Solo Trekking to Annapurna

“Karena hanya impianlah, yang membuat kita selalu terjaga dalam kehidupan.”

23 Desember 2013. Senja hari. Kami tercenung. Pada ia yang gagah ibarat benteng raksasa. Menjulang melebihi gemunung kebiruan, dan membentang ibarat naga terlelap. Rautnya keras dalam hitam, bersama lekuk-lekuk usia yang tajam. Bermahkotakan salju berpendar keemasan,  ditimpa semburat senja nan jingga. Ialah aalaya, tempat kediaman abadi, bagi sang hima (salju).

Saya berkaca-kaca, membayangkan keagungan Tuhan yang dengan kuasa-Nya telah menggulung samudra, hingga menjadi raja tertinggi dari segala daratan. Himalaya!

DSC_0177
Puncak-puncak range Annapurna Pegunungan Himalaya, pada senja itu. Dilihat dari desa Sarangkot. Desember 2013.

Pada senja itu, kami tak banyak bicara. Hanya menikmati momen yang sebelumnya bahkan tak pernah kami impikan. Menatap langsung pegunungan agung itu pada negeri yang jauh. Dari sebuah desa sepi bernama Sarangkot, dalam wilayah Pokhara, Nepal.

Ketika gelap semakin pekat, puncak-puncak Himalaya membentuk siluet bermega. Dan titik-titik bara melepuh pada kulitnya. Satu titik, lalu dua, menjadi tiga dan berakhir dalam himpunan.

“Kira-kira itu cahaya apa ya?”, tanya travelmate saya.
“Hmm mungkin lampu-lampu mereka yang sedang menuju puncak?”, saya pun tak pasti, “Aku ingin kesana juga suatu saat, menginjak salju dan punggungan Himalaya

Annapurna: Road to Himalaya 

Hampir dua tahun setelah senja itu, saya masih menyimpan hasrat yang sama. Ingin kembali ke Nepal dan trekking pada salah satu range Himalaya. Namun karena beberapa alasan, hal itu selalu tertunda. Yang terakhir kali adalah ketika gempa hebat pada bulan April 2015, meluluhlantakkan sebagian negeri itu. Saya dan beberapa teman yang merencanakan pergi, memutuskan untuk menunda. Namun, setelah kini negeri itu kembali stabil, teman-teman saya justru memilih mundur dari perjalanan itu. Tinggallah saya seorang diri.

Namun hasrat itu masih sama. Keinginan saya tetap kuat. Saya ingin kembali kesana.

IMG_4246
Saya menatap menatap Annapurna, dari desa Sarangkot, Pokhara. Berharap suatu saat bisa mendekatinya.

Semesta mendukung! Dalam riset-riset perjalanan yang tetap saya lakukan, saya menemukan jika sebenarnya Himalaya menawarkan beberapa kemudahan untuk trekking. Tak harus dilakukan bersama orang lain. Seorang diri pun memungkinkan. Salah satunya adalah pada jalur trekking Annapurna.

Memang Annapurna tak setinggi Everest, ia yang kesepuluh terjangkung di dunia. Hanya berdiri hingga ketinggian 8091 mdpl. Namun Annapurna memiliki jalur trekking yang sangat legendaris. Tak terlalu panjang, hanya berkisar sekitar 106 km, yang bisa ditempuh dalam waktu tujuh hari perjalanan pulang pergi. Perjalanan menuju Annapurna Base Camp dapat di-organize secara mandiri, sirkuitnya terbuka hampir sepanjang tahun, dengan pemandangan pedesaan Nepal yang eksotis serta puluhan tea-house (hotel sederhana yang dikelola penduduk lokal) yang banyak terdapat di sepanjang jalurnya.

travelnation.co.uk
Puncak-puncak Annapurna dari Annapurna Base Camp di musim panas. (photo: travelnation.co.uk)

Saya merasakan semangat yang membuncah ketika mengetahui semua itu. Namun, ada satu hal yang akan menjadi tantangan baru bagi saya, yaitu solo trekking. Itu artinya saya akan melakukannya seorang diri. Memang perjalanan solo bukanlah sesuatu yang baru bagi saya, ini mungkin akan menjadi yang kedua setelah perjalanan solo saya ke India pada February 2015 lalu.

Solo trekking jelas berbeda. Nantinya selama berhari-hari saya akan berjalan seorang diri, menyusuri jalur yang membelah belantara Nepal dengan puncak-puncak bersalju yang mengintip di kejauhan. Namun ada yang mengatakan jika perjalanan solo itu sebenarnya tak ada, karena kita pasti akan selalu bertemu dengan orang-orang baru yang akan mewarnai perjalanan itu. Dan saya mempercayainya.

Jadi rasanya tak ada yang perlu saya risaukan, yang terpenting sekarang adalah perencanaannya!

Planning and Itinerary

Jelas, saya harus mengurus ijin memasuki Nepal melalui fasilitas Visa on Arrival begitu sampai di Bandara Tribhuvan Kathmandu. Saya merencanakan untuk mengambil visa selama 15 hari, dengan ongkos USD 25. Dan selanjutnya akan mengurus trekking permit sembari melepas lelah di ibukota nan eksotis itu. Ah, kinipun saya sudah merindukan riuhnya Thamel! (kawasan traveler di Kathmandu).

Satu hari adalah lebih dari cukup untuk beristirahat, melengkapi kebutuhan logistik dan mengurus trekking permit yang berkisar NPR 4000, di Kathmandu.

Keesokan harinya saya akan langsung melanjutkan perjalanan menuju Pokhara dengan menggunakan bus. Sebenarnya jarak Kathmandu – Pokhara tidaklah terlalu jauh, kurang lebihnya setara dengan jarak Jakarta – Bandung. Namun karena medan dan kondisi jalannya, jalur itu dapat memakan waktu tempuh selama tujuh jam perjalanan. Tapi saya yakin tak akan bosan, dan tak sabar untuk menyusuri jalur itu kembali untuk ketiga kalinya.

Nantinya saya dapat beristirahat di Pokhara, bersantai di tepi danau Phewa, sembari mengecek persiapan terakhir sebelum trekking pada keesokan hari.

IMG_4270
Danau Phewa, Pokhara. Desember 2013.

Manajemen waktu dan tenaga adalah kunci dari solo trekking ini. Kedisplinan menjadi penentu dari perencanaan yang sudah disiapkan. Saya harus memastikan bahwa setiap harinya berpindah dari satu titik menuju titik lain sesuai dengan rencana perjalanan yang ada.

grampianhillwalkingclub.co.uk
Jalur trekking menuju Annapurna Base Camp dari Phedi.

Di hari pertama menuju Annapurna Base Camp, saya akan berkendara dari Pokhara menuju Phedi, yang menjadi titik awal trekking. Dari situ trekking akan dimulai menuju Pothana (1860 mdpl), melalui desa Dhampus (1650 mdpl). Yang saya perkirakan akan memakan waktu 4 jam perjalanan. Sebuah tea house bernama Fishtail Lodge akan menjadi tempat saya bermalam, di balik keteduhan puncak Machhapuchchhare.

Chhomrong (2136 mdpl) akan menjadi titik terakhir yang saya tuju pada hari kedua. Perjalanan hari kedua mungkin akan menjadi salah satu trekking dengan waktu tempuh terlama, sekitar 6 hingga 7 jam perjalanan. Namun begitu saya yakin bahwa bentangan alam yang saya susuri akan sangat menghibur. Berupa lembah sungai Modi yang berair bening dan deras, yang diapit tebing-tebing hijau dengan puncak salju di kejauhan. Dan, menyeberangi sungai itu melalui jembatan suspensi dari kayu, akan menjadi pengalaman tersendiri yang seru untuk dicoba.

Modi Khola
Lembah Sungai Modi (photo: Piotr Zyki, http://www.pbase.com)

Puncak-puncak Annapurna yang bersaput salju akan terlihat semakin jelas, pada hari ketiga. Melalui Deurali yang berada pada ketinggian 3100 mdpl, yang akan menjadi titik terakhir sebelum mencapai Annapurna Base Camp (4130 mdpl) di hari keempat. Trekking dari Deurali menuju Annapurna Base Camp pasti akan menjadi salah satu jalur yang paling menakjubkan selama perjalanan ini.

Bagian-bagian Himalaya yang gagah menjulang tinggi dalam balutan salju di antara jalan setapak, telah menjadi saksi ribuan pejalan yang melaluinya. Dan saya tak sabar untuk bisa segera meninggalkan jejak juga di sana.

nepalhimalayantrip
Salah satu jalur trekking di Annapurna. (photo: nepalhimalayantrip.com)
Annapurna%20south
Para trekker dan puncak Annapurna Selatan, di dekat Annapurna Base Camp. (photo: himalayasguide.com)
annapurna-base-camp
Annapurna Base Camp. Pemandangannya menakjubkan! (photo: amigotrekking.com)

Saya tak tahu, apakah saya akan rela segera beranjak turun jika sudah sampai di sana. Seperti, saya yang lebih memilih didera angin musim dingin pada saat menikmatinya dari kejauhan dua tahun lalu. Mungkin saya ingin membekukan waktu di tempat itu, agar ia berjalan lambat dan saya dapat berlama-lama menikmati kemegahan Himalaya dalam jarak yang lebih dekat.

Annapurna-Trek-Nepal
Menikmati kemegahan Himalaya di Annapurna Base Camp. (photo: bigearth.com)

Saya tahu, setelah itu kelelahan akan melanda pada perjalanan pulang. Oleh karenanya saya merencanakan untuk bermalam dan melepas lelah di Jhinu Danda. Kabarnya di tempat itu terdapat beberapa sumber mata air panas, yang cocok untuk melemaskan otot-otot yang kaku akibat trekking berhari-hari dan suhu yang membeku. Sembari mengenang keindahan Annapurna dari Himalaya, yang baru saja berlalu.

Solo Trekking: Impian, Tantangan, dan Wujudkan!

Dokumentasi adalah salah satu hal penting yang akan menjadi penguat memori dari sebuah perjalanan, di antaranya melalui media foto. Dan salah satu kesulitan yang menantang pada saat perjalanan solo adalah ketika kita harus mendokumentasikan diri sendiri. Apalagi kini, jamannya selfie. Untuk itu gadget atau photo-gear harus mumpuni. Tapi, saya tidak akan merasa khawatir soal itu, karena saya telah memiliki action cam GoPro HERO4 yang saya dapatkan dari putaran dwi-minggu ketiga Cross|Over Writing Competition.

Saya berharap perjalanan ini bisa segera saya wujudkan. Dan pasti akan sangat menyenangkan jika saya bisa mendapatkan hadiah utama dari kompetisi penulisan tersebut, karena jumlahnya sangat pas dengan budget perjalanan yang telah saya perkirakan.

Kenapa? …. Saya sedang bermimpi?!

Ah, untuk apa takut bermimpi? Saya percaya, setiap perjalanan itu dimulai dari impian. Impian yang ditanamkan secara terus menerus, dan akan membimbing saya menuju perjalanan itu sendiri. Impian yang membuat saya bersemangat untuk mengusahakan dan mewujudkannya.

Karena hanya impianlah, yang membuat kita selalu terjaga dalam kehidupan.

Ini adalah perjalanan impian saya selanjutnya! Bagaimana denganmu?

DSC_0215
Range Annapurna Pegunungan Himalaya, dengan puncak Machhapuchchhre (Fish Tail) dan Annapurna nya. Desember 2013.

Tulisan ini adalah jawaban saya atas tantangan final dari Cross|Over Writing Competition yang saya ikuti, demi mendapatkan hadiah utamanya. Setelah sebelumnya saya berhasil memenangkan kompetisi dwi-minggu putaran terakhir pada 13 Oktober 2015 lalu. Dan pada akhirnya tulisan ini berhasil menjadi juara pada kompetisi ini, yang akan segera mengantarkan pada impian saya: Menjelajahi Himalaya Menuju Annapurna!

flyer-crossover

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

117 thoughts on “Solo Trekking to Annapurna

  1. Bart! Ikutaaaaan dong 😀
    Trekking Annapurna iniiiiiii salah satu mimpi gw jugaa selain India.. damn udah lo coba semua, panas gw langsung bacanya hahaha! btw sukses lombanya 😀

    Liked by 1 person

  2. Hanya impianlah yang membuat kita selalu terjaga dalam kehidupan –> bener banget! Tulisanmu apikkk, jadi bayangin ikut trip yang dirimu rancang. Kalo menang ntar aku nginthil ( pake duit sendiri ) ya hahaha

    Liked by 1 person

    1. Amiin amiin amiin … makasih Bama. Dan semudah atau sesingkat apapun itu, kamu akan bikin aku ngiri abis, karena udah nyobain duluan. Eh sekarang pun udah sih hahaha …

      Hmm saranku, ambil yang ke Poon Hill dan Ghorepani aja Bam. Sama-sama kok startnya dari situ, dan area Annapurna juga. Konon Poon Hill luar biasa di musim dingin, walaupun belum terlalu jauh, tapi sudah bersimbah salju 🙂

      Like

      1. Hahaha siap, pasti bawa jaket sing nggenah. Gak bakal sarungan lagi kaya pas naik ke Prau. Eh tapi pas aku kesana juga bawa jaket yang bener kok, cuma minjem hehehehe 😉

        Like

  3. Selamat buat kemenangannya di turnamen dwimingguan kemarin Mas. Dirimu memang keren sekali, saya sendiri dengan membaca ini sudah bisa membayangkan dengan sangat jelas perjalanan yang akan Mas lakoni, dan entah mengapa saya merasa yakin kalau perjalanan ini akan terlaksana. Tak ada yang akan menghalangi rencana yang sudah disusun dengan demikian detil, kapan pun, perjalanan itu pasti akan terlaksana :hehe. Semoga berhasil dengan hadiah utamanya, dan cerita pendakian ke Annapurna akan selalu dinanti :hehe. Mas memang betulan seorang penulis hebat!

    Liked by 1 person

  4. Woooww tambah kerrreeens abis dah tulisannya, masih terbayang dalam ingatanku.. dirimuh dari BALITA ajah udah berani dengan tantangan seekor anjing yg menggonggongi akuh yg ketakutan malah disamperin dengan berani hehehe…baca tulisan ini serasa ikutan masuk dalam perjalanan SOLO TREKKING impianmu, feeling bepi menang nih Iaaan. Aamiin ya Rabbal aalaamiin 🙂 good luck.

    Liked by 1 person

  5. Saya pernah mendengar guru saya berkata : Tuhan tidak akan mengambil nyawamu sebelum semua mimpimu tercapai. Oleh karena itu bermimpilah. Kata itu maknanya sama dengan kata pembuka dari post ini, saya berharap mudahmudahan itu benar adanya.
    Eh itu lomba apa sih? Hadiahnya apa?

    Liked by 1 person

    1. Terimakasih tambahan quote nya, keren juga 🙂

      Nah detail lombanya, silahkan dibaca di gambar terakhir itu. Tapi ini sudah babak final sih, tinggal pengumuman akhirnya aja besok tanggal 20.

      Jadi lombanya dibagi dua tahap, 1 September 13 October, posting blog, dan per dua minggu dipilih satu pemenang terbaik dengan hadiah action cam GoPro HERO4. Lalu 3 pemenang dari putaran dua mingguan itu masuk final, lalu diberi tantangan akhir untuk menulis satu postingan perjalanan impian yang hadiahnya 15 juta rupiah 🙂

      Doain menang ya 🙂

      Like

  6. Pengen ikut deh next Kak Bart kapan rencana ke Nepal? Yang terbaik ke ABC bulan apa yah? Nyesel belum ke Nepal sebelum gempa bumi besar kemarin. Pengen ke Durbar Square, hiruk pikuk Thamel. Aku mupeng habis baca tulisan ini. Dah pernah nonton film Sagarmatha? jadi seperti menyusun kepingan puzzle, kebayang film itu dulu waktu nonton gak tahu apa-apa tentang pendakian ke Himalaya atau Annapurna. Tapi baca tulisan ini jadi jelas banget. Ehh.. tapi pilihan tea house Fishtail Lodge lumayan mahal yak (hehe untuk ukuran backpacker sperti aku) tapi komunal room dengan perapiannya itu kece banget. Bayangan tea house itu nginep di rumah penduduk bergaya guesthouse.

    Aku suka banget kalimat-kalimat pembuka tulisan ini, ini bagian yang kuat untuk tulisan ini jadi pemenang! Good Luck yah!..

    Liked by 1 person

    1. Waktu terbaiknya sih October dan Maret. Awal dan akhir musim dingin. Cuaca cerah, langit biru, dan cukup sejuk, dengan salju yang tipis.

      Aku belum nonton film Sagarmatha (yang dibintangi Nadide Chandrawinata khan?), menurut salah seorang almarhum temanku yang dikenal sebagai pereview handal, filmnya biasa aja, meskipun gambarnya bagus, dan itu gak aku ragukan 🙂

      Untuk tempat menginap, sebenarnya ada banyak pilihan. Dan memang benar tea-house itu semacam guesthouse di rumah-rumah penduduk langsung. Fishtail Lodge yang ini beda dengan yang ada di Pokhara lho. Sepertinya yang Nita lihat itu yang di Pokhara. Kalau yang itu sih jelas resort. Sementara yang aku tulis di tulisan ini adalah tea-house.

      Terimakasih apresiasi dan doanya Nit. Amiin amiin amiin 🙂

      Liked by 1 person

    1. terimakasih apresiasinya ,,, wah kalau soal itu sih yang bisa jawab cuma yang pernah jalan sama saya ,,, ntar kalau saya ngaku2 dibilangnya promo yang gak valid hahaha …

      salam kenal juga 🙂

      Like

  7. Ini kenapa tulisannya jadi kayak motivasi ya? Kenapa jadi pengen ke Himalaya? Ah kacau ini tulisan, kalau sekarang lagi rame berita narkoba digital. Mungkin ini dia narkiba digitalnya aaaaaaaah Himalaya…
    Btw, apa kabar kaki tuh bang? Gimana bentuknya jalan berhari-hari? Hehehe

    Like

  8. Hi, senang sekali saya membaca tulisannya ,bagus dan kalo boleh berbagi informasinya kpd sy berdasarkan tulisan anda krn InsyAllah april ini sy berencana kesana ( solo traveller ). Sepertinya anda tdk menggunakan Guide dlm perjalanan ini.
    1/ dr Pokhara menuju Annapura base camp transportasi yg anda gunakan
    2 / dari Annapurna base camp ke phedi transportasi yg anda gunakan
    3 / dalam 7 hari perjalanan mendaki apakah mudah untuk menemui teahouse dan berapa rata2 tarifnya
    4/ perlengkapan apa saja yg wajib saya bawa
    5 / untuk mengurus trekking permit apakah anda mengurusnya lewat online?
    Terima kasih
    Ridachan

    Liked by 1 person

    1. Hai juga, terimakasih sudah mampir baca-baca dan tinggalkan komen yaaa 😊

      Iya insya Allah, April besok saya juga solo traveling ke Annapurna. Ok saya coba jawab pertanyannya ya:

      1. Dari Pokhara menuju ABC adalah naik taksi atau kendaraan umum menuju Nayapul, lalu trekking selama 4 hari.

      2. Dari Annapurna menuju Phedi juga trekking kembali, tapi jalurnya turun.

      3. Menurut info sih teahouse ada banyak dan tersedia di hampir setiap desa. Hasil survey saya harganya sekitar 300-400 NPR, dengan rate 1 NPR = 125 IDR.

      4. Nah kalau ini saya juga sedang survey, yg pasti harus siap baju untuk udara dingin termasuk long john dan light down jacket.

      5. Tidak, nanti saya urus offline di Kathmandu. Bisa juga urus di Pokhara, tapi saya akan urus di Kathmandu saja. Biasanya sekitar 400-500 ribuan.

      Sama-sama Ridachan, semoga bisa membantu yaaaa …

      Like

  9. Hi..gw sama temen2 gw mau trekking ke poonhill akhir april ini. Mohon info cuaca disana donk bro..masih dingin bgt or standard aja. Terus utk ijin trekkingnya biayanya berapa ya sekarang? Sama guest house selama perjalanan trekking apakah bisa datang on the spot atau mesti booking sbelumnya? Mohon infonya ya mas. Thankss

    Liked by 1 person

    1. Hai Natalia, sorry nih agak lama respon di blog nya. Tapi soal ini sudah aku jawab panjang lebar via fb yaaa.
      Selamat menikmati trekking dan Nepal. Good luck 🙂

      Like

  10. Hi Kak..aku suka banget sama tulisan nya. ada beberapa pertanyaan nih hehe..

    1. Solo trekking ke ABC di temani porter atau gak?
    2. Untuk jalur trekking nya sudah jelas ?, apakah seperti hutan d gunung gunung disini? (maaf masih amateur hehe). kalo belum tau jalur nya, ada kemungkinan tersesat

    terima kasih

    Liked by 1 person

    1. Hai Amelia, langsung aku jawab aja ya, maaf nih agak telat:

      1. Ini murni solo trekking. Tanpa guide dan tanpa porter 🙂
      2. Dari Chhomrong sampai ke ABC nya sih jelas, karena jalurnya memang cuma satu. Nah, kalau sebelum Chhomrong itu yg jalurnya banyak cabangnya. Tapi penandanya cukup jelas kok, dan bisa nanya-nanya juga sama penduduk sekitar atau trekker lain yang kita temui di jalan.

      Semoga cukup membantu ya jawabanku 🙂

      Like

      1. Kalau mau ke Annapurna Base Camp, jalur normalnya start mulai Nayapul. Paling cepat langsung mengarah ke Chhomrong, jangan yang lewat Poon Hill.

        Like

Leave a reply to BaRTZap Cancel reply