Kembali Menulis. Mulai dari Mana?

Menulis adalah hadiah untuk diri sendiri. (Henry Miller)

17 September 2015. Pukul 10.30 pagi. Sebuah pesan singkat masuk ke dalam inbox Facebook saya, berselang beberapa menit setelah saya membagikan tautan artikel terbaru yang berjudul Au Revoir, Bhaktapur!

“Bro, gw salut sama lo, rajin banget nulis. Eh elo pernah ikutan workshop menulis gak? Gw pengen banget ngasah skill menulis gw. Gimana caranya bisa konsisten nulis di sela-sela rasa malas dan kesibukan bro?”, begitu isi pesannya.

Kejutan! Karena si pengirim pesan adalah Indra -teman lama saya-, yang beberapa tahun lalu blog pribadinya selalu menjadi salah satu bahan bacaan langganan setiap kali saya melakukan aktifitas blogwalking. Saya suka dengan caranya bercerita dan mengungkapkan opininya. Segar, mengalir apa adanya, bahkan di saat ia sedang berkontemplasi. Blog nya yang membuat saya termotivasi untuk menulis lebih baik lagi. Dan kini tiba-tiba ia meminta saran ini itu tentang menulis.

Sebenarnya dalam beberapa waktu belakangan ini, saya sering menerima beberapa pertanyaan yang kurang lebih sama jenisnya. Dan anehnya, itu berasal dari teman-teman yang sebelumnya saya ketahui mempunyai kemampuan menulis yang cukup baik.

Dari semua itu, saya menemukan benang merah bahwa mereka telah beberapa waktu vakum dari kegiatan menulis, dan sebenarnya masih menyimpan keinginan untuk kembali menuangkan idenya, namun merasa kehilangan arah. Harus mulai dari mana?

2014-05-10-00.14.06
Mau jalan-jalan? Jangan lupa bawa buku catatan!

Selembar kertas kosong adalah cara Tuhan memberitahu kita betapa sulitnya menjadi Tuhan. (Sidney Sheldon)

Semua orang tahu, bahwa bangkit dari bawah untuk kedua kali atau yang kesekian kali terasa jauh lebih berat, daripada memulai untuk yang pertamakalinya. Bayangan akan kesulitan yang harus dijejak kembali, setelah pernah berada pada posisi tertentu seringkali menjadi penghalang besar. Ibarat pisau yang jarang diasah lalu menjadi berkarat, maka begitu pula dengan kegiatan menulis. Lama tak digunakan, menjadi tumpul. Ujung-ujungnya, ini memancing rasa malas.

Mungkin bukan kapasitas saya untuk menjelaskan teori serba serbi kepenulisan, karena saya pun merasa belum ada apa-apanya. Tapi setidaknya berikut ini adalah hal-hal nyata yang saya kerjakan, sehingga belakangan ini bisa mulai aktif menulis lagi, terutama melalui blog ini.

Menetapkan Motivasi Kembali

Satu-satunya motivasi saya untuk kembali menulis adalah melawan lupa. Bagaimana dengan Anda? Apa motivasi Anda untuk kembali menulis? Jika Anda tidak bisa menjelaskan secara spesifik, maka keinginan Anda untuk kembali menulis rasanya sudah cukup untuk menjadi motivasi awal. Gunakan itu.

Menemukan Minat atau Bahan Penulisan

Ketika akan memulai blog bartzap.com, saya secara spesifik memilih travel sebagai peminatan. Pilihan ini bukan semata karena saya ingin mengikuti trend atau alasan apapun. Melainkan, karena saya memiliki banyak catatan dari hobi jalan-jalan saya, yang rasanya sayang jika tidak dibagikan. Dan catatan-catatan tersebut masih bisa saya koneksikan dengan minat saya yang lain, seperti sejarah, fotografi, diving dan lain-lain.

Sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita jadikan sebagai bahan tulisan. Sesederhana apapun kita memandang pengalaman kita, pasti ada. Pilih dan cari hal yang menjadi minat Anda, lalu tulislah. Karena menuliskan sesuatu yang kita minati itu sangat menyenangkan.

Lakukan Sekarang Juga

Kalau dua hal di atas sudah Anda dapatkan, segera pilih platform penulisan Anda. Apakah cukup di atas kertas, jurnal digital di dalam laptop atau PC, atau mungkin langsung Anda bagikan ke dunia maya melalui blog atau website. Intinya, jangan ditunda lagi. Mulai dari sekarang.

Tiga hal itulah yang membuat saya aktif menulis kembali sejak April 2015. Dan saya rasa ini adalah resep sederhana yang bisa dilakukan oleh siapapun.

2014-02-17-10.22.20
Sebagian koleksi bacaan di rumah.

Hal selanjutnya yang sering menjadi pertanyaan lanjutan adalah berkaitan dengan teknis penulisan dan penyajian. Semacam merumuskan ide, memilih kata, merangkai dan membentuk kalimat, hingga photo editing.

Hal-hal tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa dikembalikan dalam waktu semalam. Dibutuhkan komitmen dan usaha terus-menerus, hingga kita menguasainya kembali. Kalau saya boleh sedikit melanjutkan, maka ini adalah sedikit saran yang juga saya lakukan.

Banyak Membaca

Karena tak akan bisa kita menulis, jika kita kurang membaca. Pilih bacaan yang Anda minati. Syukur-syukur berkaitan dengan minat Anda juga. Kalau saya pribadi tidak pernah membatasi jenis bacaan, selama bahasanya saya mengerti saya baca. Namun sudah barang tentu, bacaan-bacaan khusus yang menjadi minat saya menempati posisi paling banyak. Dengan banyak membaca, kita juga memiliki kesempatan untuk mengamati gaya penulisan penulis lain.

Tapi saya percaya, di antara sekian banyak teman-teman yang mengajukan pertanyaan “bagaimana caranya kembali menulis?”, mereka adalah sosok-sosok pembaca yang cukup rajin. Jadi, ini hanyalah pengingat saja.

Biasakan Menulis Sesering Mungkin

Sejak dulu, saya mempunyai buku jurnal pribadi. Yang demi kerahasiaan isinya, saya tulis dalam beberapa jenis huruf yang agak kurang biasa. Mulai dari huruf Arab Pegon, hingga aksara Hanacaraka. Begitu pula ketika saya traveling, saya membawa jurnal atau notebook kecil untuk mencatat. Atau paling sering, saya langsung memposting pada social media hal-hal menarik yang saya jumpai di perjalanan dengan narasi yang cukup menjelaskan, bukan sekedar caption-caption singkat. Ini sangat membantu ketika saya harus menuliskan ulang catatan perjalanan saya dalam bentuk tulisan yang lebih panjang.

Intinya, kapanpun, dimanapun, usahakan untuk berlatih menulis dan menulis. Apapun medianya.

2014-06-16-11.13.27
Psst, ada yang bisa baca jurnal beraksara Hanacaraka saya?

Memang, kembali menulis itu bukan sesuatu yang mudah. Banyak hal yang harus dilawan. Mulai dari rasa malas, hingga ketumpulan kemampuan teknis dalam menuangkan ide, dan merangkai kata menjadi kalimat. Serta menyajikannya dalam bentuk tulisan yang nikmat.

Namun saya selalu percaya, jika kita bisa berbicara (beropini), dan suka membaca, maka kita akan sanggup menulis. Karena pada dasarnya menulis itu adalah kegiatan berbicara yang ditafsirkan kembali dalam bentuk visualisasi bahasa. Setuju?

Selamat menulis kembali! (br)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

67 thoughts on “Kembali Menulis. Mulai dari Mana?

  1. jangan menunda, banyak membaca (bisa dengan blogwalking), dan konsisten! kayaknya itu paling ampuh biar nggak malas nulis~~ terus anggap sebagai hobi, bukan kerjaan yang membosankan. Itu tips dariku biar nggak pernah bosan menulis 😀

    Liked by 1 person

    1. Makasih Halim, belajar banyak juga aku dari dirimu.

      Nah tuh gimana, udah dapat buku itu? Keren lho, rangkuman catatan para traveler selama rentang 6.5 abad, tentang Jawa. Aku jamin, dirimu pasti suka 😊

      Like

      1. Iya memang agak susah, aku sempat cek2 juga di sini. Aku malah kesulitan nyari buku Into Thin Air, padahal dulu sering liat.

        Lim kalau ada tips tambahan, boleh lho dishare juga 😊

        Like

  2. Bingung menulis… ya kalau saya ya ditulis saja sih apa yang ada di dalam kepala :haha :peace. Minimal saya suka ketika semua yang saya tulis sesuai dengan semua yang ingin saya sampaikan, semua yang ada di dalam kepala. Soal bagus atau tidak, saya tidak pedulii… *:p* yang penting saya bisa menulis, saya sudah sangat bersyukur :haha. Waktu saya akan habis kalau cuma saya pakai dengan bertanya, “Bagaimana cara menulis yang bagus?”, karena saya hanya akan bertanya dan tidak menulis :hihi.
    Dulu saya pernah punya pengalaman buruk dengan “bagaimana menulis yang bagus”, buruk banget, tapi sekarang saya mulai belajar dan yah… sekarang malah makin santai dan menikmati :hihi.

    Mas, dirimu dahsyat banget! Tulisan Arab Pegon itu yang seperti apa ya, saya tumben dengar :hehe. Hanacaraka pun saya sudah lupa (gegantungan dan semua itu), tapi tulisan aksara Jawa punya Mas itu rapi sekali. Saya samar bisa membaca kata “sama-sama” di sana, oh semoga saya tidak salah.

    Liked by 1 person

    1. Hehehe betul Gara, yang penting menikmati dulu. Bagaimana mau menulis bagus kalau belum ketemu nikmatnya. Itu modal pertama untuk mulai menulis lagi. Dan kalau masih ingat salah satu bagian yang dibicarakan oleh Agustinus Wibowo di SMESCO minggu lalu adalah menulis saja dulu tanpa aturan agar mencintai proses menulisnya, setelah itu dengan berjalannya waktu mulai belajar untuk meningkatkan kualitas tulisan.

      Menulis khan masalah komunikasi, jadi hal penting yg pertama harus diingat adalah unsur komunikatifnya. Aku jadi ingat salah satu kutipan dari Ernest Hemingway: “Prosa adalah arsitektur, bukan desain interior”. Jadi rancang bangunnya yg terpenting, bukan sekedar hiasannya.

      Tulisan Arab Pegon itu tulisan yg menggunakan huruf Hija’iyyah (Arab) tapi bahasanya Melayu atau Jawa. Ditambah sedikit modifikasi untuk menyesuaikan dengan bebunyian yg tidak ada dalam bahasa Arab, seperti untuk huruf c, -ng-, p, e pepet dan sebagainya. Huruf Pegon ini sepertinya mulai digunakan ketika Islam mulai memasuki Nusantara. Sampai sekarang masih dipelajari dan dipakai khususnya di kalangan pesantren-pesantren.

      O iya aku jadi ingat pas ke Museum Nasional kemarin, di bagian khasanah Emas, aku lihat satu kipas yg terbuat dari emas, dan di permukaannya ada tulisan menggunakan huruf Pegon yg menerangkan tentang seorang Raja Melayu yg mengaku datang dari Bukit Siguntang dan keturunan dari Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great).

      Nah orang Bali pasti bisa Hanacaraka juga. Sama kok sebenarnya, cuma di Bali gak ada aksara dha dan tha. Plus aksara Bali lebih bulat dan cantik mirip ukiran. Hahahaha … Psstt rahasia ya, kalau ada yg bisa ditangkap dari situ 😊

      Liked by 1 person

      1. Iya ya Mas, soal cara menulis bagus adalah izinkan diri untuk menulis jelek :)).
        Oooh, mungkin mirip dengan kasus huruf Palawa ya Mas, antara huruf dan bahasanya berbeda dan ada penyesuaian sedikit dengan situasi di dalam negeri :hehe.
        Oh kipas itu, ya saya ingat juga di bagian Melayu, terima kasih buat ceritanya Mas :hehe.
        Sampai aksara Sasak juga pakai hanacaraka Mas :hihi, bedanya juga sama sih, di goresannya. Mungkin ini juga salah satu bukti kalau budaya dari Jawa Tengahan sampai Lombok ada hubungannya :)).
        Kayaknya curhatan ya Mas :hihi.

        Liked by 1 person

      2. Betul, izinkan diri sendiri untuk menulis jelek pada awalnya.

        Nah kalau huruf Palawa aku malah gak kenal, buta aku di depannya. Makasih infonya Gara, berarti kurang lebihnya sama ya prinsip penyerapannya ke dalam budaya kita.

        Pasti ada hubungannya, paling tidak khan pada masa itu mereka saling surat menyurat. Dan berbagi kitab-kitab suci, hmmm ya gak sih? 😊

        Hahha ya begitulah, curhatan pribadi untuk diri sendiri. Bahasanya lebih personal, dan mungkin menye-menye hahahaha. Tapi ada juga sih yang agak-agak serius. Itu tempat aku nulis jelek lah pokoknya 😄

        Liked by 1 person

  3. bener banget, faktor suka baca biasanya timbul motivasi untuk menulis. Bacaan bukunya menarik ada Malcolm X segala

    btw, numpang baca dan mampir

    Liked by 1 person

    1. Biasanya sih begitu, paling nggak lebih mudah menyusun kata. Ooo iya itu biografinya Malcolm X, menarik deh. Silahkan baca-baca Mi.

      Terimakasih sudah mampir baca dan tinggalkan jejak. Sering-sering mampir yaaa 😊😊

      Like

  4. Thanks bro..utk memotivasi gw utk nulis lagi. Kayanya gw jadi males nulis ketika sosmed mulai naik daun. Sblm ada fb dan sebangsanya, gw lumayan rajin nulis d blog, dulu di multiply dll. Thanks tips2nya bro smg gw bs rajin nulis lg..

    Liked by 1 person

  5. Pasca MP tewas hampir setahun aku gak nulis. Rasanya udah nyaman banget di MP. Tapi belakangan bersyukur karena banyak dapet temen baru. Temen-temen berprestasi nan kreatif tiada tara 🙂

    Lumayan termotivasi jadinya.

    “Jika kau bukan anak raja atau ulama besat, maka menulislah” lupa qoute dari mana.

    Liked by 1 person

    1. Memang masa-masa MP itu menyenangkan. Seru dan banyak ‘drama’ nya. Postingan tentang apa, komennya tentang apa ya haha…

      By the way, bagus tuh quote nya Yan.

      Like

  6. Postingan ini jadi pengingat banget untuk kembali produktif menulis. Thanks, Bart.

    Dulu waktu belum kenal blog, aku nulis diari dengan karakter huruf yang dibikin sendiri. Jadi nggak bisa dibaca sama orang. Sekarang malah lupa. 😆

    Liked by 1 person

      1. Tsunami? So sorry to hear that. Berarti rahasia-rahasiamu terkubur di lautan ya Cit. Ayo diving, siapa tahu ketemu lagi hehehe …

        Like

  7. *manggut2 takzim*

    terima kasih sharingnya. akhir-akhir ini aku sedang ada dalam fase kurang produktif nulis, baik untuk blog maupun media lain. jadinya nggak dapat uang jajan tambahan deh… #eaaa #malahcurhat #abaikan

    problem paling sering dihadapi adalah ketika pulang ngetrip, langsung masuk kantor, deadline laporan numpuk, ada invitation jalan2 lagi, lalu jalan lagi, padahal trip sebelumnya belum ditulis. hiks. begitulah.

    tapi baca ini jadi semangat lagi rutin nulis. ganbatte! 😀

    Liked by 1 person

    1. Nah kalau gitu, undangan jalan-jalannya dibagi-bagi ke aku lah kaaaak. Biar kak Fahmi punya waktu buat nulis hehehehe #eeaa #malahngarep

      Ayo semangat lagi! 😊

      Like

  8. Tips yang handal! Banyak membaca juga membantu sekali dalam proses inspirasi…
    kalau daku masalahnya di waktu..hiks, kadang ingin punya waktu lebih hanya untuk nulis…susah, masih harus memerah keringat demi segengam euro 😀 😀

    Liked by 1 person

    1. Tapi memang waktu kendala yang gampang-gampang susah untuk disikapi. Karena memang menulis butuh waktu, kadang aku bisa seharian untuk membuat satu tulisan, termasuk artikel satu ini hehe

      Like

  9. Bagus nih tipsnya. Memang paling susah itu pas mau mulai nulis, nyari idenya. Tapi kalo udah ketemu dan udah mulai satu dua kalimat ntar bakal ngalir sendirinya. Bisa gw kalo udah mentok, save trus lanjut besok lagi, mana tau ketemu inspirasi hehhe

    Liked by 1 person

  10. Saya dulu punya buku harian. Karena tinggal dalam keluarga yg anggotanya suka usil, suka ngintip catatan pribadi orang, habis itu diomongi pada orang sekampung, buku itu saya tulis dengan sandi Morse. Nah sekarang saya lupa cara membaca sandi itu, jadi buku harian itu sekarang cuma Allah yg bisa baca.

    Saya pikir kesukaan saya menulis di blog berasal dari kebisaan menulis catatan harian. Karena dibaca banyak orang menulisnya perlu pakai pencitraan. Maksudnya yg bermanfaat saja bagi orang lain sementara yg personal disimpan di hati saja. Nah menulis dengan mengurangi sentuhan personal begini, buat saya, lebih susah. Makanya updatenya blognya tidak sesering yang saya mau. Maunya satu hari satu pos gitu 🙂

    Like

    1. Waduh serem banget kalau isi buku harian diceritain ke orang sekampung hehehe. Tapi lucu juga, sampai lupa isi buku hariannya sendiri. Dan kayaknya banyak di antara kita yang punya buku harian bersandi gitu ya ni? 🙂

      Tapi tulisan uni, termasuk kental kok sentuhan personalnya.

      Like

    1. Dan aku harus belajar juga dari mas Cumi. Dengar-dengar mas Cumi kalau nulis postingan cuma lima menit yaaa? Walaupun ngewarnain hurufnya bisa sampe 2 jam hehehe … Peace mas 😁

      Like

  11. Baru tahu ada blog kece. Keren bin paten tulisannya. Begitu juga semangatnya.

    Saya percaya dengan orang-orang yang bermimpi dan bekerja keras.

    Sebagian orang beranggapan, menulis itu gampang. Padahal, astaga, menulis sama halnya pekerjaan yang lain. Butuh kreativitas, ketekunan, konsistensi, profesionalisme.

    Semuanya satu-satu menjadi sebuah tekad.

    Liked by 1 person

    1. Terimakasih, masih harus banyak belajar juga ini 😊😊

      Betul, saya setuju. Dan memang dibutuhkan totalitas untuk menghasilkan tulisan yang bagus dan bermanfaat.

      Like

  12. pantes tulisan-tulisannya menarik, ini tho sedikit rahasianya. Aku pun mulai aktif menulis lagi sejak akhir tahun 2015 ini dan serasa menemukan kembali cara menulis versi diri sendiri. Sempat vakum menulis hampir setahunan gitu karena males. Kalau dilihat-lihat lagi saat awal-awal menulis, sangat terlihat hal-hal yang mesti dibenahi kedepannya dan aku belajar dari tulisanku yang lalu itu agar lebih baik. Untuk bisa menulis dengan baik, setuju sekali jika dibarengi dengan banyak membaca buku dan tentunya juga banyak menulis. Tipsnya bermanfaat.

    Liked by 1 person

    1. Menjaga semangat nulis itu memang kadang-kadang tantangan tersendiri ya mas. Dan memang memulai kembali setelah lama vakum -dalam hal apapun- itu menjadi perjuangan yang tidak mudah terkadang, tapi kalau kita suka atau cinta, insya Allah pasti bisa. Tetap semangat menulis ya mas.

      Alhamdulillah kalau tulisan ini bisa memberi manfaat 🙂

      Like

  13. Aku ket berangkat nang Kashmir, Nepal sampe totok Indonesia (saiki) durung nulis blasss. Pas iki ape nulis, moro2 nggak isok ngerangkai kata, Duh! Akhire nyasar nang tulisanmu iki.

    Baiklah, tak buka buku buku lama. Masalah e aku nek wis moco lali sembarang, hehehe #kakeanlasan

    Liked by 1 person

    1. Hahaha abis keasikan main video mulu sih ya akhir-akhir ini. Tapi wis aku percoyo, dirimu cuma butuh waktu aja kok mbak. Bentar lagi pasti udah lancar lagi nulisnya 😊😊

      Like

  14. Fix, mulai hari ini aku mutusin buat ngefans sama kamu kak, hehehe
    Kapan-kapan kita ketemuan yuk, ngopi-ngopi
    Pengen belajar lebih banyak 😆

    Emang susah banget mulai nulis lagi setelah lama vakum
    Dan itu kurasain sendiri
    Otak ini berkarat kak

    Liked by 1 person

    1. Duuuh, aku kaya ketiban dollar sekarung ini. Yg ngaku ngefans itu orang yg aku juga ngefans ke dia. Tulisanmu itu lho juara bahasa dan caranya.

      Boleh banget, kapan-kapan kita ketemuan dan saling berbagi pengalaman 😊

      Like

  15. Saat ini, udah 7 tahun setelah tulisan kakak. Aku ada di fase udah lama banget nggak nulis, masih sempetin baca, pengen banget nulis lagi, dan meraba entah mau mulai dari mana.

    Iseng searching “mau nulis lagi mulai dari mana” scroll scroll dan ketemu blog kakak ini..
    Pas baca ‘traveling’ hatiku bergetar, tapi seketika melemah. I love traveling, tapi situasi kondisi tidak memungkinkan.

    Tapi makasih banyak ya kak, dari alinea itu terbesit di benakku, sepertinya aku bisa nulis tentang dunia kerjaku. Musik, band, nyanyi, lagu, bla bla bla oh thank you so much kak Bart it mean so much to me… God bless you

    Like

Leave a comment