Adhisthana: Persembunyian di Prawirotaman

Sebagai kota kelahiran, Yogyakarta selalu membuat saya ingin kembali. Meskipun kenangan masa lalu tentangnya terlalu samar, namun mengunjunginya selalu melahirkan suatu rasa tersendiri. Dan sepertinya, satu lirik lawas dari KLA Project, sangat pas untuk mewakili perasaan saya. Selalu ada setangkup rasa haru dalam rindu, pada kota itu.

keraton-yogyakarta-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom

Setelah setahun sebelumnya saya sempat mampir untuk mencicipi kelezatan hidangan para Sultan. Pada bulan Oktober 2016, saya memiliki kesempatan untuk kembali mengunjungi Yogyakarta. Kala itu tak ada target kunjungan tertentu, selain ingin menikmati suasana kota kelahiran.

Perputaran jaman memang telah mengubah wajah Yogyakarta. Ia tak lagi sederhana. Mau tak mau kota itu harus turut berpacu dalam riuh rendah perubahan. Namun anehnya, selalu ada sisi-sisi tenteram yang tersisa di sana. Seperti yang saya temukan pada Hotel Adhisthana di Prawirotaman.

Prawirotaman a Melting Pot

Meskipun sejak tahun 70an Prawirotaman telah dirintis menjadi sebuah area persinggahan bagi para pejalan yang berkunjung ke Yogyakarta, namanya sendiri baru terasa naik daun pada tahun-tahun belakangan ini. Seolah-olah ia tumbuh menjadi sebuah area yang harus dikunjungi, dan diinapi.

Kampung yang mulai dibangun sejak abad ke 19 ini, pada masanya pernah terkenal sebagai sebuah sentra industri batik cap. Namun, bisnis yang pernah merajai perekonomian Prawirotaman itu kemudian memudar. Dan berangsur-angsur mengubah wajahnya menjadi area penginapan. Kini sejumlah bisnis lain yang berhubungan dengan pariwisatapun berkembang di sana. Bila diambil pengandaian, wajah dan suasana Prawirotaman kini mulai menyaingi Ubud dan Legian.

il-tempo-de-gelato-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom

Saya pribadi, senang berjalan-jalan santai menyusuri Prawirotaman. Sembari mampir ke beberapa kafe dan resto, serta mencicipi menu andalan mereka. Merekam sisi-sisinya yang instagramable. Atau sekedar melihat produk-produk kreatif yang dipajang di beberapa toko seni.

Kedamaian Jawa dalam Nuansa Campuran

Saya tiba di Hotel Adhisthana menjelang senja, setelah menghabiskan perjalanan yang cukup panjang dari Cepu. Tumpukan ketegangan akibat sesi sertifikasi, dan duduk yang tak nyaman sepanjang perjalanan bermobil, membuat saya merasa amat lelah. Tak ada yang lebih saya inginkan, selain segera mandi dan merebahkan diri.

fasad-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom-yogyakarta

Adhisthana yang berarti berkah atau kediaman, terletak pada bagian timur Jalan Prawirotaman II. Jika ditilik sepintas, bangunan hotel itu tak terlalu berlebihan. Hanya didominasi warna putih yang bernuansa kolonial. Namun, salah satu fasadnya yang dilapisi oleh puluhan jendela kayu tua beraneka warna, membuatnya segera mudah ditangkap mata. Selain adanya Kafe Lawas 613, yang bergejolak muda.

Sembari menanti giliran check-in, saya sempat mengamati ruang penyambutan hotel, yang terdiri dari teras, dan ruang tamu setengah terbuka. Bentuk ruang tamunya yang cozy, dengan pilar-pilarnya yang beratap lengkung dan courtyard berlantai kayu, mengingatkan saya pada gambar-gambar bangunan rumah eropa selatan.

piring-ruang-tamu-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom-yogyakarta

Warna putih tampak dominan menguasai ruang, dengan warna biru benhur yang hadir sebagai aksen tambahan. Sementara sentuhan etnik dibubuhkan melalui furnitur serba kayu, perkakas-perkakas lawas, dan piring-piring porselen bercorak putih biru yang disusun pada dinding lobby.

Dari area pembuka hotel ini, saya menangkap jika Adhisthana dirancang dengan memadukan kedamaian Jawa bersama sentuhan Eropa dan Cina. Sugeng rawuh ing Adhisthana!

Kamar di Adhisthana

Sebagai sebuah boutique hotel, secara keseluruhan Hotel Adhisthana ini memiliki beberapa jenis kamar, yang dapat disesuaikan dengan anggaran para pejalan. Dimulai dari kelas dormitory yang terpisah antara pria dan wanita, kelas superior, kelas deluxe, serta kelas studio suite pada jenis teratas.

Meskipun saya menginap di kelas superior, namun fasilitas yang saya dapatkan cukup lengkap. Selain ranjang nyaman berukuran queen yang berbalut linen putih bersih, kamar itu juga dilengkapi dengan televisi layar datar 32 inchi bersaluran siaran internasional, pendingin udara, telepon, air mineral, room amenities, coffee and tea maker, serta sambungan WiFi yang mumpuni. Kamar mandi pribadi bersaluran air panas dan dingin pun sudah termasuk di dalamnya.

kamar-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom

Saya merasa jika kamar di Hotel Adhisthana ini dirancang dengan citarasa yang baik. Sentuhan etnik ditebarkan melalui unsur kayu pada furnitur pengisinya. Sementara warna biru yang menjadi tema hotel dihadirkan dalam bentuk batik bermacam motif pada kepala ranjang, bantal, dudukan kursi, tirai, hingga sandal kamar.

Pengaturan dan suasananya sungguh menyenangkan. Perpaduan antara etnik dan romansa lawas, yang ditata dalam persepsi masa kini. Sebuah pertemuan yang tak berlebihan antara citarasa dan kenyamanan.

detail-batik-kamar-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom

A Sanctuary in Prawirotaman

Kebetulan saya menempati kamar di lantai dua. Yang dari balkonnya, saya bisa segera melabuhkan pandangan pada riak air yang mengalun tenang. Keriuhan Yogyakarta seolah sirna di sana. Bersama jajaran pohon palem yang menjulang, area kolam renang itu hadir ibarat oasis yang melengkapi Adhisthana.

Rasanya jika udara Prawirotaman meningkat panas, ia adalah tempat yang cocok untuk sekedar mendinginkan tubuh. Atau menjadi tempat rendevouz, di antara kesibukan menikmati kota budaya. Sayangnya, saya tak sempat menghabiskan banyak waktu untuk berendam di kesejukan airnya.

kolam-renang-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom-yogyakarta

Namun sesungguhnya, area favorit saya di Hotel Adhisthana adalah ruang tamu dan courtyardnya. Rasanya menyenangkan menghabiskan waktu di sana, untuk sekedar bercengkerama, atau membaca.

Tak hanya tumpukan buku dan majalah, beberapa media permainan seperti congklak atau dakon, halma, monopoli, catur, dan scrabble, seperti sengaja diletakkan di area itu agar siapapun merasa betah untuk menghabiskan waktu di sana. Dalam satu kesempatan, saya sempat melihat aktor Ario Bayu berkumpul bersama beberapa rekannya di salah satu meja.

ruang-tamu-siang-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom-yogyakarta

courtyard-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom-yogyakarta

latar-depan-dan-kafe-lawas-613-hotel-adhistana-yogyakarta-persembunyian-di-prawirotaman-bartzap-dotcom-yogyakarta

Sarapan di Adhisthana, meskipun tak terlalu istimewa, namun juga tak mengecewakan. Menunya cukup beragam, meskipun beberapa di antaranya agak sedikit berminyak bagi selera saya. Selain ruang makan yang terletak di lantai dua, Adhisthana juga menyediakan pilihan untuk menikmati sarapan di Kafe Lawas 613.

Tak hanya itu, kafe tersebut juga menyediakan menu-menu lain yang bisa dinikmati di luar jam sarapan. Bahkan, ketika akhir pekan Kafe Lawas 613 menjadi salah satu tempat yang paling terisi penuh bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu di area Prawirotaman.

Bagi saya, perjumpaan pertama dengan Hotel Adhisthana itu adalah sebuah trouvaille, a lucky find. Dan sepertinya, jika malas terlalu kuat menyerang sehingga membuat saya enggan melangkah kemana-mana, maka menghabiskan waktu seharian di Adhisthana adalah sebuah keputusan yang tak akan saya sesali.


website-hotel-adhistana-yogyakarta-bartzap-dotcom
Website Hotel Adhisthana Yogyakarta.

Hotel Adhisthana Yogyakarta
Jalan Prawirotaman II no. 613,
Mergangsan, Yogyakarta, 55153,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Telepon: +62-274-413888
Email: info@adhisthanahotel.com
http://adhisthanahotel.com

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

82 thoughts on “Adhisthana: Persembunyian di Prawirotaman

    1. Sepertinya begitu Wan. Aku sendiri gak sengaja sih nemuin nama dan menginap di hotel ini.

      Hehe ada aja Wan, biasalah sibuk dengan kerjaan dan urusan ini itu. Hmmm Januari ada 2 kali post, cuma memang semuanya di akhir bulan. Belakangan memang agak kurang produktif nih. Padahal materi ada. Agak lama emang kalau nulis. Kelamaan mikir 😀

      Like

    1. Wah, mbak Noni gak boleh dapat kamar yang ada hiasan piringnya kalau begitu hahaha.

      Tapi aku penasaran juga sih, dimana mereka belinya. Soalnya senada gitu warnanya. Meskipun motifnya aneka rupa 🙂

      Liked by 1 person

  1. Saya belum familiar dengan nama hotelnya tapi melihat tumpukan jendela itu langsung tahu, haha. Memang khas banget ya jendela-jendela krepyak yang disusun itu, tak mungkin lain pasti inilah hotelnya, hehe. Saya rasa ketika sebuah hotel sudah memikirkan hal-hal macam nuansa eksterior serta sentuhan budaya yang berpadu, pelayanan kamarnya seyogianya sudah di atas rata-rata. Bolehlah buat staycation di Yogya. Kalau ke sana biasanya hotel tak pernah saya cari yang terlalu bagus soalnya cuma dipakai numpang tidur doang, haha.

    Liked by 1 person

    1. Setuju Gara, dan secara konsep aku lebih suka hotel-hotel butik, karena biasanya lebih homy gitu suasananya. Dan memang mereka menjual keunikan-keunikan macam ini.

      Betul kalau nginap di Adhisthana ini memang enaknya untuk staycation. Atau setidaknya kalau kita cuma jalan-jalan sekitaran Prawirotaman atau ke Keraton lah. Bukan yang menjelajah seharian. Sayang soalnya 😀

      Like

    1. Betul mas, dan selama jalan di sana langsung nandain hotel-hotel lainnya. Selain mampir makan-makan pastinya 😀

      Ditunggu reviewan ala mas Fahmi tentang hotel ini.

      Like

  2. Boutique hotel memang unik saya juga suka jendela2 susunnya, sy juga suka gaya bahasa dramatis putis travel bloger yang satu ini… mungkin itu yg bikin tidak produktif walaupun bnyk materi hehe

    Liked by 1 person

  3. Ini hotel kayakya jadi favorit para pejalan ya mas. Beberapa travel blogger sudah mereviewnya. Memang terlihat nyaman banget dan nuansa etniknya dapet dengan aksen furnitur model lawas dan lantainya memakai tegel. Keren pokoknya.

    Liked by 1 person

    1. Sepertinya sih begitu ya Sir. Tapi memang pantas sih, karena termasuk yang unik di area Prawirotaman. Meskipun tegelnya polosan ya, bukan yang bermotif.
      *langsung ingat tegel rumah mbah di Kudus*

      Liked by 1 person

  4. Namanya Njawani tapi interiornya kurang Njawani menurut saya hehehe. Hanya sarung bantal saja yang batik. Itu ada piring-piring keramik juga yang notabene kebudayaan Tionghoa 😀

    Ah tapi aku gak sanggup nginep di hotel sekelas ini 😦

    Liked by 1 person

    1. Memang konsep hotelnya perpaduan Jawa, Eropa dan Tionghoa sih Lid. Kata pihak hotelnya juga begitu, makanya dicampur-campur.

      Ah pasti dirimu sanggup. Ternyata ndak mahal-mahal amat kok. Beneran deh. Tapi kalau nginep di sini enaknya sih staycation 🙂

      Like

  5. Hi mas bart, pas sekali mas lagi update soal penginapan di jogja aku juga lagi searching penginapan di kota yang sangat charming itu makasih ya mas tulisan mas akan saya jadikan referensi, dan aku juga suka daerah Prawirotaman ini so classy dan peaceful banget jadi pengen menginap di hotel ini terima kasih mas bart

    Liked by 1 person

  6. Sempet mau nginep di sini waktu honeymoon. Tapi ga jadi karena letaknya ga di pusat kota. Sama kemarin agak mundur pas lihat fotonya yang ruangannya langsung mengarah ke balkon sekaligus jalan buat orang lalu lalang. Aku kurang suka kalo gak private. Hehehehe.

    Liked by 1 person

    1. Hahaha iyaaaa paham deh kenapa. Namanya juga honeymoon.

      Ehmm tapi kalau minta kamar yang di sudut-sudut lumayan private kok Lia. Cuma setahuku yang di bagian sudut itu kelasnya Junior Suite, jadi ya rate nya lebih mahal 🙂

      Like

  7. Hotelnya pun melting pot banget ya. Kamarnya diisi dengan springbed dan furnitur modern, namun berpadu dengan lantai ubin dan pintu kayu yang tampil shabby.

    Sama, bro. Suka juga sama inner courtyard-nya. Saat nanti punya rumah sendiri (amin), mau bikin yang ada inner courtyard dan banyak bukaan hehe

    Liked by 1 person

    1. Untuk dormitory nya kalau gak salah 175 ribuan, dan kamar yg superior ini kemarin sekitar 350 ribuan. Untuk update harganya cek di booking.com atau langsung kontak ke hotelnya ya.

      Like

  8. Ah setiap baca tulisan Kota Jogya jadi ingin singgah lagi kesana. 2 kali kesana ditahun 2011 dan 2013 belum sempat ketemu tempat” seperti ini mas..

    Liked by 1 person

  9. pas lihat judul artikelmu ini aku langsung kepo lho ke web online booking hotel, ternyata hotel ini menyediakan kamar tipe dormitory tapi cuma untuk male, kamar privatenya nggak masuk budget ku yg solo traveler padahal bangunannya yg bikin naksir. kuno gitu sih

    Liked by 1 person

      1. Aamiin, semoga Na.

        Bukan cuma dibandingin sama Palembang aja sih, tapi juga dibandingin sama kota-kota lainnya. Jogja memang gak ada matinya kalau soal urusan penginapan murah tapi oke.

        Liked by 1 person

    1. Banget mas, kalaupun keluar palingan yang berburu kuliner atau spot-spot foto instagramable di sekitaran Prawirotaman aja.

      Hmm lumayan nih mas, kalau ke Jogja bisalah dicoba 🙂

      Like

  10. Jogja ooh Jogja… Setiap orang punya cerita sendiri dibalik kota budaya ini. Rasanya selalu ingin kembali, baru tau deh ada hotel dengan konsep keren begini, apalagi paling suka dengan jendela2nya itu…

    Liked by 1 person

Leave a comment