Wisata Kuliner di India. Siapa Takut?

Dulu saya berpikir, bahwa saya tak akan pernah menyukai masakan India. Menurut saya, masakan mereka terlalu pekat berempah. Sembari membayangkan aromanya yang menusuk. Padahal seujung lidahpun saya tak pernah mencecapnya. Itu semua hanya ada di batas khayalan.

Gara-garanya adalah karena saya pernah mencicipi kari buatan orang Indonesia, yang entah mengapa ia menuangkan kunyit secara semena-mena. Ditambah deskripsi yang meracuni, setiap kali saya membaca ulasan-ulasan orang tentang masakan India. Dan semudah itu pulalah akhirnya saya berpikir, bahwa saya tak akan pernah menyukai masakan mereka.

Namun, semuanya mulai berubah ketika saya menginjakkan kaki di negeri tersebut. Ketika saya menantang diri saya, untuk mencoba wisata kuliner di India.

Street Food: From East to West

Adalah Alana –solo traveler wanita asal Australia– yang pertama kali mengenalkan saya pada kuliner India. Pada pagi pertama saya di Kolkata, ia berbaik hati memandu saya dan Hermanto untuk mengenal sudut-sudut kota tersebut. Setelah bersama-sama mencari SIM Card lokal di daerah Sudder Street, ia membawa kami ke salah satu toko legendaris di Park Street.

Hot-Kati-Roll-Kolkata
Toko Hot Kati Roll di Park Street, Kolkata.

Toko sederhana tersebut menjual kati roll, yang merupakan street food asli Kolkata. Bersaing dengan deretan restoran dan hotel-hotel besar di sekitarnya, toko itu telah menjadi ikon tersendiri bagi Kolkata. Rasa kati roll yang sedap, serta harga yang murah telah menjadikan toko tersebut tersohor di kalangan pelajar dan turis.

Pada awal perkembangannya kati roll hanya berupa kebab kathi berbahan daging ayam, kambing atau sapi  yang dibungkus oleh paratha -sejenis roti tebal yang terbuat dari adonan berlapis-.

Kati-Roll-and-Masala-Dosa
(kiri) Kati Roll. (kanan) Masala Dosa.

Namun kini, ia berevolusi menjadi paratha berlapis telur yang diisi oleh cacahan bawang, tomat, dan daging ayam atau kambing serta paneer. Sebelum dibungkus, bahan isian tersebut dibumbui oleh beberapa jenis saus, sedikit cuka, perasan jeruk nipis, serta taburan chaat masala -rempah bubuk khas India- sebagai penyedap.

Rasanya? Sedap dan unik! Saya mencecap beberapa rasa baru yang belum pernah saya temukan, ketika mengunyahnya. Dalam sekejap, ia tandas ke dalam perut. Dan kati roll, menjadi cinta pertama saya akan Kolkata.

***

Seorang gadis cantik dan teman-temannya menikmati kudapan pada sebuah area padat Varanasi, sementara dari kejauhan seorang pemuda mengamatinya dengan tatapan cinta dan kagum. Mulutnya mengikuti gerakan melahap, setiap kali sang gadis menelan bulat-bulat kudapan tersebut dalam sekali suap. Merasa diamati, sang gadis kemudian meminta satu kudapan lagi pada sang penjual, mengarahkannya ke ambang mulut, dan dengan sengaja menjatuhkannya ke tanah, diikuti oleh gerakan terkejut dan masygul sang pemuda dari kejauhan.

Cuplikan adegan film box office produksi Bollywood berjudul Raanjhanaa tersebut sangat membekas di benak saya, dan kembali muncul ketika saya tiba di Varanasi. Satu hal yang membuat saya penasaran adalah kudapan yang dinikmati oleh sang gadis (yang diperankan oleh Sonam Kapoor), yang tampak lezat dan unik penyajiannya.

Dan tanpa sengaja, kepenasaranan saya terjawab ketika menyusuri jalanan padat kota kuno itu.

Pani-Puri-in-Varanasi
Pani Puri di kaki lima Varanasi.

Ialah pani puri, alias roti berkuah!

Kudapan ini adalah salah satu yang tersohor di seantero India. Terdiri atas puri, yaitu adonan roti tipis menyerupai bola yang digoreng hingga renyah dan rapuh. Yang kemudian diberi isian berupa chutney, cacahan bawang dan kentang, rajangan cabai, kacang arab, dan chaat masala sebagai penyedap. Lalu dicelupkan ke dalam kuah –pani– sebelum dimakan.

Ada dua macam kuah yang biasanya disediakan. Yang manis disebut meetha pani, dan yang pedas disebut teekha pani. Semuanya sama-sama sedap, tapi secara pribadi saya lebih suka teekha pani. Karena rasanya yang pedas dan asam.

Nama pani puri sendiri lebih dikenal di Mumbai, sementara di India bagian utara kudapan ini dikenal sebagai golgappa, dan di daerah Benggala disebut puchka.

Penyajian pani puri sangatlah unik. Sang penjual memberikan sebuah piring kecil pada saya, kemudian ia mengambil satu buah puri dan melubanginya dengan ujung jari, mengisinya dengan aneka macam isian, dan menanyakan pani jenis mana yang saya pilih. Lalu ia mencelupkan serupa menyendok kuah pani ke dalam puri, dan dengan segera ia meletakkan pani puri ke atas piring, dan meminta saya untuk melahapnya dalam sekali suap. Hal itu harus dilakukan, agar si puri pecah di mulut, serta tidak melempem akibat disimpan.

Deepika Padukone and Ranbir Kapoor eat Pani Puri
Begini cara menikmati Pani Puri. (www.filmibeat.com)

Saya sangat suka dengan sensasi pecahnya puri di dalam mulut, yang menghamburkan kesedapan pani dan segala macam isiannya. Ibarat musik Hindi yang riang, mereka bergerak rentak dalam kunyahan, dan menguarkan kesedapan yang menyandu.

Saya menyodorkan piring kembali, dan meminta sebuah pani puri lagi, lagi, dan lagi.

A Cup of Mukhwas

Siddarth Chopra, seorang kenalan dari Couchsurfing, membawa saya untuk makan malam pada sebuah restoran yang letaknya antah berantah di dalam Agra.

“Kau makan daging Sid? Aku pikir Hindu India pasti vegetarian”, tanya saya ketika melihat menu yang ia pesan.

“Secara keturunan, dan keluarga memang tetap mengenalku sebagai Hindu. Tapi aku sendiri adalah seorang atheis“, ujarnya riang, yang kemudian dilanjutkan dengan opini panjangnya yang menyatakan bahwa mereka -para atheis– adalah orang-orang paling bahagia di dunia.

Malam itu ia memesankan sebuah masakan a la Punjabi -yang saya lupa namanya- berbahan ayam yang dihidangkan bersama nasi India berbulir panjang dan tidak pulen. Ayam berbalur kuah rempah kental tersebut memiliki rasa yang tidak asing bagi saya, sangat mirip dengan gulai ayam a la Minang yang ada Indonesia. Meskipun aroma masala yang menguar tercium kuat.

big_multiseed_mukhwas_(_omega-3_fatty_acids_and_fibre_rich_recipe_)-8674
Semangkuk Mukhwas. (www.tarladalal.com)

Yang menarik adalah ketika kami selesai bersantap, Sid menyodorkan sebuah mangkuk kecil pada saya. Isinya berupa bulir rempah-rempah bercampur kristal gula.

“Ambil dan kunyahlah, ini mukhwas, penyegar mulut a la India!”

“Bagaimana, suka?”, tanyanya ketika melihat saya mulai mengunyah sejumput rempah-rempah tadi.

Mukhwas biasanya terdiri dari campuran beberapa rempah serta minyak atsiri. Dan bahan yang umum digunakan adalah saunf atau biji adas halus (Anethum graveolens) dan biji bunga lawang atau pekak (Pimpinella anisum), biji wijen putih (Sesamum indicum/Sesamum orientalis), dhania dhana atau inti biji ketumbar (Coriandrum sativum) yang disangrai dan disalut garam, lachcha supari atau cacahan biji pinang sirih (Areca catechu) yang diberi perasa, mishri atau gula kristal kecil, illaichi atau biji kapulaga hijau (Elettaria cardamomum), dan gulkand yaitu manisan atau selai kelopak mawar (Rosa L.).

refreshments-at-Indian-wedding
Bermangkuk-mangkuk mukhwas. (www.marryweddings.in)

Selain berfungsi sebagai penyegar mulut, campuran rempah yang mengisi mukhwas konon juga memiliki khasiat sebagai pelancar pencernaan, terutama setelah mengkonsumsi makanan India yang berat.

Setelah perkenalan dengan mukhwas malam itu, maka acara mengunyahnya setelah makan selalu menjadi salah satu sesi favorit saya setiap kali menjumpainya.

Rajasthani and Gujarati Thali: Eat Like a King

Sebuah pesan singkat dari dr. Narendrahost CS di Udaipur– masuk ke dalam aplikasi whatsapp dalam iPhone saya: “Nanti malam setelah mengajar saya akan menraktirmu makan di tempat yang pasti kamu suka. Jangan makan malam dulu, okay?”

Mungkin jika bukan karenanya, saya tak akan pernah makan di tempat yang ia maksudkan. Karena letaknya yang cukup jauh dari pusat kota Udaipur -kuno-, dan merupakan bagian kota modern yang tidak menarik. Sisi jalannya hanya diisi bangunan-bangunan baru dengan jalanan yang lebar dan berdebu. Secara penampilan, restoran yang ia maksudkan biasa saja, tidak ada kesan etnik India, melainkan sebuah bangunan baru bertingkat dua dengan kaca-kaca lebar yang memisahkan penghuninya dengan dunia luar. Tapi apa yang mereka sajikan, sangat berkesan buat saya.

Gordan-Thal-Udaipur
dr. Narendra dan Resto Gordhan Thal, Udaipur.

Sebuah piring logam lebar yang mirip nampan diletakkan di depan kami, lalu ditambahkan beberapa mangkuk logam yang lebih kecil ke atas piring-piring tadi. Makanan demi makanan yang berlainan jenis ditatakan ke dalam wadah-wadah itu. Berwarna-warni, mulai yang putih cerah hingga yang pekat berempah. Yang berkuah, hingga keripik, dan kue-kue manis. Aroma yang menguar melukiskan kesedapannya. Tak lupa beberapa lapis roti nan dan paratha.

Dalam sekejap wadah makan saya sudah dipenuhi beraneka jenis masakan Rajasthan dan Gujarat. Semuanya tampak menggoda. Saya bertanya apa ini dan itu pada dr. Narendra, ia menjelaskan beberapa yang diketahuinya, dan menanyakan beberapa lainnya pada pelayan.

Yang membuat saya takjub adalah, semua itu masakan vegetarian. Tak ada satupun yang berbahan daging ataupun telur. Protein hewani yang mereka libatkan hanyalah susu, karena itu mereka sengaja demi mengurangi penggunaan air yang memang agak sulit di daerah mereka.

Rajasthani-Thali
Rajasthani dan Gujarati Thali, super mengenyangkan.

Yang lebih unik lagi adalah, berjenis-jenis masakan itu mempunyai varian rasa yang bertabrakan satu sama lain, namun dinikmati secara bersama-sama. Manis, gurih, pedas, dan sedikit masam. Dan jika pada umumnya kita mengkonsumsi makanan-makanan manis sebagai pembuka atau penutup, maka dalam thali Rajasthan atau Gujarat makanan-makanan manis justru dihidangkan mulai dari pembuka, pada saat makan utama, hingga penutup.

Porsi yang besar, beraneka jenis makanan, dan pelayan yang siap sedia menjadikan saya ibarat raja. Setiap kali satu jenis makanan yang berada pada wadah makan saya habis, maka pelayan akan menghampiri dan kembali menambahkannya tanpa diminta. Dan malam itu adalah salah satu malam terkenyang saya selama di India.

Kulfi: Yummy Frozen Dairy

Dari semua street food yang pernah saya coba di India, maka kulfi adalah favorit saya. Nama kulfi sendiri diturunkan dari bahasa Persia, yang berarti cawan tertutup. Karena dessert ini ditemukan pada masa kekaisaran Mughal -dari Persia– berkuasa di India pada kisaran abad 16 M.

Kesar_Pista_Kulfi_Recipe_Indian_Ice_Cream-1-2
Penampakan Kulfi yang menggoda. (www.archanaskitchen.com)

Kala itu campuran susu yang ditangaskan, telah populer sebagai salah satu jenis makanan manis di kalangan umat Hindu. Oleh bangsa Mughal, campuran tersebut dimodifikasi dengan penambahan perasa pistachio dan saffron, lalu diwadahkan pada contong logam dan kemudian didinginkan dalam campuran es serta garam, sehingga menghasilkan kulfi.

Kulfi yang dijual secara tradisional biasanya memiliki beberapa pilihan rasa, di antaranya adalah pistachio, mawar, mangga, kapulaga (illaichi), saffron, dan krim malai. Selain itu, saat ini pilihan rasa-rasa baru juga sudah mulai dikembangkan, seperti alpukat, apel, jeruk, strawberry, dan kacang.

Kulfi-dan-Pedagang-Kulfi-di-New-Delhi
Kulfi dan Kulfiwalas (penjual kulfi) di Chandni Chowk Delhi.

Sekilas penampilan kulfi memang mirip dengan es krim atau es potong, namun rasanya lebih padat dan creamy. Dan karena teknik pembuatannya yang agak sedikit berbeda dari es krim, maka kulfi cenderung tidak terlalu cepat meleleh.

Adalah kulfi yang pertama kali saya katakan kepada Mohithost CS di New Delhi– ketika ia menanyakan makanan apa yang ingin saya coba di kota tersebut. Memang jauh sebelum keberangkatan saya ke India, saya sudah mendengar cerita tentang kelezatan dessert satu ini. Dan di dalam kepadatan Chandni Chowk lah pertama kalinya saya mencecap lelehannya. Selain kembali menemukannya di Amritsar.

IMG_6684
Salah satu sudut Chandni Chowk, Delhi.

Ternyata meskipun India utara sedang dalam ambang musim semi kala itu, kelezatan kulfi yang beku tetap dengan mudah ditemukan dimana-mana.

Land of Uber Delicious Dishes

Rasanya sulit jika harus membayangkan kembali, bagaimana dulu saya berpikir tak akan menyukai masakan India. Karena tujuh belas hari perjalanan di negeri itu telah mengubah opini saya tentang kuliner mereka.

Meskipun terkadang penampilan masakan mereka  agak-agak ajaib, namun kelezatan rasanya membuat saya jatuh cinta. Dan harus saya akui, khasanah kuliner India sebanding dengan kekayaan warnanya.

Muesli-and-Udaipur
Muesli dan pemandangan yang saya nikmati di Udaipur setiap waktu sarapan.
IMG_5656
Menikmati Rajasthani dan Gujarati Thali di Udaipur.

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

94 thoughts on “Wisata Kuliner di India. Siapa Takut?

    1. Iya bener Dit, emang kalau nyoba makanan di tempat asalnya itu paling pas deh … Harus cobain kulfi deh kapan-kapan. Sluuurrrpp. Coba kalau nemu resto India tanyain, siapa tahu mereka sedia.

      Like

  1. Semuanya enak-enak… saya penasaran dengan Pani Puri serta Rajashtani-Gujarati Tali itu–memang saya pasti akan tergoda kalau seseorang sudah menyatakan ‘sangat kenyang’ :haha. Setuju, dari tulisan ini juga saya menyimpulkan kalau petualangan rasa di India sepanjang dan sekaya petualangan warna-warna budaya di tanah Indus itu :)). Kenyang, kenyang, saya suka kalau makan banyak dan enak, apalagi rasanya unik-unik! :haha.

    Liked by 1 person

    1. Hahahaha itu kata kunci banget ya Gar, enak dan kenyang. O iya plus satu lagi, harga makanan di sana murah-murah dan porsi normalnya adalah besar 😄

      Kalau suka masak juga bisa dicoba tuh untuk ikut kelas-kelas masak di sana, banyak banget yg nawarin, dan aku rasa itu salah satu kegiatan yg menyenangkan juga. Ayo Gara, ke India.

      Liked by 1 person

  2. Pada dasarnya saya suka makanan berbumbu dan memang jatuh cinta dengan makanan india pas di SIngapura. Dan rada puyeng karena di Semarang tidak banyak yang autentik. Tapi demi melihat tulisan ini pengalaman saya dengan Indian food ternyata masih belum apa-apa. Pastinya rasa makanan disana lebih “nendang”! Dan Oh, i love those spices! pengen bawa pulang semuanya meskipun nggak tahu mau buat masak apa. *LOL*

    BTW itu sepiring Gujarathi-nya bikin ngileeeeeeerrrrrr……dan Kulfinya mengingatkan saya sama jajanan es yang kurang lebih sama yang bernama es goyang. Cuma dulu waktu di kampung bikinnya pake santan, bukan susu. Pastinya karena alasan ekonomis.

    Liked by 1 person

    1. Jangankan masakan India mas, aku nyari Sushi Tei di Semarang aja gak nemu. Semarang lhooo, ibukota Jateng. Serasa pengen protes tapi gak tau kemana. Lapor MKD bisa gak? #eeaaa

      Tapi iya mas, nyobain masakan suatu negara di tempat asalnya itu emang beda banget. Lebih pas.

      By the way spices India kayaknya kalau gak dimasak, dijadiin pajangan juga bagus. Ada kok souvenir berupa rempah2 gitu. Dan mereka itu banyak pakai bumbu yg agak aneh buat kacamata kita. Bayangin aja, kelopak mawar pun jadi bumbu di sana.

      Kulfi sedap bener mas. Mirip es goyang ya? Cuma ini lebih ‘susu’ rasanya, karena mereka sama sekali gak pakai air bikinnya. Justru air dari susunya diuapkan 😊

      Like

  3. Wah ternyata Kak Bart penggemar film Bollywood sampe keinget adegan detail jenis makanannya hahaha..Mukhwas rasanya kayak apa Kak? Ada sensasi segar mint? rempah2nya jenis yang berasa tajam semua yah.
    Pernah makan di resto India di Gedung Sarinah Komala’s asli sebelumnya gak tahu judul makanan dan rasanya, pas dateng yah itu pake nampan besi lebar baru tahu dari artikel ini Rajashtani dan Gujarati, semuanya sayur padahal lagi pengen makan ayam bumbu kari India wktu itu. Hehe.. Sama pesen Kulfi, es krimnya di taruh dalam gentong tanah liat kecil, enak ada kacang dan daun rempahnya.

    Liked by 1 person

    1. Bangeeet! Kamu mau tanya film India apa? Sini aku coba jawab hahahaha.

      Mukhwas rasanya seger banget. Aku pernah makan yg isinya didominasi kapulaga hijau. Enak, seger di mulut, dikasih campuran kristal gula biar ada manis-manisnya.

      Waaahhh makasih infonya, ada kulfi ke India. Aku harus coba nih.

      Oo iya kulfi yg jenis itu juga ada, pakai wadah tanah liat. Aku lupa namanya kulfi apaa gitu. Hmmm enak khaaan? 😉

      Liked by 1 person

  4. Dear Kak Bart.
    Fotonya kurang ajar sekalih bikin lapar siang bolong begini. Hahaha

    Anyway saya suka makanan india karena bumbunya yang spicy, jadi menggugah selera. Kata pakar kuliner, bumbu India memang tidak efektif tapi justru itu yang membuat rasanya sangat kaya.

    Liked by 1 person

    1. Hahahaha itu dia tujuannya Chan. Yuk kita berburu kuliner India di Jakarta 😊😊

      Ooo aku baru tau ada komentar itu. Pasti pakar kulinernya orang barat, mereka khan bumbunya lebih sedikit. By the way beberapa masakan Indonesia khan juga kaya rempah ya. Dan itu yg membuat kita selalu kangen dan ingin makan lagi, lagi dan lagi 😊

      Like

  5. Dulu ke India kawatir banget kena Delhi belly karena pas hamil 5 bulan juga. Maklum backpacker kere makan pinggir jalan. Alhamdulillah ga masalah. Aku lumayan suka sih makanan India walau ga semua, dulu punya temen2 India Bangladesh yg suka masakin. Aku paling suka butter chicken, rajma, sama gulab jamun.

    Liked by 1 person

    1. Nah iya pas berangkat aku jg sempat khawatir bakal kena Delhi belly. Apalagi pas di sana aku suka jajan pinggir jalan juga. Tapi alhamdulillah sampai pulang lagi ke Indonesia tetap sehat.

      Hmmm itu enak-enak mbak. Butter chicken? Duh jadi pengeeeen 😊

      Like

  6. Aku suka banget sama kulfi! Mau hujan2 juga aku jabanin makan kulfi. Btw pani puri yang kamu coba itu deskripsinya mirip banget sama chaat yang aku coba di Chennai. Kata temenku itu street food khas India bagian utara, nah puri yang aku coba di Tamil Nadu ukurannya agak lebih besar tapi tetep kulitnya tipis dan renyah dan tanpa isian, tapi disajikan pake cocolan.

    Tapi bener sih orang India itu jago banget bikin masakan vegetarian seenak makanan non-veg, meskipun setelah sebulan aku bosen juga sih. Oiya, di Kerala beberapa masakannya sangat mirip bumbunya dengan masakan Indonesia. Salah satunya ikan goreng, bumbunya mirip banget sama bumbu ikan goreng buatan rumah. Aku curiga, jangan2 dulu pedagang dari Calicut yang memperkenalkan bumbu-bumbu itu ke orang Jawa.

    Liked by 1 person

    1. Toss Bama! Iya sama, pas di Amritsar pun lagi hujan-hujan trus aku lihat ada yang jual Kulfi, aku jabanin beli. Suka banget soalnya.

      Noted, kalau di Chennai namanya Chaat ya. Jangan-jangan nama chaat masala itu dari situ juga. Kmarin waktu ke India sempat ikut kelas memasak juga gak Bam?

      Aku pengen kapan-kapan kalau ke Rajasthan ikut kelas masak. Soalnya kmarin makan satu jenis masakan keju atau apa gitu tapi dibikin gulai. Rasanya enak, dan gak nemu lagi. Tapi sayangnya aku lupa namanya.

      Ya seenak-enak masakan di negeri orang, tetap masakan rumah a la nyokap itu yg paling ngangenin ya 😊

      Like

      1. Sayangnya gak sempet, Bart, soalnya waktunya cuma sebulan tapi tempat yang pengen didatengin banyak banget. 😀 Tapi rencananya di Pokhara mau ikut kelas masak sih. Pengen bikin momo!

        Hmm, makanan yang kamu coba itu kok sounds familiar ya. Keju yang kamu maksud itu cottage cheese (paneer) bukan? Soalnya aku makan sejenis gulai pake paneer.

        Betul!!! Udah kangen masakan rumah nih aku.

        Liked by 1 person

      2. Iya betul, paneer dibikin gulai. Enak khaaan?

        Iya dong belajar bikin momo jadi nanti aku bisa pesen ke dirimu hahahaha.

        Sekarang masih di Kathmandu Bam? Kapan ke Pokhara? Trekking kah? Aku rekomendasiin trekking ke Ghorepani.

        Like

      3. James yang lebih suka paneer sih. Aku lebih suka ayam, Bart. 😀 Ini udah di Pokhara, tapi masih santai-santai dan belum ngerencanain apapun, hehe. Kemungkinan besar sih gak akan trekking. Paling naik ke salah satu bukit aja buat liat puncak-puncak bersalju Himalaya.

        Liked by 1 person

      4. Kaya Ipin Upin demennya ayam! Hahaha

        Kalau gitu aku saranin Sarangkot View Point Bam. Itu tempat terbaik buat liat puncak-puncak Himalaya Range Annapurna. Sunrise dan Sunset disana keren! 👍😊

        Like

  7. Wah jadi teringat lagi citarasa makanan waktu di India. Saya pernah juga ke salah satu restoran terkenal di Jaipur dan makan Rajasthani Thali.. kenyang dan banyak.. Di Varanasi ada kedai Lassi yang paling terkenal di tripadvisor,namanya Bana Lassi.. Lassi nya dicampur kelapa dan buah delima.. dikocok dengan tangan dan disajikan diatas mangkok tanah liat. enak. ada juga Dosa enak di Varanasi., walaupun ini makanan khas India selatan tapi tetap enak disajikan di Varanasi. Tapi makanan manis yang paling saya suka tetap Gulab Jamun panas :).

    Liked by 1 person

    1. Wah itu Bana Lassi nya unik banget mas, jadi pengen nyobain juga. Memang di Varanasi itu yg jualan lassi bertebaran dimana-mana ya. Dan harus diakui lassi mereka enak.

      Uuh gulab jamun panas? *langsung bayangin*

      Like

    2. Ironisnya itu di hari-hari terakhir di India aku udah semaput makan makanan kari. Dan aku jadinya pesen nasi biryani aja. Sampe di Kolkata pas mau pulang aku puasin makan chocolate cake hahaha kalo diinget-inget nyesel juga tapi yaaa gimana, udah eneg banget sama kari lol

      Liked by 1 person

  8. Duh mbak Zulfa bakalan baca komenku gak ya? hahaha.

    Waktu di Old Delhi aku diajakin makan sama mbak Zulfa di resto terkenal sejagat Delhi hahaha, dan pas selesai makan dikasih mukhwas. Begitu di icip… langsung tak lepehin huaaa maafkan tapi rasanya aneh bangeeeet dan menurutku gak enak.

    Ada satu lagi mas yang mirip mukhwas tapi rasanya kayak permen pagoda, dingin dan rasa mint-nya seger. Nah aku suka itu 🙂

    Nyobain Samosa gak selama di sana? dan aku kaget di sana kelapa mentah (yang sudah tua dan biasa dibikin santan) dijadikan cemilan di sana uwoow. Bicara soal makanan, gak ada yang ngalahin makanan di kawasan Srinagar, masyaAllah enaknya. Aku ngetik komen ini aja rasanya ngeces dan kangen BANGET!

    Liked by 1 person

    1. Eh itu restonya Kake Da Daba bukan? Mungkin kamu pas dapat mukhwas yang isinya gak kamu suka. Aku sih suka yang isiannya illaichi alias Kapulaga Hijau, seger. Dikunyah tanpa gula pun enak. Dan harus cobain gulkand ya, alias kelopak mawar yang dibikin manisan atau selai.

      Nyobain dooong samosa, di Varanasi. Sekalian beli Pani Puri.

      Aaahhh aku belum sampai ke Srinagar. Tekad. Next ke India, harus ke Kashmir, siapa tahu nemu jodoh! #eeaaa

      Like

      1. Bukan, nama restorannya Karim, sempat masuk di jajaran restoran terbaik di Asia versi majalah Time :)) enak banget emang. Apa karena lagi laper trus ditraktir jadi enaknya berlipat ganda? hahaha

        Benerlah, kayaknya yang aku coba itu mukhwas yang nggak enak. Eh tapi mbak Zulfa, suami dan anak (juga Indra dan Ahlan) suka. Berarti lidahku yang salah *sentillidah :)))))

        Liked by 1 person

      2. Noted, harus coba kalau ke Delhi lagi. Mbak Zulfa ini, emakbolang bukan?

        Ah coba makannya sama dek Chelsea, apa aja juga enak! Iya khaaaaaan? #eeaaa

        Like

      3. Iyesh mbak Zulfa si mbolang emak emak hahaha.

        Sebelumnya mau diajakin ke restoran manaa itu mas. Udah di depan restorannya, tapi karena ada problem sama debit cardnya Shah Jahan (sebut saja nama suami mbak Zulfa begitu) kita gak juga masuk sampelah pas mau masuk gak dibolehin lagi karena udah mau tutup. (Jam 10 malam kalo gak salah)

        Eh ternyata berjodohnya makan di Karim di Old Delhi. Jodoh yang manis, tinggal nunggu berjodoh dengan Chelsea Islannya aja yang belom xD

        Liked by 1 person

      4. Ooo Shah Jahan itu kata sandi tho? Jadi mbak Zulfa, Mumtas Mahal nya dong 😁😁

        Hmmm aminin aja deh yaa. Yakin mau Chelsea? Bukan yang dari Kashmeer?

        Like

    2. Iya semacam kata sandi 😀
      Herannya mbak Zulfa maunya dipanggil Kajol. Kan gak nyambung mas :)) harusnya suamiya diberi sandi Ajay Devghan kan ya?

      Gaklah, aku cinta Indonesia, termasuk wanita-wanitanya. ^^

      Liked by 1 person

    3. Keselek benera nih, cedutan. hahaha Mushwa aku paling suka yang kayak permen, klo yg ijo itu smp sekarang masih nggak bisa nelen. paling aku kunyah aja buat segerin mulut.

      Butter chicken is our Favourite food. Muhglai food. dekat chandi chowk.

      Liked by 1 person

    1. bisa kok dirasain mba, asalakan kita bisa masak, masakan india. saya suka tandori chicken, apalagi kalo dimakan dengan naan yang panas.rasanya gimana gitu. saya 1 tahun sudah tinggal di india, ikut suami. kalo masih penasaran gimana masakan india dan ga perlu ke restoran coba deh mba kunjungi website :www.lezatoos.com. disitu ada beberapa tips gimana mengolah masakan india dirumah.

      Liked by 1 person

  9. Aku pun sudah jatuh cinta mas sm masakan India walopun yg ak tau baru sebatas nasi briyani, chicken tandoori, roti pratha, sama lassi (pokoknya yg ada di malaysia n spore). Ternyt masih buanyaaaak bgt ya jenis mknn India yg laen. Yaiyalah ya india kan luas bgt

    Liked by 1 person

  10. Sama mas… dulu saya pikir gak suka sama makanan India. Tapi pas dikenalkan (walau gak di negerinya itu seperti mas Bart), ternyata saya suka. Pas kerja ada yang dari India dan suka masak makanan India. emang sih pedes, tapi kadang suka aja makannya. Balik Indonesia, langsung gak makan pedes lagi. hahahah

    Like

  11. Nah, setelah sekian artikel yg mengatakan untuk berhati-hati saat kulineran di India karena resiko hepatitis dan diare (hiiii), akhirnya ada juga tulisan yg menyeimbangkannya 😀
    Tapi tetep, buat aku, semua makanan itu (kecuali Kulfi) nggak ada yg tampak menggoda. Nggak tahu deh, gimana nanti setelah mencoba langsung. At least, sudah ada jaminan bahwa kulineran di India itu sangat mungkin dan aman 🙂

    Liked by 1 person

    1. Alhamdulillaaaah. Itu sih yg nulis-nulis gitu karena mereka hidupnya over hygienis. Buat kita orang Indonesia yg biasa jajan kali lima insya Allah aman. Pakai common sense aja aman kok hehehehe …

      Aku jamin enak-enak Gie. Memang kadang2 masakan India itu ajaib penampilannya, tapi rasanya sedap-sedap nagih 😊

      Liked by 1 person

      1. benar tuh, saya setahun disini ga kenapa2 tuh makan masakan india. saya suka samosa, butter chicken, puff, ladu yang warna kuning jgn orange ya kemanisan. saya udah cek ga da hepatitis kok. yang nulis terlalu hiperbola kayaknya.

        Liked by 1 person

  12. Kesan negatif tentang “India” sedikit terbantahkan ketika melihat tulisan ini. Selalu yang terbayang ketika terdengar orang-orang India adalah sumpek, kotor, tidak teratur, pemerkosaan (kecuali bollywoodnya) tapi ternyata masih banyak sisi positif dari India yang belum terekspose pada khalayak ramai

    Liked by 1 person

    1. Betul banget. Kalau saya pikir-pikir sih di beberapa bagian India dan Indonesia sama saja. Walaupun tentu saya lebih suka sisi Indonesia ya. Tapi India itu menarik dan gak semenyeramkan yang kita bayangkan selama ini. Ini adalah salah satu negara menarik yang wajib dikunjungi, jika ada rejeki 🙂

      Liked by 1 person

      1. Negaranya saja luas banget, ditambah lagi suku bangsanya, budayanya, kulinernya, alamnya juga. Tapi ya gitu orang-orang masih banyak yang menganggap India itu menakutkan, eh apa cuma saya ya yang berpikir begitu? hehehe

        Liked by 1 person

      2. Betul sekali, dan setiap region di India memiliki gaya yang berbeda-beda. Samalah dengan Indonesia. Gaya suku Jawa jelas beda dengan suku Batak khan? Padahal sama-sama menyandang nama Indonesia. Hehehe tenang aja, banyak kok yang berpikiran begitu 🙂

        Liked by 1 person

  13. detil banget cerita tiap jenis makanannya.. langsung ngences.. tapi yang makanan dalam piring logam itu pernah nyicip di sebuah resto di Singapura.. Saya engga cocok dengan rasanya. Tapi yang kathi roll dan pani bikin penasaran sumpaah! Terima kasih sudah membangkitkan kembali impian (lamaa) saya untuk segera berkunjung ke India.

    Liked by 1 person

    1. Nah harus cobain kathi roll dan pani puri, dijamin suka, rasanya bersahabat kok walaupun ada rasa baru di dalamnya. Semoga bisa segera ke India yaaa, amiiin …

      Like

  14. Blog yang nulls kuku jadi hitam, mungkin ga pake sandal. Hiperbola bgt deh. Dimana2 kalo kita kunjungi puanas and berdebu ya jelaslah kuku jd kotor. Saya tinggal di kerala. Sejauh ini saya fun2 aja tuh. Banyak makanannya yg kusuka. Kappa +fish curry or alias singkong pake kari ikan tongkol. Pedas and makyus. Blog tentang masakan india. Info donk. Oh ya saya juga sering mencoba ramuan tradisional buat rambut. Lumayanlah mengurangi rontok

    Liked by 1 person

  15. Belum pernah ke india, tp makanan ini selalu jd penyelamatku kalo sdg traveling ke negara2 yg makanannya ga cocok di lidah. Makanan india slalu bisa masuk, layaknya nasi padang di indonesia :p

    Tp aku bnyk blm nyobain yg mas tulis di atas.. Ya ampuuun, kyknya planning ke india hrs diubah jd lbh lama, supaya bisa lbh bnyk eksplore kulinernya 😀

    Like

    1. Nah, kalau suka dengan masakan India, berarti harus coba masakan Nepal. Karena rasanya lebih ‘damai’ dan cocok dengan lidah Indonesia. Bumbunya gak terlalu ‘nyereng’ atau kuat.

      Haruuuusss, pokoknya kalau ke India harus cobain masakan-masakannya. Meskipun penampilannya ajaib, menurutku masakan India itu enak-enak dan beragam rasanya. Selain itu banyak kejutan rasanya juga. Dan jangan lupa cobain kulfi ya, terutama manggo kulfi.

      Like

    1. Kenapa Hen? Gak suka sama Thali nya kah?
      Aku kebetulan waktu itu nemu yang enak banget. Kalau bukan karena kenyang, kayaknya gak berhenti-berhenti mereka nuangin masakannya 😀

      Pengen deh kalau ke India ikut kelas masak. Sekarang aku lagi demen nyisihin waktu sehari paling nggak buat ikutan kelas masak, seru. Ok, aku catat ya nama Spice Paradise, siapa tau bakal ke Jodhpur. Bagian Rajasthan aku baru ke Udaipur aja.

      Like

Leave a comment