hehe. Setuju, dengan pengolahan seperti itu, rasa bumbunya pasti sangat meresap. Unik pula karena campuran bumbunya pakai kacang tanah. Kalau sudah se-‘pelosok’ itu dan orang-orang masih rela mencari, maka makanannya memang enak banget. Saya juga ingin eksplor Blora kalau logistiknya mumpuni seperti ini, haha!

    Liked by 1 person

    1. Aamiin .. eh tapi karena dirimu komen, aku jadi ingat cara pengolahan ayam betutu tradisional. Yg dimasak secara slow cooking dengan sekam.

      Kayanya dirimu harus ke Blora deh Gara. Banyak situs sejarah kuno yg harus dibedah di sana.

      Like

  5. ngiler banget liat postingan ini…
    liatnya kok aku jadi kebayang ayam taliwang juga ya hehehe (efek laper)
    seru yaa mas, bisa sekalian juga intip dapurnya..
    salfok dengan dapurnya yang masih pakai kayu dan wajan besar itu.

    Liked by 1 person

    1. Sekilas mirip ayam Taliwang memang, tapi rasanya bedaaaa jauh. Apalagi Mak Gogok ini pakai kacang tanah di dalam bumbunya.

      Sebagai food blogger kenamaan, Winda harus coba 😊

      Like

    1. Jangan ditahan Lia, lepaskaaan hahaha. Lumayan nih kalau dirimu mudik ke Cepu, ada rekomendasi lain buat tempat makan selain Opor Pak Pangat.

      Minggu lalu aku semingguan di sana. Dan November balik lagi dong 😁

      Like

      1. Hahaha gak sampai segitunya kok Lia. Ada aja yang bisa diulik sebenarnya. Cuma ya kalau malam gak terlalu banyak kegiatan. Menurutku, kalau stay 2-3 hari aja sih masih nyenengin. Tenang banget soalnya di sana, cocok deh buat detox akibat kelamaan hidup di Jakarta.

        Like

  6. Duh baca ini pas jam makan malam, dan belum makan malam pula. Foto sama ceritanya sedep, Bart! Baru tau aku trik bakar ayam yang dibakar tanpa bumbu sampai setengah matang terus baru dicelup bumbu. Mungkin dibakar dulu itu biar mletek ya pori-porinya supaya bumbunya meresap (penjelasan asal karena nahan lapar). Kalau lihat foto interior “warung”nya sepertinya memang sudah cukup besar dan maju ya, dan berkat postinganmu ini bakal semakin banyak orang yang pengen ke sana, Bart.

    Liked by 1 person

    1. Makasih Bama 😊

      Bisa jadi sih teorimu itu tepat, dengan dibakar setengah matang terlebih dulu tanpa bumbu, jadi ayamnya justru siap untuk meresapkan bumbu lebih dalam. Dan tulang ayam kampungnya jadi lebih cepat lunak.

      Aamiin, mudah-mudahan sih begitu. Malah aku dengar Pak Bondan Winarno juga berencana mau mampir ke sana.

      Eh iya lho, pas liat aktifitas di dapurnya, aku langsung keingetan beberapa teman yang aku pikir bakal seneng kalau ada di situ juga. Di antaranya dirimu.

      Btw, trik bakarnya boleh dicoba juga tuh Bam.

      Like

  7. recommended banget. Perpaduan ayam bakar dan rebusan daun ubi jalar memang maknyus. Baru pertama kali saya makan rebusan daun ubi jalar. Kalau mau nyobain ayam bakar mak Gogok sebaiknya pesan satu hari sebelumnya, agar tidak kecewa karena kehabisan

    Liked by 1 person

    1. Bangeeet. Gak nyangka ya mas, daun ubi jalar ternyata enak juga dijadiin lalapan. Jadi pengen nyari pas sampai di rumah. Atau nanam aja kali ya?

      Makasih buat tambahan infonya mas. Iya betul, memang sebaiknya telpon dulu. Supaya tenang dan gak kehabisan 😊

      Like

    1. Aduuuuh, tau gitu di pembukanya aku kasih peringatan ya: Jangan dibaca pada saat lapar! Hahahaha …

      Iya ya Dit, entah kenapa kalau yg diolah secara tradisional itu rasanya nendang banget. Asal sabar nunggu matengnya aja sih.

      Like

    1. Paha emang selalu menggoda kang! Hahahaha …

      Iya, meskipun jelaga tebal dimana-mana. Tapi aroma dan rasa masakan yg diolah secara tradisional selalu beda.

      Like

  8. kok bagus sih tulisannya. hahaha. suka, bena niru, ya? gapapa kan?
    bena kalo review makanan biasanya bena review secara langsung sih pake bumbu apa, dan kalo inget bena tulis juga, tapi nggak pernah pake bahasa latin. tapi setelah liat tulisan kamu, kak. jadi kepikiran mau pake bahasa latin juga. lumayan untuk nambah kosakata saat makan kan ya. hahaha.

    Liked by 1 person

    1. Waduh mimpi apa aku ini dikunjungi dan dikomen sama kak Bena? Hehehe …
      Boleh dong boleh, silakan.

      Ngomong-ngomong, sebenarnya alasanku menuliskan beberapa bumbu dengan bahasa latinnya itu supaya mempermudah orang mencari ‘benda apa sih ini?’ yang dipakai dalam masakan.
      Karena kadang-kadang orang mengenal bumbu-bumbu itu dalam bahasa lokalnya, siapa tau juga ada bule yang baca tulisanku pakai google translate lalu bumbu itu gak terterjemahkan ke dalam bahasa mereka.
      Nah, kalau ada bahasa latinnya khan mereka bisa googling lebih lanjut 🙂

      Ditunggu ya reviewan makanannya kak Bena, nanti aku mampir 😉

      Like

  9. Lama ga mampir kesini, eh logonya baru ternyata 😀
    Duh keknya salah nih baca beginian pas blm sarapan -_-
    Blora, rembang, pati dan sekitarnya memang belum booming wisatanya. Tapi kok ada saja kulinernya yang menurut saya beda dr tempat lain. Entah bumbu, racikan dan resepnya.
    Seperti opor pak pangat yg kemarin mas tuliskan. Ternyata orang semarang banyak yg tau.

    Liked by 1 person

    1. Hehehe iya nih, makasih sudah sempatkam mampir ya.

      Nah itu, makanya aku percaya kalau setiap daerah itu pada dasarnya pasti punya sesuatu yang bisa diceritakan. Dan makanan adalah hal yang paling umum, karena itu kebutuhan dasar manusia. Walaupun ya, ada juga daerah yang gak punya makanan khas 😀

      Blora, Rembang, Pati dan sekitarnya ini termasuk daerah-daerah yang masih butuh untuk digali. Karena memang masih belum banyak yang mengulas.

      Like

      1. Kalau aku mencoba untuk mengikuti kaidah penulisan yang benar, sebisa mungkin. Jadi semua nama, nama apapun itu, pasti aku cetak miring. Termasuk penulisan nama latin (huruf awal di kata pertama besar, dan kata kedua kecil).

        Liked by 1 person

Leave a comment