Yuk, Membuat Video Perjalanan dengan Smartphone!

Dokumentasi perjalanan, adalah sebuah hal penting yang harus dibuat. Bukan saja demi menyimpan kenangan, tetapi juga untuk mencatat detail-detail yang nantinya bisa dibagikan lagi kepada orang lain. Bahkan pada masa ini, dokumentasi perjalanan juga berfungsi sebagai sarana penjaga eksistensi dalam pergaulan. Terutama ketika dibagikan melalui media sosial.

Pada masa lalu, dokumentasi perjalanan hanya dirupakan dalam bentuk tulisan dan sketsa gambar. Yang kemudian berkembang lagi dengan ditemukannya teknik fotografi. Dan semakin maju, ketika gambar bergerak atau videografi disempurnakan.

Dua dekade lalu, mungkin hanya orang-orang tertentu dan media-media penyiaran saja yang memanfaatkan videografi sebagai sarana dokumentasi. Namun kini, dengan semakin terjangkau dan berkembangnya teknologi gawai personal, maka hampir setiap orang dapat memanfaatkan teknik videografi untuk mendokumentasikan perjalanannya, baik berupa liputan maupun video blog yang lebih dikenal sebagai vlog.

Short Travel Videography 2.0 bersama Rasuna Creative Center

Saya sangat senang ketika akhirnya terpilih sebagai salah satu dari 20 peserta Short Travel Videography 2.0 Workshop, yang diadakan oleh Rasuna Creative Centre di The Bridge – Hotel Aston Rasuna, Jakarta. Yang berarti saya akan menambah ilmu, setelah mengikuti kelas yang pertama di Setu Babakan Depok beberapa bulan lalu.

Jika pada kelas sebelumnya, workshop hanya dipandu oleh mas Teguh Sudarisman. Maka untuk workshop yang kedua ini, secara umum kelas dipandu oleh kang Dudi Iskandar. Seorang fotografer human interest, yang kini mendalami videografi sebagai sarana dokumentasi.

the-bridge-hotel-aston-rasuna-kuningan-short-travel-videography-2-0-workshop-bartzap-dotcom

Workshop ini sendiri lebih ditekankan pada produksi video perjalanan yang memanfaatkan smartphone dan beberapa aplikasi android untuk proses editingnya. Tak hanya kelas teori, para peserta juga kemudian dibagi menjadi empat kelompok untuk melakukan praktik langsung peliputan singkat di beberapa bagian hotel. Di antaranya adalah pada proses check-in, house keeping, spa, bagian dapur serta Mezza Resto. Yang kemudian dilanjutkan dengan praktik editing dan review bersama.

short-travel-videography-2-0-rasuna-creative-center-hotel-aston-rasuna-jakarta-bartzap-dotcom
Peserta Short Travel Videography 2.0 Workshop bersama mas Teguh Sudarisman, kang Dudi Iskandar, dan GM Hotel Aston Rasuna – Bapak M. Isa Ismail. (dokumentasi: Hotel Aston Rasuna)

Alhamdulillah, meskipun saya mengumpulkan video pada giliran terakhir, namun karya saya yang berjudul Weekend Brunch at Mezza Resto berhasil terpilih sebagai salah satu dari tiga yang terbaik. Lumayan, hadiahnya bisa menjadi modal untuk kembali mengunjungi Mezza Resto di kemudian hari.

Secara pribadi saya memang masih merasa gagap untuk mengedit dengan menggunakan aplikasi di smartphone. Karena selama ini terbiasa dengan dengan menggunakan Macbook dan perangkat lunak iMovie atau Final Cut Pro. Namun terlepas dari keterbatasannya, produksi video perjalanan dan editing dengan menggunakan smartphone merupakan sebuah alternatif yang pantas untuk dilirik.

Produksi Video dengan Smartphone, Apa Modalnya?

Jaman sekarang, siapa sih pejalan yang tak memiliki smartphone?  Bisa dipastikan jika itu merupakan gawai yang wajib masuk ke dalam daftar barang bawaan. Bahkan, ada sebagian orang yang merasa tak nyaman ketika lupa membawa smartphone. Jadi, produksi dan editing video dengan memanfaatkan smartphone, pada hakikatnya didasarkan pada alasan kepraktisan.

Selain smartphone sebagai alat utama, juga ada alat-alat penunjang lain yang keberadaannya dapat meningkatkan kualitas video yang dihasilkan. Di antaranya adalah:

  1. Stabilizer Holder, yang berfungsi untuk menjaga kualitas video dari getaran yang mengganggu serta menghasilkan untuk angle yang lebih kreatif. Misalnya: tongsis, tripod, monopod, gorilla pod, hingga tri axis camera/phone holder (steady cam).camera-holder-short-travel-videography-2-0-workshop-bartzap-dotcom
  2. External Microphone, yang dapat memperbaiki kualitas suara video yang diproduksi. Misalnya: clip microphone, voice recorder, ataupun jenis shotgun.
    microphone-short-travel-videography-2-0-workshop-bartzap-dotcom
  3. Lighting Gear, yang berfungsi untuk menaikkan kualitas pencahayaan, baik sebagai sumber cahaya utama maupun pengisi. Misalnya: video lighting, reflector, dan diffuser.
    video-lighting-diffuser-reflector-short-travel-videography-2-0-workshop-bartzap-dotcom

Seiring dengan berkembangnya teknik videografi personal, peralatan-peralatan tadi juga semakin terjangkau dan mudah didapatkan di pasaran. Sehingga, kini setiap orang dapat memilikinya sesuai dengan dana yang ada.

Teknik Produksi Video dengan Smartphone

If a picture paints a thousand words, then a motion picture double them. Ini merupakan prinsip dasar yang harus dipegang ketika kita akan mempersiapkan sebuah video perjalanan. Dimana narasi yang ada hanya berfungsi sebagai pelengkap, agar video tersebut menjadi lebih atraktif.

Secara umum kang Dudi Iskandar menyampaikan bahwa narasi yang dihadirkan harus bersifat lugas, memiliki struktur kalimat yang sederhana dan informatif, meskipun tak terlalu detail. Sementara gaya bahasa yang digunakan dapat disesuaikan dengan kepribadian videografer atau vloggernya.

Penelitian menunjukkan bahwa ternyata rentang konsentrasi perhatian manusia rata-rata hanya berkisar sekitar 8,25 detik saja. Oleh karenanya pergantian frame demi frame pada sebuah adegan harus dijaga, demi menghindari kebosanan. Idealnya, setiap frame hanya berlangsung sekitar 5 detik saja.

tampilan-antar-muka-power-director-pro-short-travel-videography-2.0-hotel-aston-rasuna-kuningan-jakarta-bartzap-dotcom
Tampilan antarmuka aplikasi Power Director Pro pada smartphone, ketika menyusun frame demi frame adegan.

Untuk itu, mas Teguh Sudarisman menyarankan prinsip Five Shots Method, yang terdiri dari:

  1. Facial close up shot,
  2. Activity close up shot,
  3. Wide shot,
  4. Side shot,
  5. dan Over the Shoulder shot.

Dengan masing-masing frame shot diambil selama 10 detik, demi mempermudah proses editingnya.

Jika prinsip tadi diterapakan, maka video akan tampak  lebih dinamis. Sementara untuk mendapatkan cadangan frame yang lebih beragam, kuncinya terletak pada perencanaan pra produksi. Terutama ketika video tersebut bersifat liputan.

Editing Video dengan Smartphone

Pada dasarnya teknik editing video dengan menggunakan aplikasi di smartphone tidaklah jauh berbeda dengan menggunakan perangkat lunak di komputer. Meskipun fitur-fiturnya lebih sederhana, aplikasi tersebut telah cukup mampu untuk menghasilkan sebuah video yang menarik.

tampilan-quik-dan-legendshort-travel-videography-2-0-rasuna-creative-center-hotel-aston-rasuna-jakarta-bartzap-dotcom
Tampilan antarmuka aplikasi Quik (kiri) dan Legend (kanan) pada smartphone.

Beberapa aplikasi editing video yang disarankan adalah Power Director Pro, Filmora Go, dan KineMaster. Sementara Legend dan Quik disarankan untuk membuat animasi judul pembuka, narasi pelengkap, serta penutup video. 

Menurut saya aplikasi-aplikasi tersebut cukup ramah pengguna. Siapapun akan dengan mudah menguasainya, terlebih jika sebelumnya telah terbiasa dengan perangkat lunak editing video di komputer.

Kiat dan Saran

Demi menghasilkan sebuah video perjalanan atau vlog yang baik secara teknis, maka beberapa hal berikut ini bisa diterapkan:

  1. Riset dan siapkan skenario.
  2. Ambil frame adegan sesuai dengan skenario.
  3. Variasikan angle dari frame adegan yang diambil.
  4. Kenali fitur kamera pada smartphone dengan baik serta eksplorasi secara maksimal.
  5. Gunakan resolusi terbaik dan perhatikan kebersihan lensa kamera.
  6. Perhatikan teknik pengambilan suara, pengaturan lighting, dan komposisi.
  7. Susun kembali frame demi frame sesuai dengan skenario pada waktu editing, dan modifikasikan secara kreatif.
  8. Pilih dengan cermat musik dan animasi yang sesuai bagi video yang ingin dihasilkan.

Untuk video perjalanan yang sifatnya spontan, saya sendiri jarang menyiapkan sebuah skenario, apalagi jika hasil akhirnya adalah sebuah vlog. Dan saya rasa kiat di atas akan jauh lebih efektif untuk diterapkan pada sebuah video liputan. Namun, yang terpenting seorang videografer atau vlogger harus memahami dengan baik prinsip dasar produksi dan editing video.

Berikut ini adalah beberapa contoh video perjalanan yang pernah saya produksi dan edit dengan menggunakan Power Director Pro:

Video Perjalanan – Spring Across India: an Overland Journey.

Vlog – Snorkeling and Freediving at Tanjung Karang Donggala.

Bagaimana, sudah siap untuk membuat video perjalananmu sendiri?
Ayo dicoba!

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

96 thoughts on “Yuk, Membuat Video Perjalanan dengan Smartphone!

    1. Penting banget itu. Dan ternyata gak mesti adegan yang ada di dalam videonya, namun harus ada relasinya. Biasanya aku selalu menyiapkan gambar thumbnail khusus sebelum videonya diupload.

      Like

    1. Dan aku perlu belajar juga dari mbak Zulfa, gimana caranya supaya sukses menembus dunia pertelevisian.

      Sama-sama mbak, senang bisa kembali memotivasi 🙂

      Like

    1. Terimakasih mas Sandi. Sejauh ini sih saya kalau bikin video pakai hape cuma bermodal hape sama tongsis aja.
      Peralatan video yang lain ada, tapi untuk membuat video dengan kamera bukan dengan hape. Hmmm lampu video portable (LED) nya udah ilang ding, digondol maling. Yang tersisa sekarang lampu video untuk studio, besar mas, gak mungkin dibawa-bawa. Reflektor dan diffuser pun di simpan aja di rumah, kalau ada proyek yang agak serius baru dipakai 😀

      Like

    1. Kalau suka ngedit kecil untuk instagram coba pakai Quik mas. Gratis sih, cuma ada logo GoPro di akhir videonya. Tetap harus dipotong lagi.

      Dan menurutku, kalau memang mau serius -dijadikan alternative- untuk mengedit video di hape, lebih baik aplikasinya yang pro sekalian. Gak terlalu mahal kok. Power Director Pro, harganya sekitar 70 ribuan. Soalnya kalau yang gratisan ada stamp logonya di bagian akhir, atau di pojok bawah videonya.

      Trust me, it’s a good investment 🙂
      *bukan ngiklan*

      Like

  1. Selama ini masih merasa bingung, aplikasi apa yang cocok buat editing video. Pernah sekali pakai ulead tapi blum menguasai. Akhirnya gagal buat editing. Kalau di smartphone yang pernah tak pakai itu viva video.
    Bisa dicoba nih sarannya Mas Bart untuk coba pakai Power Director Pro, Filmora Go, dan KineMaster.
    Eh ya kalau editing di komputer, paling mudah di edit itu pakai yang apa mas?

    Liked by 1 person

    1. Kalau di computer aku biasanya pakai iMovie atau Final Cut Pro Sir. Memang sih awalnya agak bingung, tapi banyak kok tutorial di youtube yang bisa diikuti.

      Untuk di hape saranku pakai Power Director Pro atau Filmora Go aja. Nanti deh kalau ketemu lagi kita coba ulik bareng yaaa 🙂

      Like

  2. Yang aku penasaran gimana cara ngatasin kamera handphone yg suka auto focus / berubah warna kalau kekurangan cahaya? Rasanya ganggu kalo banyak gerak gitu.

    Oiya, hp yg dirimu info kayaknya ga dijual di erafone dan toko sejenisnya deh, Oppa. Huhuhuhu

    Liked by 1 person

    1. Hehehe mau gak mau caranya cuma satu Lia. Pakai lighting tambahan sebagai sumber cahaya utama. Karena memang itulah salah satu kelemahan kamera-kamera auto.

      Fokus yang berubah sendiri pada kamera terutama di cahaya rendah adalah akibat dari desain fokus kamera yang didasarkan pada kontras area fokus. Dimana itu sangat tergantung pada perbedaan gelap terang yang menguasai area. Makanya kamera yang DSLR sekalipun ketika diset auto, maka akan kesulitan untuk fokus ketika menghadapi area yang tak ada kontrasnya. Misalnya area fokus yang terang banget atau gelap banget. Kecuali jika lensanya diset manual.

      Btw, hape yang mana ya Lia? Aku agak lupa hehehe

      Like

  3. Bagus videonya Bart, sukaaa soalnya jadi ngiler sama makanannya di Mezza Resto. Ada beberapa pertanyaan nih.
    1. Orang/talent yg di resto itu aktivitas nya base on scenario atau spontan, pas kamu rekam emang lagi kerja dan gak keberatan di shoot
    2. Pake hp apa kalo boleh tahu, aku Xiaomi tp lemah klo low light
    3. stabilizer dan filter yg dipake apa, pengen nyicil beli
    4.aplikasi editing yg disebutin di blog itu yg free atau berbayar soalnya yg aku pake yg free dan gak puas sm hasilnya
    Pantes menang, dari Hp aja bagus, udah layak di hire utk buat company profile:)))

    Liked by 1 person

    1. Terimakasih Nana.

      Ok aku langsung jawab ya, pertanyaan-pertanyaanmu:
      1. Semua talent yang ada di video itu berakting berdasarkan skenario. Kebetulan mereka sudah tau bakal ada shooting, jadi mereka sudah siap. Mereka dan pihak hotel sama sekali gak keberatan, malah senang dong bisa dapat liputan tambahan.
      2. Aku kemarin pakai Xiaomi Note 3 Pro. Memang agak lemah di low light, makanya harus pinter nyiasatinnya, seandainya gak bawa lampu tambahan.
      3. Aku cuma pakai gorilla pod kemarin, dan ketika ada kekawatiran getaran, aku pakai alat bantu. Misalnya: pas ngambil gambar bartender, aku simpan gorilla pod nya di atas kursi bar.
      4. Aku pakai Power Director Pro, berbayar. Tapi cukup murah kok, cuma 70 ribuan. Aku saranin dirimu beli deh, it’s a good investment. Bakal terpakai banget.

      Sekali lagi makasih ya Na. Dan kalau butuh info tambahan, boleh nanya di kolom komen ini, atau colek japri. Oke 🙂

      Liked by 1 person

    1. Sebenarnya sih gak harus sebanyak itu mas, yang penting hape sama tongsis aja. Plus microphone tambahan, biar suaranya lebih uhuy. Yuk dong ayo belajar, pasti banyak penggemar mas Cum yang pengen menyaksikeun perjalananmu secara lebih hidup 🙂

      Like

  4. Aku belum terbiasa ambil video pake hape dan ngedit sih, tapi pernah coba dan pernah upload untuk ikut lomba. Terbiasa menggunakan Premiere di PC jadi dengan mudah adaptasi app editing video di hape, walau kesusahan layarnya seiprit haha. Btw aku pake Quik walau gratisan bisa kok opsi untuk tidak menampilkan logo GoPro di akhir film. Coba deh diulik-ulik lagi.

    Nah yang aku shock neh bagian modal untuk shooting pake hengpon. Gile aja klo modalnya sama mending pake hendikem ato kamera aja deh ehehe. Shotgun mahal, mic murahan pernah coba suaranya tetep cempreng wkwkw. Lighting juga paling murah bisa 300an. Yang murah cuma tripod wkwkkww.

    Ya kalau untuk aku sih kalau bener-bener kepaksa nggak apa-apa pake hengpon, tapi klo emang niat bikin video harus pake kamera beneran. Secara untuk zoom in out susah klo hape, terus dijamin video yang dihasilkan gak begitu steady alias goyang-goyang. Pegang hendikem aja klo gak terbiasa juga goyang dribble hehehe.

    YASALAM INI KOMEN KOK TIGA PARAGRAF >____<

    Like

    1. Nah gimana tuh pakai Quik tapi logonya gak muncul di akhir film Lid? Bisikin dong infonya 🙂

      Hahaha, sebenarnya untuk modal yang lain itu optional sih Lid. Kalau menurutku, asal udah punya hape plus tongsisnya udah bisa bikin vlog. Selama ini pun, untuk bikin video perjalanan atau vlog dengan hape, modalku ya cuma itu aja. Dan kalaupun ada tambahan yang paling krusial adalah microphone tambahan. Biar suara yang dihasilkan lebih bagus. Lain-lain mah kalau ada rejeki aja, dan pastinya itu dijadikan alternative, selain main video dengan camera yang lebih ok.

      Untuk zoom in dan zoom out sih aku gak sarankan dengan menggunakan fitur kamera ya, hasilnya kurang bagus. Lebih baik maju mundur manual (kalau video yang serius sih pakai trolley), atau pakai zoom lensa juga bisa, tapi ini ada tambahan ring nya lagi, biar hasilnya lebih smooth. Kalau zoom ngandalin tangan kurang bagus 🙂

      Makasih lho Lid, komennya panjaaaang. Appreciate! *kalungin bunga*

      Like

  5. Terima kasih banyak ya mas bart untuk sharenya, artikel ini sangat bermanfaat buat saya yang masih confuse untuk membuat video perjalanan, sedikit banyak artikel ini akan menjadi dasar dan motivasi saya untuk membuat video perjalanan

    Liked by 1 person

  6. Keren Bart, pengen belajar juga. Dulu waktu masih SMA suka edit edit video juga, tapi masih jelek itupun cuma foto yang digabung-gabung trus jadi video foto hahah… lupa pake aplikasi apa waktu itu. Aplikasi buat smartphonenya aku catet !!

    Liked by 1 person

  7. Kebalikan, aku malah gak pernah edit pake komputer, selalu pake handphone. Jadinya emang itu, ancur haha. Aplikasi edit itu buanyaak. Jadi bingung mana yang terbaik, kudu dicoba satu-satu emang.

    Itu video yang menang bagus mas Bart. Sepanjang nonton aku mikir, “oh ya berarti yang itu kudu diambil videonya ya” *anggukangguksendiri

    Like

    1. Eh kok komenmu ini baru aku liat ya Yan? Maaf ya kalau baru sekarang aku reply.
      Hehehe iya sih memang banyak banget software edit video yang beredar di pasaran. Cuma biar gampang milihnya, ambil aja yang paling banyak dipakai orang juga. Karena kalau ada apa-apa kita bisa belajar sama yang lain lebih mudah. Selain itu disesuaikan dengan gawai pengolah video kita.

      Ditunggu ya Yan video-video cihuy darimu 🙂

      Like

  8. Waaa menarik! Walo gak intens saya pernah beberapa kali bikin video sendiri. Otodidak semuanya belajar sendiri. Sekarang pake power director tapi masih yg gratisan. Yg pro enakeun ya, Bart? Lg mikir mau beli ini. Ngedit di laptop mah belum bisa euy.

    Saya gak kepikiran ngevlog. Kalo video non-vlog mah emang serius mau belajar euy. Pengen beli tongsis juga euy atau tripod apa gitu ya, dipegang tangan kosong mah hape teh goyang2 wae gambarnya 😀 komo mun urangna ambil gambar & keur lapar 😀

    Liked by 1 person

    1. Yang Pro enaknya sih di videonya gak ada stamp CyberLink nya lagi. Jelas keliatan lebih pro sih. Beli aja Lu, gak mahal-mahal amat kok, cuma 70 ribuan aja.

      Kayaknya kalau dirimu ngevlog pasti bakalan lebih seru deh. Hayu atuh dicoba. Btw, gimana kalau kita bujukkin kang Galih supaya bagi-bagi ilmu bikin video yang caem yuuuk. Ntar aku main ke Bandung deh, buat belajar 😀

      Kalau ada duit lebih, sekalian beli tri axis camera holder aja, lebih smooth hasilnya. Biarpun ngambilnya sambil nahan lapar, no more ngadaregdeg lah 😀 #nyebarracun

      Like

      1. Naon deuh harus ada cute factor segala hahaha. Ooo pantesan postingannya dari Bali mulu, rupanya dia udah pindah ke sana. Ya udah kita samperin aja sekalian jalan-jalan 😀

        Like

  9. Sempat juga belajar bikin video untuk youtube. Ternyata lama waktu untuk membuat video itu bisa lebih lama dari pada menulis teks. Belum lagi ruang penyimpanan HD di komputer bisa boros waktu proses edit video.

    Liked by 1 person

    1. Iya mas, memang untuk urusan video .. waktu, tenaga, dan kapasitas memori nya lebih banyak yang kita butuhkan. Tapi hasilnya sebanding lah dengan yang kita sudah keluarkan 🙂

      Like

  10. Mantap, Om Bart! Beberapa kali baca dan denger pendapat dari blogger dan pakar digital marketing, video akan merajai konten digital pada masa mendatang. Sangat masuk akal. Kalau diterapin ke blogging, orang akan lebih tertarik buat blog yang kontennya mutimedia ya. ga cuma ada teks, tapi juga ada video. Perpaduan antara blog dan vlog, mungkin? Eh, vlog ga harus namppilin muka pembuatnya kan ya? *rapiin jambul*

    Liked by 1 person

    1. Selama ini lumayan sih, kalau diselipin video maka pengunjung akan lebih lama stay. Jadi bisa dipakai untuk mengurangi bouncing rate juga 🙂

      Kayaknya kalau vlog harus nampilin muka pembuatnya deh, beda kalau misalnya travel video biasa. *nyumbang sisir*

      Liked by 1 person

  11. Hahaha heueuh maksudna faktor beungeut 😀 Sebenernya kalo diperhatiin, di sini yg laku ya orang2 yg punya cute-factor, Bart. Cantik, kasep, ya kalo muka gak cute dibuatlah konyol & dibego-begoin biar lucu. Saya ga suka kayak gitu, saya pengen kayak BBC Travel. Kontennya yang jadi fokus video. Bukan pembawa acaranya, bukan vloggernya. Bukan otot sixpacknya. Bukan celana pendek yang memperlihatkan pahanya yang mulus. Tapi di sini di Indonesia, yg dijual bentuk fisik host acaranya. Kelak kalau saya bikin video (serius) sendiri, saya mau bikin konten travelingnya aja, Bart. Kompas TV pernah berhasil mematahkan cute factor ini dgn menjadikan Kamga jadi pembawa acara Explore Indonesia di awal munculnya Kompas TV & satu acara lagi yg jadi hostnya bapak-bapak pecinta alam (lupa nama acara & lupa nama bapak2nya). Bahkan acara Wisata Kuliner aja Pak Bondan mesti ditemenin bintang tamu cewek 😀 padahal tanpa mereka, Pak Bondan udah menarik kalo cerita. Saya mikirnya apa saya ketuaan ya seleranya begini. Tapi dari umur 25 dan sekarang 32, saya udah cinta mati sama gimana acara2 travel di BBC knowledge (sekarang BBC Earth) memajang konten di semua video travelnya. Tapi emang mengkritik itu gampang sih ya hahaha. Hayuklah ke Bali!

    Liked by 1 person

    1. Hahahaha kayaknya itu jadi dilema banyak orang. Jadi ingat beberapa waktu lalu ada teman yang curhat soal IG, dia bilang, susah saingannya … either fotonya harus bagus banget atau wajah/body yang bagus. Dia sampai sebel sama fotp-foto orang yang difoto pakai baju ala kadarnya dari belakang sambil liat pemandangan. Aku sih ketawa-ketawa aja.

      Eh tapi kalau soal itu, aku agak gak setuju sih. Soalnya aku dalam beberapa hari ini, nemu beberapa blogger yang secara appearance biasa aja. Dan juga gak berusaha tampil konyol. Tapi channel nya bagus, dan banyak pengunjungnya. Mereka termasuk yang bisa membuat konten yang bagus. Ini nih yang harus kita pelajari.

      Ah iya sih Lu, aku juga pengennya lebih ke kontennya dibanding hal-hal yang lainnya. Nah, sambil mengarah ke sana, hayuk atuh kita belajar 😀

      Like

  12. Kearin diajakin Mas Teguh juga. Pengen dateng tapi bangun kesiangan dan ada acara lain sorenya. Kalo jadi dateng, kita bakal kenalan ya? Aku lagi nyari blogger yang mau diajak belajar nulis dan moto barengan di Jakarta ne 😀

    Liked by 1 person

  13. Ah, komenku ilang mlu sih nih. Keren, terimakasih tipsnya. Jadi pengin buat video juga. Tapinya hapeku masih jadul standar banget . Belum bisa kek gitu #mintaupgradejadinyakan #efekbaca

    Liked by 1 person

  14. Jujur, saya pengen banget bikin travel video mas, tapi ketika dihadapkan pada software editing gatau kenapa kok jadi males ya, mumet hahaha
    Musti lebih niat nih sepertinya..btw setelah nonton video mas Bart jd bikin semangat lagi nih edit2 video 😀

    Liked by 1 person

  15. memang, mau tidak mau, sekarang ini jamannya vlog tapi kalau masih belum pede ngomong sendiri di depan kamera, bikin video kayak di atas bisa juga dipilih. aku pun walau belum pernah bikin video tapi berdasar cerita para pakar yang pernah kutemui memang betul kalau durasi per frame itu jangan kelamaan biar ga bosen dan memang ada yang hanya merekam obyek tidak lebih dari 10 detik untuk kemudian digabung dan diedit hingga menghasilkan sebuah video sederhana dng kamera hp tapi hasilnya lumayan juga.

    Liked by 1 person

  16. Mas Bart, menarik baca ulasan ini sampe akhir. Aku juga newbi belajar bikin video. Dulu juga pernah ikut session Mas Teguh seru banget. Ah iya, sampe sekarang aku masih gagap ngemix lagu sama bikin narasinya. Kalo boleh tau, ada tips gak ngambil musik/lagu buat latar videonya dimana? Misal untuk cerita anak nyarinya pake keyword apa gitu, atau memang kita pilih satu satu. Thank you for sharing this article Mas 🙂

    Liked by 1 person

    1. Untuk lagu latar kalau misalnya yang ringan-ringan aja biasanya aku ambil di Bensound.com tapi kalau butuh yang agak berat aku cari di youtube. Yang penting lagu-lagu tersebut statusnya (keywordnya) free copyright. Ada kok beberapa channel di youtube yang sediakan lagu dengan status-status tersebut, yang boleh digunakan untuk kebutuhan non komersil.

      Terimakasih sudah mampir ya Ayaa 🙂

      Like

  17. Saya sudah beberapa kali membuat video perjalanan, tapi belum pernah memakai smartphone, lebih ngirit baterai kalau emang perginya jauh dan gak punya stock baterai cadangan..ahaha
    saya lebih punya kendala di editingnya, rasanya belum terlalu mahir dan memang belum bisa meluangkan waktu untuk menyunting serpihan-serpihan videonya…ahahha

    nanti deh saya terapkan kiat dan tipsnya secara bertahap biar dokumentasi kegiatan jalan-jalannya bisa dimaksimalkan..
    thanks for sharing Mas 🙂

    Liked by 1 person

    1. Memang awal-awalnya agak susah sih kalau gak biasa, karena kita harus merangkai ‘hasil jadinya’ dulu di kepala untuk bisa merangkai raw videonya jadi satu karya yang utuh.

      Tapi kalau sering dicoba, lama-lama juga bisa.

      Sama-sama, semoga bermanfaat yaaa 🙂

      Like

    1. Coba pakai Power Director. Yang versi pro memang bayar, tapi gak terlalu mahal. Dan terpakai banget. Penggunaannya juga mudah, seperti beberapa video yang aku buat di atas 🙂

      Like

  18. Kak Bart videonya baguuuus apalagi yang Indiaaa. Sambil goyangin kepala dengar musiknya haha. Pas banget saya baru nulis tentang aplikasi video, KineMaster sejauh ini saya paling nyaman pakainya dari empat yang saya rekomendasikan di blogpost.

    Btw, pakai stabilizer enak yaa, saya belum pakai jadi videonya sselalu goyang.

    Liked by 1 person

Leave a comment