Foto diri adalah salah satu dokumentasi yang tak boleh terlupakan pada setiap perjalanan. Karena itu merupakan rekam jejak, dan alat pengabadi kenangan. Rasanya, kini tak lengkap bercerita tentang pengalaman perjalanan tanpa hal itu. Tentu, mendokumentasikan diri adalah sesuatu yang tak terlalu menjadi masalah, ketika seseorang melakukan perjalanan secara berkelompok. Namun akan beda ceritanya, ketika perjalanan itu dilakukan secara solo.
Memang, saat ini swafoto alias selfie telah menjadi sesuatu yang lumrah. Namun, biasanya selfie terbatas pada sudut pemotretan yang sempit. Mulai dari tampak dekat wajah atau close up, hingga tiga perempat bagian tubuh saja. Padahal dalam beberapa kondisi, latar belakang yang ada justru menarik jika dimasukkan ke dalam foto. Terutama ketika kita mengunjungi lansekap alam yang megah dan menawan, atau berada pada bangunan-bangunan yang menarik.
Tentunya ketika berkesempatan mengunjungi Himalaya atau kota tua Varanasi seorang diri, kita tak ingin dokumentasi lebih didominasi oleh foto close up saja khan?
Nah, berikut ini adalah tips-tips mempersiapkan dan menghasilkan foto selfie, yang biasanya saya lakukan ketika dalam perjalanan solo.
1. Bekali Diri dengan Alat Dokumentasi yang Mumpuni.
Ini adalah modal utama yang harus dibawa. Selain kamera, siapkan juga alat penunjangnya, yang dapat membantu kita jika harus memotret diri sendiri. Misalnya: tripod, gorilla pod, tongsis, atau juga remote control.

Secara pribadi saya lebih suka membawa gorilla pod daripada tripod. Karena ukurannya yang lebih ringkas, bobotnya yang lebih ringan, cukup kuat, namun dapat ditempatkan di manapun, termasuk pada sudut-sudut yang sulit.
2. Kenali dan Uji Fitur Alat Dokumentasi Sebelum Keberangkatan.
Jangan sampai lewatkan hal ini! Terutama jika kita harus membawa alat dokumentasi yang masih terhitung baru.
Ada banyak kisah pejalan yang merasa frustasi, ketika bingung dalam mengoperasikan alat dokumentasinya sendiri. Dan kemudian, melewatkan banyak momen bagus yang harus direkam. Serta, akhirnya hanya memiliki dokumentasi yang mengecewakan.
3. Selalu Observasi Lingkungan.
Waspadalah dan selalu pasang mata. Karena begitu banyak tempat menarik yang mungkin muncul dalam setiap perjalanan. Tak perlu tempat-tempat yang agung, atau lansekap yang megah. Terkadang jika kita dapat memanfaatkannya dengan baik, sudut kecil di antara gedung atau hutan belantara, dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi foto selfie yang dihasilkan.

4. Komposisi, Komposisi, Komposisi.
Bagi saya, ini adalah faktor yang paling penting dalam sebuah foto. Bahkan, jauh lebih penting dari warna, tonal, maupun pencahayaan yang dramatis. Karena komposisi yang tepat akan menjamin foto yang dihasilkan jauh lebih menarik, serta sedap dipandang mata.


Meskipun bukan aturan mati, secara umum dalam mengatur komposisi, saya menggunakan aturan sepertiga, terutama untuk foto-foto berformat persegi panjang. Sementara untuk foto-foto berformat kotak seperti pada Instagram, saya lebih sering memanfaatkan teknik dead-centre. Teknik dan aturan tersebut, memastikan saya hadir sebagai point of interest dari foto yang dihasilkan.
5. Berkawan dengan Self Timer.
Pelepas rana otomatis dengan pengatur waktu pada kamera atau self timer, merupakan fitur penting yang sangat membantu dalam berselfie. Terutama ketika kita ingin mengambil latar belakang sebagai pendukung cerita, atau sebaliknya.
Pastikan untuk selalu mengatur waktu yang cukup, agar kita dapat memposisikan diri pada titik yang diinginkan, sebelum kamera melakukan pengambilan gambar secara otomatis.
6. Gunakan Dummy dan Kuasai Teknik Zona Fokus.
Apapun faktor menarik lain yang ada di dalam gambar, tentu foto selfie bertujuan untuk menjadikan diri kita sebagai pusat perhatian. Sehingga, fokus terjelas harus berada pada diri kita.
Untuk mendapatkannya, teknik yang umum saya gunakan adalah: dengan meletakkan dummy (bisa batu, tas, atau benda lain) pada titik yang saya inginkan, kemudian mengatur serta mengunci fokus kamera pada dummy tersebut. Dan melakukan pengambilan foto dengan bantuan self timer.
Cara tadi juga dapat divariasikan dengan teknik zona fokus. Dimana kamera diatur pada bukaan diafragma yang dapat memberikan kedalaman medan (DoF – Depth of Field) yang membuat kita dan faktor lain dalam gambar berada pada titik tertajamnya.
7. Nikmati dan Jangan Terburu-buru.
Untuk satu lokasi yang sama, biasanya saya mengambil foto selfie sebanyak beberapa kali. Dengan memberi variasi pose, sudut pandang, dan titik fokus yang berbeda. Untuk selanjutnya saya ambil yang terbaik.
Tak ada hal lain yang bisa saya sarankan untuk ini, kecuali mengambil waktu yang cukup dan menikmati prosesnya. Tak perlu terburu-buru untuk segera berlalu.


8. Berkawanlah dengan Orang Baru.
Terkadang, meminta bantuan orang lain adalah salah satu cara terbaik dan tercepat dalam mendokumentasikan diri pada sebuah perjalanan. Atau bisa juga dengan menawarkan diri untuk saling membantu, bergantian dalam memotret.
Menjadi sosok yang ramah dan menyenangkan, -atau setidaknya sopan- merupakan modal utama dalam hal ini.
9. Jika Perlu Berbagilah.
Terkecuali jika bertemu dengan seorang fotografer yang handal, masalah yang paling sering muncul ketika meminta orang lain untuk memotret diri kita adalah: hasil yang tak sesuai dengan harapan.
Pada umumnya masalah yang terjadi, berkisar pada eskposur, sudut pengambilan gambar, dan komposisi yang tak pas. Untuk mengatasi hal ini, biasanya yang saya lakukan adalah:
- Mengatur setting kamera pada mode otomatis,
- Memotret orang yang akan saya mintai tolong dengan komposisi dan sudut pengambilan gambar yang saya mau,
- Dan kemudian menunjukkan padanya, serta memintanya untuk mengambil gambar saya dengan cara yang sama.
Jalan ini pada umumnya selalu berhasil. Dan ketika sudah pas, biasanya saya meminta mereka untuk memotretkan beberapa kali lagi, demi menambah variasi.
Dengan cara ini, selain mendapatkan foto yang sesuai harapan, saya juga dapat membagikan sedikit pengetahuan tentang fotografi, dan trik mengambil foto yang baik. Pada umumnya, hal ini juga membuat senang orang yang saya mintai pertolongan.
*****
Tiba-tiba saya teringat pada beberapa kawan, yang hingga saat ini enggan untuk melakukan perjalanan solo karena khawatir tak ada yang dapat membantu memotretkan diri mereka. Pada umumnya mereka takut tak memiliki koleksi foto pribadi yang baik, jika jalan sendiri.
Menurut saya, alasan tersebut sudah sangat tidak relevan. Mengingat saat ini, peralatan fotografi yang standar pun sudah cukup baik untuk menunjang keperluan selfie. Selain itu, di luar sana ada begitu banyak orang yang dengan senang hati mau membantu kita untuk mendapatkan foto yang baik. Bahkan terkadang, saya dapat menghasilkan foto diri yang jauh lebih banyak dan bagus, ketika saya jalan sendiri, dibandingkan ketika jalan bersama orang lain.
Jadi, semakin berkurang alasan untuk tak melakukan perjalanan sendiri khan?
sy jg prnh ngalamin ini wktu solo trip keliling sumatra dan saat itu blm punya kamera action jadi kadang minta tlong sm tmn yg baru di kenal hehee…
LikeLiked by 1 person
Hehehe iya, mau gak mau itu jadi opsi terakhir biasanya. Meskipun harus siap-siap hasilnya kurang pas kadang-kadang 😀
LikeLike
aku belum pernah nih kak jalan2 sndiri dan punya banyak foto hehehe.
buat minta fotoin temen kadang kalo temennya gamau motoin padahalk udh dicontohin juga sbeel sih *kemudian curcol*
dan kadang stranger juga surprisingly bagus sih motoinnya
btw aku belum punya lali kalo jalan2 sendiri.
jd selama ini foto kaka banyak yg motoinnya sendiri pake bantuan di atas? kewl hasil fotonya!!
LikeLiked by 1 person
Iya kalau jalan sendiri mau gak mau ya muncul deh sense of survival nya, termasuk harus bisa motret diri sendiri hahahaha.
Semoga tips-tips di atas bisa dipraktikkan yaaaa. Supaya gak tergantung orang lain mulu untuk mendapatkan foto yang bagus 🙂
LikeLike
Tipsnya bagus mas. 😀
Btw, karena saya males bawa kamera ke mana-mana jadinya sekarang cuma pake kamera HP selama traveling. Toh jaman sekarang kamera HP udah cukup mumpuni, hahahaha.
LikeLiked by 1 person
Terimakasih Her 🙂
Hahaha iya sih, sekarang beberapa HP kualitasnya nmalah udah sanggup menyaingi kamera ya.
LikeLike
Thanks artikel tipsnya, bermanfaat buat semua pembaca ☺
LikeLiked by 1 person
Aamiin, sama-sama terimakasih juga sudah mampir membaca dan tinggalkan komen yaaa 🙂
LikeLike
nyasar ke artikelmu kak.
menarik banget ya artikelnya, lengkap dengan foto2 ciamiknya 🙂
btw saya kalo lg solo traveling, kadang sampe lupa buat foto diri sendiri.
mau minta tolong orng lain agak segan.
jadi seringnya foto otang lain malah 😀
LikeLiked by 1 person
Terimakasih sudah sempatkan mampir yaaa 🙂
LikeLike
lengkap banget alat selfienya.. q klo traveling sndiri jarang punya foto2 diri, kbanyakan pemandangan. klopun ada, pasti jelek, karena dipotoin orang lewat hahahah
LikeLiked by 1 person
Ya dilengkap-lengkapin mbak, tapi ini masih yang standard aja kok 🙂
LikeLike
Ihuu mantaaap betull. Pernah di mintain untuk memfoto turis asal china saat di SG dia ngomongnya pakai bahasa china tapi aku gk paham tapi tau maksudnya haha
LikeLiked by 1 person
Paham maksudnya, itulah inti komunikasi. Yang penting sih bisa dimintain bantuan buat motretnya ya 🙂
LikeLiked by 1 person
iya betul sekali :))
LikeLiked by 1 person
Pingin sekali belajar fotografi sama om bart..Fotonya keren abis…
LikeLiked by 2 people
Monggo pak ketua. Kapan aja ada waktu mari belajar bersama 🙂
LikeLike