“Karena hanya impianlah, yang membuat kita selalu terjaga dalam kehidupan.”
23 Desember 2013. Senja hari. Kami tercenung. Pada ia yang gagah ibarat benteng raksasa. Menjulang melebihi gemunung kebiruan, dan membentang ibarat naga terlelap. Rautnya keras dalam hitam, bersama lekuk-lekuk usia yang tajam. Bermahkotakan salju berpendar keemasan, ditimpa semburat senja nan jingga. Ialah aalaya, tempat kediaman abadi, bagi sang hima (salju).
Saya berkaca-kaca, membayangkan keagungan Tuhan yang dengan kuasa-Nya telah menggulung samudra, hingga menjadi raja tertinggi dari segala daratan. Himalaya!

Pada senja itu, kami tak banyak bicara. Hanya menikmati momen yang sebelumnya bahkan tak pernah kami impikan. Menatap langsung pegunungan agung itu pada negeri yang jauh. Dari sebuah desa sepi bernama Sarangkot, dalam wilayah Pokhara, Nepal.
Ketika gelap semakin pekat, puncak-puncak Himalaya membentuk siluet bermega. Dan titik-titik bara melepuh pada kulitnya. Satu titik, lalu dua, menjadi tiga dan berakhir dalam himpunan.
“Kira-kira itu cahaya apa ya?”, tanya travelmate saya.
“Hmm mungkin lampu-lampu mereka yang sedang menuju puncak?”, saya pun tak pasti, “Aku ingin kesana juga suatu saat, menginjak salju dan punggungan Himalaya“
Annapurna: Road to Himalaya
Hampir dua tahun setelah senja itu, saya masih menyimpan hasrat yang sama. Ingin kembali ke Nepal dan trekking pada salah satu range Himalaya. Namun karena beberapa alasan, hal itu selalu tertunda. Yang terakhir kali adalah ketika gempa hebat pada bulan April 2015, meluluhlantakkan sebagian negeri itu. Saya dan beberapa teman yang merencanakan pergi, memutuskan untuk menunda. Namun, setelah kini negeri itu kembali stabil, teman-teman saya justru memilih mundur dari perjalanan itu. Tinggallah saya seorang diri.
Namun hasrat itu masih sama. Keinginan saya tetap kuat. Saya ingin kembali kesana.

Semesta mendukung! Dalam riset-riset perjalanan yang tetap saya lakukan, saya menemukan jika sebenarnya Himalaya menawarkan beberapa kemudahan untuk trekking. Tak harus dilakukan bersama orang lain. Seorang diri pun memungkinkan. Salah satunya adalah pada jalur trekking Annapurna.
Memang Annapurna tak setinggi Everest, ia yang kesepuluh terjangkung di dunia. Hanya berdiri hingga ketinggian 8091 mdpl. Namun Annapurna memiliki jalur trekking yang sangat legendaris. Tak terlalu panjang, hanya berkisar sekitar 106 km, yang bisa ditempuh dalam waktu tujuh hari perjalanan pulang pergi. Perjalanan menuju Annapurna Base Camp dapat di-organize secara mandiri, sirkuitnya terbuka hampir sepanjang tahun, dengan pemandangan pedesaan Nepal yang eksotis serta puluhan tea-house (hotel sederhana yang dikelola penduduk lokal) yang banyak terdapat di sepanjang jalurnya.

Saya merasakan semangat yang membuncah ketika mengetahui semua itu. Namun, ada satu hal yang akan menjadi tantangan baru bagi saya, yaitu solo trekking. Itu artinya saya akan melakukannya seorang diri. Memang perjalanan solo bukanlah sesuatu yang baru bagi saya, ini mungkin akan menjadi yang kedua setelah perjalanan solo saya ke India pada February 2015 lalu.
Solo trekking jelas berbeda. Nantinya selama berhari-hari saya akan berjalan seorang diri, menyusuri jalur yang membelah belantara Nepal dengan puncak-puncak bersalju yang mengintip di kejauhan. Namun ada yang mengatakan jika perjalanan solo itu sebenarnya tak ada, karena kita pasti akan selalu bertemu dengan orang-orang baru yang akan mewarnai perjalanan itu. Dan saya mempercayainya.
Jadi rasanya tak ada yang perlu saya risaukan, yang terpenting sekarang adalah perencanaannya!
Planning and Itinerary
Jelas, saya harus mengurus ijin memasuki Nepal melalui fasilitas Visa on Arrival begitu sampai di Bandara Tribhuvan Kathmandu. Saya merencanakan untuk mengambil visa selama 15 hari, dengan ongkos USD 25. Dan selanjutnya akan mengurus trekking permit sembari melepas lelah di ibukota nan eksotis itu. Ah, kinipun saya sudah merindukan riuhnya Thamel! (kawasan traveler di Kathmandu).
Satu hari adalah lebih dari cukup untuk beristirahat, melengkapi kebutuhan logistik dan mengurus trekking permit yang berkisar NPR 4000, di Kathmandu.
Keesokan harinya saya akan langsung melanjutkan perjalanan menuju Pokhara dengan menggunakan bus. Sebenarnya jarak Kathmandu – Pokhara tidaklah terlalu jauh, kurang lebihnya setara dengan jarak Jakarta – Bandung. Namun karena medan dan kondisi jalannya, jalur itu dapat memakan waktu tempuh selama tujuh jam perjalanan. Tapi saya yakin tak akan bosan, dan tak sabar untuk menyusuri jalur itu kembali untuk ketiga kalinya.
Nantinya saya dapat beristirahat di Pokhara, bersantai di tepi danau Phewa, sembari mengecek persiapan terakhir sebelum trekking pada keesokan hari.

Manajemen waktu dan tenaga adalah kunci dari solo trekking ini. Kedisplinan menjadi penentu dari perencanaan yang sudah disiapkan. Saya harus memastikan bahwa setiap harinya berpindah dari satu titik menuju titik lain sesuai dengan rencana perjalanan yang ada.

Di hari pertama menuju Annapurna Base Camp, saya akan berkendara dari Pokhara menuju Phedi, yang menjadi titik awal trekking. Dari situ trekking akan dimulai menuju Pothana (1860 mdpl), melalui desa Dhampus (1650 mdpl). Yang saya perkirakan akan memakan waktu 4 jam perjalanan. Sebuah tea house bernama Fishtail Lodge akan menjadi tempat saya bermalam, di balik keteduhan puncak Machhapuchchhare.
Chhomrong (2136 mdpl) akan menjadi titik terakhir yang saya tuju pada hari kedua. Perjalanan hari kedua mungkin akan menjadi salah satu trekking dengan waktu tempuh terlama, sekitar 6 hingga 7 jam perjalanan. Namun begitu saya yakin bahwa bentangan alam yang saya susuri akan sangat menghibur. Berupa lembah sungai Modi yang berair bening dan deras, yang diapit tebing-tebing hijau dengan puncak salju di kejauhan. Dan, menyeberangi sungai itu melalui jembatan suspensi dari kayu, akan menjadi pengalaman tersendiri yang seru untuk dicoba.

Puncak-puncak Annapurna yang bersaput salju akan terlihat semakin jelas, pada hari ketiga. Melalui Deurali yang berada pada ketinggian 3100 mdpl, yang akan menjadi titik terakhir sebelum mencapai Annapurna Base Camp (4130 mdpl) di hari keempat. Trekking dari Deurali menuju Annapurna Base Camp pasti akan menjadi salah satu jalur yang paling menakjubkan selama perjalanan ini.
Bagian-bagian Himalaya yang gagah menjulang tinggi dalam balutan salju di antara jalan setapak, telah menjadi saksi ribuan pejalan yang melaluinya. Dan saya tak sabar untuk bisa segera meninggalkan jejak juga di sana.



Saya tak tahu, apakah saya akan rela segera beranjak turun jika sudah sampai di sana. Seperti, saya yang lebih memilih didera angin musim dingin pada saat menikmatinya dari kejauhan dua tahun lalu. Mungkin saya ingin membekukan waktu di tempat itu, agar ia berjalan lambat dan saya dapat berlama-lama menikmati kemegahan Himalaya dalam jarak yang lebih dekat.

Saya tahu, setelah itu kelelahan akan melanda pada perjalanan pulang. Oleh karenanya saya merencanakan untuk bermalam dan melepas lelah di Jhinu Danda. Kabarnya di tempat itu terdapat beberapa sumber mata air panas, yang cocok untuk melemaskan otot-otot yang kaku akibat trekking berhari-hari dan suhu yang membeku. Sembari mengenang keindahan Annapurna dari Himalaya, yang baru saja berlalu.
Solo Trekking: Impian, Tantangan, dan Wujudkan!
Dokumentasi adalah salah satu hal penting yang akan menjadi penguat memori dari sebuah perjalanan, di antaranya melalui media foto. Dan salah satu kesulitan yang menantang pada saat perjalanan solo adalah ketika kita harus mendokumentasikan diri sendiri. Apalagi kini, jamannya selfie. Untuk itu gadget atau photo-gear harus mumpuni. Tapi, saya tidak akan merasa khawatir soal itu, karena saya telah memiliki action cam GoPro HERO4 yang saya dapatkan dari putaran dwi-minggu ketiga Cross|Over Writing Competition.
Saya berharap perjalanan ini bisa segera saya wujudkan. Dan pasti akan sangat menyenangkan jika saya bisa mendapatkan hadiah utama dari kompetisi penulisan tersebut, karena jumlahnya sangat pas dengan budget perjalanan yang telah saya perkirakan.
Kenapa? …. Saya sedang bermimpi?!
Ah, untuk apa takut bermimpi? Saya percaya, setiap perjalanan itu dimulai dari impian. Impian yang ditanamkan secara terus menerus, dan akan membimbing saya menuju perjalanan itu sendiri. Impian yang membuat saya bersemangat untuk mengusahakan dan mewujudkannya.
Karena hanya impianlah, yang membuat kita selalu terjaga dalam kehidupan.
Ini adalah perjalanan impian saya selanjutnya! Bagaimana denganmu?

Tulisan ini adalah jawaban saya atas tantangan final dari Cross|Over Writing Competition yang saya ikuti, demi mendapatkan hadiah utamanya. Setelah sebelumnya saya berhasil memenangkan kompetisi dwi-minggu putaran terakhir pada 13 Oktober 2015 lalu. Dan pada akhirnya tulisan ini berhasil menjadi juara pada kompetisi ini, yang akan segera mengantarkan pada impian saya: Menjelajahi Himalaya Menuju Annapurna!
Ini tulisan juara, gak ada alasan untuk tidak memenangkan tulisan ini!!
Bacanya aja aku serasa terpacu untuk melakukan perjalanan serupa. Sangat menginspirasi!
LikeLiked by 1 person
Amiin amiin, makasih ya Yan. Senang kalau bisa menginspirasi, semoga bermanfaat 🙂
LikeLike
Hi salam
Kenal.. saya ada planning ke ABC agustus ini.. boleh dape kontak untuk info lebih? Thx before
LikeLiked by 1 person
Bisa hubungi via ‘contact me’ mas, nanti kita berkorespondensi via email.
LikeLike
Setuju Om! Selamat ya Bart! 😀
LikeLiked by 1 person
Makasih ya Ariev 😊
LikeLike
Kayak film everest..backgroundnya kyk dfoto foto
LikeLiked by 1 person
Namanya juga tetanggaan mas hehe 🙂
LikeLike
Reblogged this on konviktion.
LikeLike
Aduh foto2nyaaa
LikeLike
Menggoda ya mbak? Ayo, mau coba ke Nepal? 🙂
LikeLike
Mau banget, kamu mau pergi lagi gak? Kabarin ya biar ngekor aja haha
LikeLike
Insya Allah, mau banget. Dan pengen trekking ke ABC seperti yang aku tulis di sini. Asiik diekorin hahaha
LikeLike
Kalo trekkingnya mba tunggu di warung kopi aja deh haha
LikeLike
Warung kopi gak ada mbak, tapi tenang ,, kalau tea-house banyak hehehe
LikeLike
Yah bolehlah hehe tp tetep mau ke Nepal
LikeLiked by 1 person
Semoga bisa lancar terlaksana. Amiin 🙂
LikeLike
Bart! Ikutaaaaan dong 😀
Trekking Annapurna iniiiiiii salah satu mimpi gw jugaa selain India.. damn udah lo coba semua, panas gw langsung bacanya hahaha! btw sukses lombanya 😀
LikeLiked by 1 person
Yuuuuk mari mari. *pasangin AC 10 PK biar gak panas*
Makasih Ellen 🙂
LikeLike
Hanya impianlah yang membuat kita selalu terjaga dalam kehidupan –> bener banget! Tulisanmu apikkk, jadi bayangin ikut trip yang dirimu rancang. Kalo menang ntar aku nginthil ( pake duit sendiri ) ya hahaha
LikeLiked by 1 person
Makasih Halim, berkat belajar darimu juga 🙂
Nak nginthil mengko gawakke tas ku yooo hahahaha 😀
LikeLiked by 1 person
Semoga trekking ke Annapurna bisa segera terwujud dan semoga menang! 🙂
Aku sepertinya akan ambil jalur trekking yang lebih mudah dan singkat nanti.
LikeLiked by 1 person
Amiin amiin amiin … makasih Bama. Dan semudah atau sesingkat apapun itu, kamu akan bikin aku ngiri abis, karena udah nyobain duluan. Eh sekarang pun udah sih hahaha …
Hmm saranku, ambil yang ke Poon Hill dan Ghorepani aja Bam. Sama-sama kok startnya dari situ, dan area Annapurna juga. Konon Poon Hill luar biasa di musim dingin, walaupun belum terlalu jauh, tapi sudah bersimbah salju 🙂
LikeLike
Oiya Bart, nanti kalo ke Nepal lagi jangan cuma bawa windbreaker ya… 😀 Bawa jaket sing nggenah.
LikeLiked by 1 person
Hahaha siap, pasti bawa jaket sing nggenah. Gak bakal sarungan lagi kaya pas naik ke Prau. Eh tapi pas aku kesana juga bawa jaket yang bener kok, cuma minjem hehehehe 😉
LikeLike
Aiih tulisannya Bart bagus, menyigi dengan cantik sisi impian. Good luck. Kayaknya bakal menang lagi nih. Amin 🙂
LikeLike
Tarimokasiah Uni, amiin amiin 🙂
LikeLike
Selamat buat kemenangannya di turnamen dwimingguan kemarin Mas. Dirimu memang keren sekali, saya sendiri dengan membaca ini sudah bisa membayangkan dengan sangat jelas perjalanan yang akan Mas lakoni, dan entah mengapa saya merasa yakin kalau perjalanan ini akan terlaksana. Tak ada yang akan menghalangi rencana yang sudah disusun dengan demikian detil, kapan pun, perjalanan itu pasti akan terlaksana :hehe. Semoga berhasil dengan hadiah utamanya, dan cerita pendakian ke Annapurna akan selalu dinanti :hehe. Mas memang betulan seorang penulis hebat!
LikeLiked by 1 person
Terimakasih Gara. Amiin amiin, semoga ya. Duh Gara bikin aku terbang duluan ke Annapurna kalau gini sih 🙂
LikeLiked by 1 person
Amin Mas, semoga bisa betulan terbang ke sana ya :)).
LikeLiked by 1 person
Amiiiin 🙂
LikeLiked by 1 person
Woooww tambah kerrreeens abis dah tulisannya, masih terbayang dalam ingatanku.. dirimuh dari BALITA ajah udah berani dengan tantangan seekor anjing yg menggonggongi akuh yg ketakutan malah disamperin dengan berani hehehe…baca tulisan ini serasa ikutan masuk dalam perjalanan SOLO TREKKING impianmu, feeling bepi menang nih Iaaan. Aamiin ya Rabbal aalaamiin 🙂 good luck.
LikeLiked by 1 person
Waaa hahaha … Amiin amiin, makasih ya tante :-*
LikeLike
otak gw sampe kriting bacanya. wajib menang ini!!!
LikeLiked by 1 person
Amiin ,, eh maksudnya otak kaka sampai keriting?
LikeLike
sedap dah hahahah
LikeLiked by 1 person
bumbunya pas kalau gitu haha 😀
LikeLike
Keren mas. Menapaki jejak gunung yang tinggi, saya selalu senang melihat gunung dan awan dari atas. Hem setelah baca dan lihat foto mas, ingin rasanya menapaki pegunungan dan alam Indonesia
LikeLiked by 1 person
Makasih mas Sandi. Ayo mas, Indonesia juga pasti gak kalah bagusnya.
LikeLike
Sip mas hehe mari selalu cintai Indonesia
LikeLiked by 1 person
Mari 🙂
LikeLike
Didoakan menang, dan semoga bisa ngintil ke sana. Aamiiiin! 😉
LikeLike
Amiiin amiin ,,, makasih kak Badai 🙂
LikeLike
Saya pernah mendengar guru saya berkata : Tuhan tidak akan mengambil nyawamu sebelum semua mimpimu tercapai. Oleh karena itu bermimpilah. Kata itu maknanya sama dengan kata pembuka dari post ini, saya berharap mudahmudahan itu benar adanya.
Eh itu lomba apa sih? Hadiahnya apa?
LikeLiked by 1 person
Terimakasih tambahan quote nya, keren juga 🙂
Nah detail lombanya, silahkan dibaca di gambar terakhir itu. Tapi ini sudah babak final sih, tinggal pengumuman akhirnya aja besok tanggal 20.
Jadi lombanya dibagi dua tahap, 1 September 13 October, posting blog, dan per dua minggu dipilih satu pemenang terbaik dengan hadiah action cam GoPro HERO4. Lalu 3 pemenang dari putaran dua mingguan itu masuk final, lalu diberi tantangan akhir untuk menulis satu postingan perjalanan impian yang hadiahnya 15 juta rupiah 🙂
Doain menang ya 🙂
LikeLike
Hadiahnya banyak ya… , lumayan banget buat travelling kemana gitu. Iya didoain pasti. 😄
LikeLiked by 1 person
Iya, lumayan banget 🙂
LikeLike
semoga menang lagi!!
selalu suka baca tulisan dirimu kak, berasa ikut di dalamnya gitu *berarti ikutan mimpi ya* x))
LikeLiked by 1 person
Amiin amiin, terimakasih ya Dita. Boleh ikut mimpi, kalau ikut jalan traktir aku ya 🙂 #eeaaa
LikeLike
Rencana hebat yang dituliskan dengan cara hebat..
LikeLiked by 1 person
Insya Allah, tarimokasiah da 🙂
LikeLike
Pengen ikut deh next Kak Bart kapan rencana ke Nepal? Yang terbaik ke ABC bulan apa yah? Nyesel belum ke Nepal sebelum gempa bumi besar kemarin. Pengen ke Durbar Square, hiruk pikuk Thamel. Aku mupeng habis baca tulisan ini. Dah pernah nonton film Sagarmatha? jadi seperti menyusun kepingan puzzle, kebayang film itu dulu waktu nonton gak tahu apa-apa tentang pendakian ke Himalaya atau Annapurna. Tapi baca tulisan ini jadi jelas banget. Ehh.. tapi pilihan tea house Fishtail Lodge lumayan mahal yak (hehe untuk ukuran backpacker sperti aku) tapi komunal room dengan perapiannya itu kece banget. Bayangan tea house itu nginep di rumah penduduk bergaya guesthouse.
Aku suka banget kalimat-kalimat pembuka tulisan ini, ini bagian yang kuat untuk tulisan ini jadi pemenang! Good Luck yah!..
LikeLiked by 1 person
Waktu terbaiknya sih October dan Maret. Awal dan akhir musim dingin. Cuaca cerah, langit biru, dan cukup sejuk, dengan salju yang tipis.
Aku belum nonton film Sagarmatha (yang dibintangi Nadide Chandrawinata khan?), menurut salah seorang almarhum temanku yang dikenal sebagai pereview handal, filmnya biasa aja, meskipun gambarnya bagus, dan itu gak aku ragukan 🙂
Untuk tempat menginap, sebenarnya ada banyak pilihan. Dan memang benar tea-house itu semacam guesthouse di rumah-rumah penduduk langsung. Fishtail Lodge yang ini beda dengan yang ada di Pokhara lho. Sepertinya yang Nita lihat itu yang di Pokhara. Kalau yang itu sih jelas resort. Sementara yang aku tulis di tulisan ini adalah tea-house.
Terimakasih apresiasi dan doanya Nit. Amiin amiin amiin 🙂
LikeLiked by 1 person
Hmmmm, photo-photonya…. heeeeeeeh….
LikeLiked by 1 person
melihat fotonya saja saya merinding mas, apalagi kesana menggapainya. sebuah mimpi besar… harapan tentang kebesaran Tuhan yang tidak terbantahkan.
Semoga sukses dan menang ya mas 🙂
LikeLiked by 1 person
Amiin amiin, makasih mas 🙂
LikeLike
Wahhh semangatnya sampai terbawa pembaca, kak. Suka sekali cerita perjalanan dan foto-fotonya.
Semoga menang dan salam kenal, kak 😀
LikeLiked by 1 person
Terimakasih atas apresiasi dan sudah sempatkan mampir ya. Amiin amiin ,,, salam kenal juga 🙂
LikeLike
I am from the land of Annapurns,Nepal.
LikeLike
Hallo, thanks for visit this post 🙂
LikeLiked by 1 person
Welcome.I hope you will visit mine too.
LikeLike
Done 🙂
LikeLiked by 1 person
Foto2nya keren euyy.
LikeLike
Fotoku cuma yang di judul dan yang ada watermark nya aja bro. Yang lainnya minjem hehehe … soalnya ini khan tentang perjalanan impian 🙂
LikeLiked by 1 person
Iya ttp aja bikin ngiler :d
LikeLiked by 1 person
🙂
LikeLike
Salam kenal mas.. Saya suka gaya tulisannya yg agak2 puitis melankolis gitu.. Pasti mas-nya tipe romantis nih. Hihihii
LikeLiked by 1 person
terimakasih apresiasinya ,,, wah kalau soal itu sih yang bisa jawab cuma yang pernah jalan sama saya ,,, ntar kalau saya ngaku2 dibilangnya promo yang gak valid hahaha …
salam kenal juga 🙂
LikeLike
Hahaaa kebohongan publik ya 😂
LikeLike
ya nggak juga sih, cuma mana saya gak punya standard pembanding dan penilaian buat diri sendiri soal itu 😀
LikeLiked by 1 person
Ini kenapa tulisannya jadi kayak motivasi ya? Kenapa jadi pengen ke Himalaya? Ah kacau ini tulisan, kalau sekarang lagi rame berita narkoba digital. Mungkin ini dia narkiba digitalnya aaaaaaaah Himalaya…
Btw, apa kabar kaki tuh bang? Gimana bentuknya jalan berhari-hari? Hehehe
LikeLike
Hahaha emang maksud dan tujuan tulisan ini adalah ‘meracuni’ 😀
Yang pasti kaki bakal butuh dipijat dan dimanja-manja setelah jalan berhari-hari 🙂
LikeLike
Keren tulisannya bro, sangat menginspirasi! Btw congrats ya..jadi deh ke annapurna nih hehe
LikeLiked by 1 person
Makasih bro. Alhamdulillah kalau bisa menginspirasi. Insya Allah, doain lancar yaaa 🙂
LikeLike
Aku baca ttg annnapurna ini di cerita nya agustinus waktu tayang di kompas, dan mau banget kesini. Sekarang baca lagi di kamu … iya kamu hua hua, jadi makin besar keinginan sampai kesana
LikeLiked by 1 person
Ayo mas Cum cobain juga, bawa dayang-dayang … Pasti ulasanmu bakal seru. Dayang-dayang nya harus yg jago mijitin kaki hehe
LikeLike
Suka bagaimana kamu memulai cerita ini. Paragraf pertama nampol.
Cool.
LikeLiked by 1 person
Terimakasih apresiasinya, semoga menikmati tulisan-tulisan di sini juga 😊
LikeLike
annapurna .. impian saya … penginnya sih sesepedaan disni ..
lihat foto2nya …. amazing benerrrr …. juara kelas 1 deh …. he he
LikeLiked by 1 person
Wah masih jarang tuh yang sepedahan di Annapurna … Tapi kayaknya susah juga. Terimakasih ya sudah mampir baca-baca dan tinggalkan jejak 😊
LikeLike
Ikuuut! Nanti tak temenin sampe desa di kaki gunungnya aja, ditungguin sambil ngupi-ngupi di warung gak ikutan naik gunungnya
LikeLiked by 1 person
Nungguin 7 hari sanggup? hahaha
LikeLike
Apa sih yang enggak buat kamu wakakakak
LikeLike
#eeaaaa … ok Aku minta tiket, akomodasi, makan, dan oleh-oleh ditanggung selama 2 minggu! 😀 *langsung ambil kesempatan*
LikeLike
Haduh bangkrut bandar togelnya 😀
LikeLike
Abis nantangin siiih, hahahahaha
LikeLike
Jadi kapan berangkat ke Annapurna Base Camp, bang?
Mungkin bisa bareng.
LikeLiked by 1 person
Rencananya sih Maret, cuma yang ini kemungkinan solo. Ada rencana kesana juga kah?
LikeLike
Wah seru… Maret ke Annapurna base camp bagaimana cuacanya ? sedang bagus ?
LikeLike
Itu akhir musim dingin dan masuk ke musim semi. Harapannya sih masih bisa lihat salju, tapi gak terlalu dingin-dingin banget. Doain lancar yaaa 🙂
LikeLike
Hi, senang sekali saya membaca tulisannya ,bagus dan kalo boleh berbagi informasinya kpd sy berdasarkan tulisan anda krn InsyAllah april ini sy berencana kesana ( solo traveller ). Sepertinya anda tdk menggunakan Guide dlm perjalanan ini.
1/ dr Pokhara menuju Annapura base camp transportasi yg anda gunakan
2 / dari Annapurna base camp ke phedi transportasi yg anda gunakan
3 / dalam 7 hari perjalanan mendaki apakah mudah untuk menemui teahouse dan berapa rata2 tarifnya
4/ perlengkapan apa saja yg wajib saya bawa
5 / untuk mengurus trekking permit apakah anda mengurusnya lewat online?
Terima kasih
Ridachan
LikeLiked by 1 person
Hai juga, terimakasih sudah mampir baca-baca dan tinggalkan komen yaaa 😊
Iya insya Allah, April besok saya juga solo traveling ke Annapurna. Ok saya coba jawab pertanyannya ya:
1. Dari Pokhara menuju ABC adalah naik taksi atau kendaraan umum menuju Nayapul, lalu trekking selama 4 hari.
2. Dari Annapurna menuju Phedi juga trekking kembali, tapi jalurnya turun.
3. Menurut info sih teahouse ada banyak dan tersedia di hampir setiap desa. Hasil survey saya harganya sekitar 300-400 NPR, dengan rate 1 NPR = 125 IDR.
4. Nah kalau ini saya juga sedang survey, yg pasti harus siap baju untuk udara dingin termasuk long john dan light down jacket.
5. Tidak, nanti saya urus offline di Kathmandu. Bisa juga urus di Pokhara, tapi saya akan urus di Kathmandu saja. Biasanya sekitar 400-500 ribuan.
Sama-sama Ridachan, semoga bisa membantu yaaaa …
LikeLike
Hi..gw sama temen2 gw mau trekking ke poonhill akhir april ini. Mohon info cuaca disana donk bro..masih dingin bgt or standard aja. Terus utk ijin trekkingnya biayanya berapa ya sekarang? Sama guest house selama perjalanan trekking apakah bisa datang on the spot atau mesti booking sbelumnya? Mohon infonya ya mas. Thankss
LikeLiked by 1 person
Hai Natalia, sorry nih agak lama respon di blog nya. Tapi soal ini sudah aku jawab panjang lebar via fb yaaa.
Selamat menikmati trekking dan Nepal. Good luck 🙂
LikeLike
Tulisanmu selalu indah Bart. Gak bisa dilewatkan tiap kalimatnya. Selalu sukaaa.
You deserved to win this. Emang keren bgt soalnya!
LikeLiked by 1 person
Makasih banyak kak Anne. Semoga tetap betah dan suka untuk baca-baca kisah selanjutnya yaaa 🙂
LikeLike
Sangat inspiratif dan narasi yang ciamik, pantas juara. 😀
LikeLiked by 1 person
Terimakasih 🙂
LikeLike
Aku ikut merasakan harunya bisa mencapai tempat yang kita pengen banget kunjungi. Pantes banget ini menaang. :))
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, terimakasih Nia udah sempatkan berkunjung yaaa 😊
LikeLike
Hi Kak..aku suka banget sama tulisan nya. ada beberapa pertanyaan nih hehe..
1. Solo trekking ke ABC di temani porter atau gak?
2. Untuk jalur trekking nya sudah jelas ?, apakah seperti hutan d gunung gunung disini? (maaf masih amateur hehe). kalo belum tau jalur nya, ada kemungkinan tersesat
terima kasih
LikeLiked by 1 person
Hai Amelia, langsung aku jawab aja ya, maaf nih agak telat:
1. Ini murni solo trekking. Tanpa guide dan tanpa porter 🙂
2. Dari Chhomrong sampai ke ABC nya sih jelas, karena jalurnya memang cuma satu. Nah, kalau sebelum Chhomrong itu yg jalurnya banyak cabangnya. Tapi penandanya cukup jelas kok, dan bisa nanya-nanya juga sama penduduk sekitar atau trekker lain yang kita temui di jalan.
Semoga cukup membantu ya jawabanku 🙂
LikeLike
hallo mas bart kira kira lama pendakian sehari sampe berapa jam ya?
LikeLiked by 1 person
Hallo juga. Kemarin sih saya trekking sehari antara 5 – 7 jam, tergantung jalurnya.
LikeLike
Paling dekat lewat jalur mana ya mas?
LikeLiked by 1 person
Kalau mau ke Annapurna Base Camp, jalur normalnya start mulai Nayapul. Paling cepat langsung mengarah ke Chhomrong, jangan yang lewat Poon Hill.
LikeLike