Menyusun Itinerary dan Budget Perjalanan

Sebagai seorang self-manage-traveler, itinerary atau rencana perjalanan adalah sebuah alat penting yang selalu saya persiapkan dengan cermat. Karena ia akan menjadi teman dan panduan dasar dalam ‘menaklukkan’ destinasi yang saya tuju. Terutama jika destinasi tersebut adalah untuk pertama kalinya, atau jika perjalanannya saya lakukan seorang diri.

Menurut saya, itinerary yang baik adalah yang efisien secara pergerakan, lengkap dalam mencatat detail, mudah dicerna, dan gampang dipetakan kembali di dalam kepala. Dan, karena budget merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan dasar dalam penyusunan itinerary, biasanya hal ini secara otomatis saya kelola juga di dalamnya.

Kebingungan yang seringkali dihadapi oleh sebagian orang dalam penyusunan itinerary adalah bagaimana cara memulainya, melengkapi detailnya, serta hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dan dimasukkan ke dalamnya.

Berikut ini saya akan berbagi tentang beberapa tips dan alur kerja yang biasa saya gunakan ketika menyusun itinerary dan budget perjalanan. Sebagai contoh, saya akan menggunakan itinerary dari perjalanan tunggal saya selama 17 hari ke India pada bulan Februari 2015 lalu.

Siapkan Gambaran Besar Itinerary

Ini adalah tahapan pertama yang selalu saya lakukan. Di dalamnya saya mencatatkan tanggal, berapa banyak hari yang akan dikonsumsi, kota-kota yang akan dikunjungi, peta pergerakan, serta detail besar lainnya.

garis-besar-itinerary-perjalanan-ke-india01
Contoh gambaran besar itinerary ke India.

Informasi tentang kota-kota yang dikunjungi, saya dapatkan dari hasil riset melalui internet. Dan untuk lebih membantu agar itinerary tersebut lebih mudah terpetakan di dalam kepala, biasanya saya menambahkan peta ke dalamnya yang saya ambil dari googlemaps.

Secara pribadi saya jarang menggunakan buku panduan -kecuali buku tersebut relatif baru-, melainkan langsung membaca blog atau pengalaman para pejalan lainnya yang  dibagikan dalam forum-forum maupun website-website ulasan semacam www.tripadvisor.com.

Karena menurut saya, informasi dalam sumber-sumber tersebut jauh lebih valid dan up to date. Selain itu, narasumbernya juga bisa saya tanyai secara langsung jika diperlukan.

Tambahkan Detail

Tahap selanjutnya adalah dengan memecah dan menambahkan detail yang lebih terperinci dari masing-masing hari yang sudah dirancang pada tahap sebelumnya, termasuk sampai ke detail waktunya. Bagi saya, semakin detail semakin baik.

Dan demi mempermudah, semua itu saya susun dalam bentuk tabel.

detail-itinerary-perjalanan-ke-india
Contoh detail itinerary perjalanan ke India.

Tabel tersebut biasanya terbagi atas beberapa kolom, yaitu: hari, kota, tanggal, kegiatan, waktu, aktifitas, transportasi, akomodasi, dan kolom catatan pelengkap.

Kolom hari, kota, dan tanggal, jelas merupakan bawaan dari tahap sebelumnya, sedangkan kolom waktu merupakan detail pertama yang akan menjelaskan bagaimana pembagian waktu dalam satu hari. Untuk sebagian orang mungkin ini terkesan mengikat, namun sesungguhnya ini hanyalah cara untuk memberikan gambaran bagaimana suatu hari akan dihabiskan. Tentang pelaksanaannya, biasanya saya sangat fleksibel. Tergantung situasi dan kondisi. Kecuali jika waktu itu dikerjakan untuk hal-hal yang krusial semacam perpindahan dari satu kota ke kota lainnya.

Kolom aktifitas menjelaskan tentang apa yang akan saya lakukan. Untuk hal-hal krusial dan spesifik biasanya saya tuliskan apa adanya sesuai dengan kegiatannya. Misalnya: perkiraan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, atau mengunjungi objek wisata dan atraksi tertentu.

stasiun-kereta-di-india
Papan pengumuman di Howrah Juction Railway Station, dekat Kolkata.

Kolom transportasi merupakan penjelasan dari moda transportasi yang saya ambil, misalnya maskapai penerbangan yang saya pakai, atau nama kereta beserta kode perjalanannya. Di India, kode perjalanan sangatlah penting, karena terkadang papan pengumuman atau penanda menuliskan nama keretanya dalam aksara lokal yang tentu tak bisa saya baca, sementara angkanya tetap ditulis dalam angka arab, yang bisa saya identifikasi dengan cepat.

Sedangkan kolom akomodasi hanya mencatat nama tempat penginapan yang saya pesan.

Kolom terakhir merupakan catatan pelengkap, yang mencatatkan detail terakhir dari kolom-kolom sebelumnya. Seperti misalnya kode penerbangan (jika connecting flight), nama bandara, alamat lengkap dan informasi kontak penginapan, nama tempat makan, pilihan tempat wisata ataupun kegiatan, jenis kereta, serta stasiun keberangkatan dan kedatangan.

Informasi dan Detail Khusus

Khusus untuk negara semacam India atau Nepal yang biasanya memiliki sistem alamat yang agak rumit, saya selalu menyiapkan detail yang lebih terperinci lagi dengan mencarinya terlebih dahulu di googlemaps.

Hal ini sangat membantu terutama jika tempat yang akan kita tuju tidak berada di pinggir jalan utama, melainkan harus agak mblusuk*.

Contohnya adalah ketika saya harus mendatangi penginapan yang saya pesan di Kolkata yang ternyata agak masuk ke dalam jalan kecil, sementara pesawat yang saya tumpangi mendarat di sana pada lewat tengah malam. Untuk kasus macam ini, usahakan ada landmark tertentu yang bisa menjadi panduan, terutama jika kita harus menyebutkannya kepada warga lokal.

detail-itinerary-informasi-akomodasi-kolkata-homestay-
Detail peta menuju homestay di Kolkata.

Dari peta di atas, pada saat saya sampai di Kolkata, saya hanya menyebutkan nama daerah Landsdown dan Kolkata Motor Vehicles Dept kepada petugas di counter taksi, untuk menjelaskan kemana mereka harus mengantar saya. Setelah sampai pada daerah yang dituju, saya tinggal mengarahkan supir taksi sesuai peta yang telah saya siapkan.

Khusus untuk negara-negara yang masih memakai aksara lokal dalam kehidupan sehari-hari, biasanya saya juga menyiapkan alamat akomodasi dalam aksara-aksara tersebut, yang saya dapatkan dari website atau dari pengelola akomodasi melalui email. Sebab, di beberapa negara masih banyak orang yang lebih bisa membaca aksara lokal, dibandingkan aksara latin yang umum kita kenal.

railway-station-in-agra-itinerary
Peta Agra dan beberapa stasiun kereta di dalamnya.

Informasi mengenai transportasi juga harus diperhatikan, demi mencegah insiden tertinggal oleh kendaraan atau salah tuju. Di sini yang harus diperhatikan adalah detail moda transportasi yang digunakan, termasuk jenisnya, kode kendaraan jika ada, titik keberangkatan, dan kedatangan.

Sebagai contoh, saya tiba di Agra dengan kereta melalui Agra Fort Railway Station yang lebih dekat ke pusat kota. Sementara, ketika saya bertolak menuju Udaipur dari kota tersebut, saya menaiki kereta melalui Agra Cantt Railway Station yang terletak agak di pinggir kota. Dimana jarak antara kedua stasiun tersebut sangat berjauhan, sementara tidak ada commuter line yang menghubungkannya satu sama lain. Bayangkan, bagaimana jika saya salah menghampiri stasiun kereta pada saat akan ke Udaipur, sementara waktunya sudah mepet. Atau, jika saya salah mendatangi stasiun kereta setelah mengalami insiden ban bocor seperti di Varanasi.

Atur Budgetnya

Kecuali jika kita adalah seorang multi jutawan dimana uang bukanlah masalah, maka budget adalah hal penting lainnya yang harus dikelola dengan cermat. Intinya pada tahap ini, semua harus diperhitungkan, terutama yang memang dapat kita lihat dengan jelas pos pengeluarannya.

Sedikit tips dari saya untuk mempermudah pengelolaan, pos-pos pengeluaran yang sekiranya merupakan gabungan dari satu kegiatan yang sama, namun dikerjakan selama beberapa hari atau terpisah, maka sebaiknya dicatatkan menjadi satu pada kesempatan pertama. Contoh: tiket pesawat pulang pergi dicatatkan pada perhitungan hari pertama daripada dipisah menjadi dua, atau menginap di sebuah penginapan selama beberapa hari dicatatkan pada perhitungan hari pertama daripada dibagi per harinya. Tentunya dengan tetap memberikan penjelasan pada kolom keterangan kegiatan.

detail-budget-itinerary
Contoh detail budget perjalanan ke India.

Untuk mempermudah perhitungan total budget, saya selalu menyamakan mata uang bagi setiap dana yang dikeluarkan. Dan, jika memang ada budget yang harus kita ingat secara spesifik dalam mata uang asingnya, maka selalu saya jelaskan pada kolom keterangan kegiatannya. Contoh: Visa untuk 15 hari seharga USD25,  atau tiket masuk Taj Mahal seharga INR 750.

Dan website andalan saya untuk konversi mata uang yang sering saya pakai adalah XE.com.

Khusus untuk biaya-biaya tak terduga biasanya saya hitung terakhir, setelah total budgetnya didapatkan, dengan besaran persentase antara 10% hingga 20%.

Preferensi dan Referensi

Setiap traveler tentu memiliki gaya yang berbeda-beda dalam perjalanannya. Ada yang menyukai sejarah, kuliner, petualangan di alam, tur dalam kota, hingga wisata belanja. Masing-masing preferensi tersebut akan menentukan pula referensi macam apa yang perlu dipersiapkan selama menyusun itinerary dan budget untuk sebuah perjalanan.

pilihan-itinerary-india-qutb-minar-dan-golden-temple-amritsar
Qutb Minar Delhi dan Kuil Emas Amritsar, salah satu yang terunik dan menjadi pilihan dalam itinerary saya.

Namun, terkadang terlalu banyak referensi juga akan membuat kita bingung untuk menentukan mana saja yang ingin kita ambil atau kita kunjungi. Terutama jika kemudian biaya dan waktu menjadi faktor penentu tambahan.

Biasanya untuk mempermudah, saya hanya mengambil yang ‘ter’ saja. Misalnya: terkuno, terbaik, tercantik, terunik, termegah, dan sebagainya. Yang kira-kira akan membuat perjalanan saya jauh lebih berkesan.

Well Planned versus Spontaneous Traveling

Mungkin bagi sebagian orang itinerary yang terlalu detail akan membuat mereka merasa terkungkung dan bosan. Sementara sebagian lainnya merasa aman dengan itinerary yang well-planned. Sekali lagi ini kembali pada preferensi masing-masing traveler.

Buat saya, detail yang terperinci pada itinerary hanyalah referensi agar di lapangan nanti tidak mati gaya. Sementara, dalam pelaksanaannya saya biasanya tergantung pada situasi dan kondisi di lapangan. Tetap harus fleksibel. Karena dengan menjadi fleksibel saya sering menemukan kejutan-kejutan yang memberi warna tersendiri bagi perjalanan yang saya lakukan.

***

Secara pribadi saya lebih suka menyusun itinerary sendiri, dibandingkan menggunakan itinerary dari orang lain, untuk perjalanan yang saya lakukan. Karena dengan begitu, saya akan lebih mendapatkan jiwa dari perjalanannya. Selain itu saya merasa pertualangan dari sebuah perjalanan telah dimulai sejak saya melakukan riset dan penyusunan rencananya.

itinerary-india-bartzap-dotcom
Potongan perjalanan ke India, hasil riset itinerary selama beberapa minggu.

Menyusun itinerary  bisa dikatakan susah-susah gampang. Karena memang untuk itu kita harus menginvestasikan sejumlah waktu demi mengumpulkan informasi, melakukan riset, serta menatanya dalam tabulasi yang informatif. Namun jika dinikmati, proses ini sangatlah menyenangkan.

Jadi, sudah siap untuk menyusun itinerary perjalananmu selanjutnya?

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

117 thoughts on “Menyusun Itinerary dan Budget Perjalanan

    1. Makasih mas 🙂

      Soalnya aku traveling nya sekali-kali aja yang lamaannya mas, waktunya terbatas, dan nabungnya lama. Jadi harus diprepare dengan baik, supaya gak merugi hehehehe

      Like

  1. Forumnya trip advisor emang mantap membantu banyak informasi bisa tahu naik bis no berapa, banyak info website booking semua moda transportasi, jam buka tempat wisata dan hal2 detail lainnya. Bentuk excel itinnya mirip klo bikin juga begini, buat panduan budget utama sama jadi tahu bisa kalap buat budget belanja or gak #ehh 😀

    Liked by 1 person

    1. Betul banget, info dari forum-forum malah lebih update khan disbanding buku panduan.

      Naaah, kalau udah soal belanja sih, biaya terduga 100% juga masih kurang yaaaa. Kalaaap hahahaha 😀

      Liked by 1 person

      1. Nah sekali-kali coba tantang diri sendiri untuk solo traveling. Menyenangkan kok. Dari pengalamanku sih, justru jadi nambah banyak teman baru di waktu solo traveling. Mumpung masih muda, harus coba jalan sendiri 🙂

        Liked by 1 person

  2. Trip Advisor memang menjadi salah satu website yang rutin aku kunjungi untuk memutuskan apakah mau mengunjungi tempat A, makan siang di rumah makan B, dsb. Yang paling penting harus diperhatikan kapan review terbarunya ditulis. Kalau ternyata review terakhirnya satu tahun yang lalu bisa saja tempat itu sudah tutup, atau kualitasnya menurun, atau orang-orang pada males mereview aja. 🙂

    Oiya, untuk menemukan lokasi penginapan selain berbekal peta bisa juga dicatat alamat dan nomor telepon penginapan di secarik kertas untuk diberikan ke supir taksi atau penduduk lokal. Rata-rata mereka selalu mau menelepon nomor tersebut ketika mencari alamatnya. Dari aku yang pada akhirnya kalau mereka telepon agak lama ya ongkosnya aku lebihin bayarnya.

    Liked by 1 person

    1. Yup, betul banget. Terimakasih tambahan infonya Bama. Dan enaknya Trip Advisor, terkadang kita bisa buka pertanyaan baru untuk mendapatkan info yang lebih baru, dan sebagai bagian dari forum itu juga seyogianya kita juga aktif memberikan advice bagi pejalan lainnya yang bertanya 🙂

      Like

  3. Aku paling suka ngutak-ngatik dan ngetik itinerary apalagi sedetail ini. Sampai ke bubuk-bubuk dan remah rengginang pun ada dalam list haha. Tapi kadang kalau lagi buru-buru ya gitu spontanitas. Biarkan naluri yang berbicara meskipun nyasar tapi tetap nikmat.

    Liked by 1 person

    1. Memang asik kotak katik itinerary ya mbak. Kadang kalau dadakan aku juga gitu, tapi kalau sudah kebiasaan nyiapin yg detail meskipun dadakan pun pola pikirnya akan terbawa 😊

      Like

    1. Hehehe ini cuma untuk yg jauh dan lama-lama aja Nit, kalau yang dekat-dekat sih tetap dadakan dan sambil jalan aja.

      Oo kalau aku paling suka baca peta. Bawaan pramuka! Hahaha

      Like

  4. Detail banget mas Bart. Aku biasanya siapin itin kasar aja, dan yang lengkap baru ditambahkan setelah pulang (untuk dibagikan ke yang membutuhkan). Baca tulisan ini aku jadi deg-degan, ngebayangin trip selanjutnya yang kian dekat tapi persiapan nggak ada 10 persennya 😦

    Liked by 1 person

    1. Sebenarnya kalau traveling jauh dan lama itu aku bikin sedetail ini supaya aku tau kira-kira mau ngapain aja. Pas ke Delhi, aku justru ngikut aja kemana host ku ngajakkin, paling dia nanya mau lihat apa trus aku sebut spot2nya.

      Wah wah emang mau kemana Yan sampe deg-degan gitu? Aku jadi deg2an juga nih.

      Like

      1. Haha ini bukan soal Kerala, kalo yang Kerala kan nggak usah repot. Ini mau nyobain solo traveling buat pertama kali nih. Masih ASEAN kok ma Bart. Dag dig dug deh. Tapi beberapa tips di tulisan ini patut dicoba BINGITS 🙂

        Tentang situs hitung rate, aku jadi tahu XE.com, jauh lebih simpel. Biasanya aku ngecek di http://fx-rate.net/calculator/. Barusan ngecek lagi, ternyata nggak jauh beda walaupun di FX rate lebih tinggi dikiiit.

        Liked by 1 person

      2. Wuiih aku bakal mupeng deh. Keliling ASEAN masuk wishlist ku tapi belum kesampaian. Semoga lancar ya Yan.

        Alhamdulillah kalau ada yang bermanfaat dari tulisanku ini 😊

        Liked by 1 person

  5. Detail banget… heheheh karena paling nggak bisa baca peta–malas tepatnya–, aku lebih suka mencatat nomor bus atau soal transportasi publik lainnya yg aku dapati dari bbrp blog yg menceritakan perjalanan mereka 🙂

    Liked by 1 person

    1. Terimakasih 🙂
      Baca peta ini jadi masalah buat beberapa orang ya, kalau saya suka baca peta karena bawaan ikut pramuka aja sih dulu. Apapun itu, yang penting punya teknik untuk menguasai keadaan di saat travel ya 🙂

      Like

  6. terimaksih saya belajar banyak mengenal dan membuat rencana perjalanan dari mas bart ini… yang paling asyik sih tinggal ikut aja itinerary yang dibikinin mas bart…..

    Liked by 1 person

  7. Izin share tulisannya, Om Bart!

    Yap, setuju. Kalo saya bandingin, perjalanan yang disusun rapi punya kesan tersendiri dibandingin perjalanan yang serba dadakan. Seni traveling dimulai dari tahap perencanaan. Mulai dari atur tanggal, ngerinci pergerakan, ngatur pengeluaran (dan bikin estimiasi gaji yg disisihkan tiap bulan), sampe gombal2 manis biar dapet cuti dari atasan.

    Setuju, ini akan jadi semacam panduan biar ga mati gaya. Tapi ya di lapangan pun tetep fleksibel. Ini kan itinerary, bukan Undang Undang. Haha.

    Kalau ada temen yang kritik cara perjalanan kaya gini sebagai perjalanan yang membosankan, yaaa wajar. Sekali lagi, menurut saya ini seni. Masalah selera, dan ga ada yang bisa diperdebatkan soal selera, kan?

    Liked by 2 people

    1. Silahkan kang Iyos, dan makasih lho sudah reshare tulisan ini 🙂

      Betul banget, soal preferensi itu gak perlu diperdebatkan karena masing-masing orang punya konsepnya sendiri-sendiri. Kalau kang Iyos sendiri biasanya bagaimana?

      Like

  8. Pengalaman, itinerary sering gak dipegang bener-bener. Ujung2nya banyak spontanitas juga karena adaaa aja hal2 kecil yg bikin rencana melenceng. Etapi ternyata seru juga sih, dibawa enjoy aja. Tapi kalo pergi ke negeri asing kek gini, pasti aku harus nyontek dikit2 itnerary di mari. Biar gak keder. Hihihi

    Liked by 2 people

    1. Iya kalau yang dekat-dekat dan sebentar aja sih, kadang aku gak pakai itinerary macam ini, lihat kondisi di jalan aja. Cuma karena sudah biasa pakai itinerary, jadi pola pikirnya jadi sudah tersetting, so kalau mau jalan paling buka-buka gadget, cek dadakan dan langsung memetakan di dalam kepala aja kira-kira mau apa aja. Nyimpan informasi singkat kak Anne 🙂

      Like

  9. Aku sih tergantung sikom.mas pa lagi bawa anak ya jd bikin itinerary jg ga saklek yg penting point2 pentingnya ada. Tapi sering jg ga well planned kepikiran ke suatu tmp trs langsung jalan deh tp itu mah di indonesia ajah. Klo.kluar negri bikin itinerary wajib lah

    Liked by 1 person

    1. Setuju mbak, tergantung situasi dan kondisi, terutama kalau bawa keluarga ya jangan sampai gak punya rencana pasti. Sayang khan kalau di tempatnya nanti malah bingung mau ngapain, sudahlah jauh-jauh pula datangnya. Tapi dengan beberapa buku yang sudah mbak Muna hasilkan, pasti pengalaman untuk menyiapkan itineray sudah banyak dong 🙂

      Like

  10. Bart, aku juga dulu pake file excel mirip2 yang di atas. Ruang lingkupnya tapi gak spesifik banget. Cuma lokasi day-per-day dan transportasi dan jenis maskapai aja supaya ga ketinggalan pesawat.

    Sekarang lebih banyak pake aplikasi, Evernote & TripIt. Kalau TripIt enaknya setiap bookingan hotel dan penerbangan langsung masuk otomatis ke Itinerary kita kalau email & TripIt di sinkronisasikan. Sisanya kayak Jadwal Kereta, kegiatan, interest spot bisa kita bikin sendiri. Kalau Evernote bisa buat nyimpen dan gabungin screenshot dari google map dan situs-situs yang udah pernah kita browsing terkait perjalanan jadi 1 note.

    Liked by 1 person

    1. O iya, aku pakai TripIt juga, cuma lebih nyambung-nyambung ke email aja, menyenangkan sih aplikasi satu itu. Kalau Evernote malah belum pernah coba. Makasih info tambahannya ya Ari, nanti aku coba, dan mungkin bisa dicoba juga oleh pembaca lainnya 🙂

      Like

  11. Detil yang mengagumkan. Terima kasih banyak sudah berbagi ya Mas, mungkin suatu hari nanti saya izin untuk konsep ini bisa saya adaptasi jika saya melakukan perjalanan ke luar negeri seorang diri :)). Kalau untuk dalam negeri, sejauh ini saya tak begitu detil membuat perencanaan, hanya tempat-tempat yang memang harus saya kunjungi, sisanya merupakan bonus dari Yang Di Atas :hehe. Soalnya bonusnya kadang lebih banyak ketimbang apa yang saya niatkan :hihi.

    Liked by 1 person

    1. Boleh Gara, anytime, kalau butuh file excel nya juga tinggal kontak aku aja, nanti aku kirimkan via email.

      Setuju, bonus perjalanan yang tak terduga itu yang selalu menyenangkan 🙂

      Liked by 1 person

  12. Sebagian besar saya sepakat tentang penyusunan itinerary dan budget dalam tulisan ini. Khususnya, saya ingin menggarisbawahi tentang well-planned dan spontaneus traveling. Memang benar, kita tidak bisa menghindari kejutan-kejutan yang akan ditemui dalam perjalanan. Itu kadang bisa mempermanis perjalanan yang sudah terancang baik, atau malah mengacaukan. Tapi, perjalanan itu untuk dinikmati, segala baik buruk pasti menyimpan hikmah.

    Kalau kita takut menghadapi hal-hal penuh kejutan dalam perjalanan yang belum atau sudah pernah kita coba, lebih baik diam di rumah, atau kerja di kantor seperti biasa. Aman.

    Kalau saya pribadi, baik dengan well-planned atau spontaneus traveling, saya selalu berprinsip mengerem ekspektasi tentang tempat yang akan dituju. Meskipun sudah menyimpan gambaran tentang tujuan, saya memilih menyimpannya erat-erat. Mengosongkan pikiran, siap untuk menerima kejutan-kejutan dalam perjalanan 🙂

    Liked by 2 people

    1. Yup, setuju Qy, direncanakan atau tidak, kita harus selalu siap dengan kejutan di dalam perjalanan, karena di situ biasanya kita menemui makna perjalanan yang sesungguhnya. Terimakasih sudah berkunjung dan nambahi opini ya Qy 🙂

      Like

  13. Jalan-jalan yuk…
    Ayok…
    Bikin budget dan itinerary-nya dong… coret2…
    Done! Jadi kapan nih?
    *mikir mikir mikir* Batal!

    Itu sih pengalamanku om. Hahaha. Makanya kadang lebih enak “Jalan Yuk” langsung jalan.

    Liked by 1 person

  14. Detail banget mas itinerary nya, saya kali ngetrip cuma bikin garis2 besarnya saja. Tapi ini ngebantu juga sehingga saya bisa tau sedetail perjalanan dan budgetnya.

    Liked by 1 person

    1. Untuk perjalanan yang agak jauh dan lama aku sengaja bikin yang detail gini Bar, soalnya kalau nanti mati gaya di sana khan rugi. Buat jaga-jaga aja sih sebenarnya. Di lapangan tetap berharap banyak kejutan yang menyenangkan 🙂

      Kalau yang dekat-dekat aja, kadang aku juga garis besar aja dan cuma dicatat di atas kerta atau dalam gadget 🙂

      Like

  15. I have always thought I was a meticulous planner until I saw your excel spreadsheets! I’m glad to know that there are people like me out there, preferring well-planned to spontaneous travelling 🙂 Great article!

    Liked by 1 person

  16. Selain itinerary dan budget, aku kadang nambahin beberapa bahasa lokal di kolom extra, lumayan buat mecah suasana kalau ngobrol sama penduduk lokal 😝

    Aku request tips gimana cara minta cuti sampe 17 hari kak 🙋

    Liked by 1 person

    1. Wah, makasih tambahan informasinya. Bagus banget tuh. Kadang-kadang sebelum keberangkatan kita memang perlu informasi semacam itu. Bahasa-bahasa lokal yang sederhana, seperti mengucap salam dan sebagainya.

      Nah, kalau buat orang lain sih aku gak tau ya. Cuma karena jadwal kerjaku dalam sebulan (dulu) adalah 2 minggu kerja dan 2 minggu libur. Jadi biasanya aku cuma tinggal minta cuti seminggu aja, ditambah 2 minggu libur, jadi khan punya waktu sampai 3 minggu buat jalan-jalan.

      Untuk sekarang jadwalku malah berubah jadi 3 minggu kerja dan 3 minggu libur. Jadi ya gak perlu cuti, kecuali mau jalannya sampai sebulan full 🙂

      Like

    1. Alhamdulillah. Siapa tahu nanti bakal jalan-jalan bareng keluarga khan? Jadi bisa lihat contekan langkahnya di sini. Makasih sudah mampir dan tinggalkan pesan ya Mad 🙂

      Like

    1. Kalau aku sekarang tergantung tujuannya sih mas. Kalau misalnya ‘time-and-budget-concern’ aku masih suka bikin yang kaya gini. Tapi kalau misalnya gak ada concern kaya tadi, ya nyantai, kadang dadakan, dan acaranya ad hoc di lapangan aja mutusinnya hehehehe.

      Like

Leave a comment