Nepal (2): Welcome to Nepal

Saya teringat pada suatu sore di Gili Trawangan, di bulan Oktober 2013. Travelmate saya melontarkan satu ajakan, “kita jalan ke Nepal yuk?”

Dengan spontan saya cuma menjawab, “Nepal?”

Saya tidak menolak, tapi juga tidak merasa tertarik.

Dan entah dapat ide darimana, tiba-tiba sebulan kemudian, secara impulsif, saya membeli tiket Jakarta-Kathmandu pp, untuk perjalanan di bulan Desember 2013. Sejak itu, saya langsung melakukan riset singkat. Mau eksplor apa saja, mau menginap dimana, jalan kemana saja, caranya bagaimana dan naik apa. Sedetail-detailnya. Termasuk membuat perkiraan biaya yang harus disediakan selama di Nepal. Dan ini adalah salah satu proses yang sangat saya nikmati sebelum traveling.

Dari riset singkat itu, saya akhirnya tahu bahwa bulan Desember adalah masa dimana Nepal sedang berada dalam musim dingin. Meskipun saya tahu bahwa Himalaya berpuncak salju, saya sama sekali tidak membayangkan bahwa Nepal akan terlalu dingin. Pun, karena saya membaca info, bahwa salju jarang turun di lembah Kathmandu.

Dengan membeli satu set long-john dan berbekal syal, sarung tangan, jaket-musim-dingin-berisi-bulu-angsa pinjaman, saya yakin akan bisa survive di Nepal. Dan nantinya saya belajar, bahwa itu saja tidak cukup. Perlu satu hal lagi untuk bisa survive dengan musim dingin di Nepal. Yaitu KETABAHAN!

Antara Jakarta dan Kathmandu

Saya melukiskan perjalanan dari Jakarta menuju Kathmandu, penuh dengan sensasi antara melayang dan semangat. Melayang bukan karena terbang, tapi karena saya sama sekali belum tidur di malam sebelum keberangkatan. Entah kenapa, saya lagi dan lagi terjebak dalam last-minute-packing-drama. Rasa-rasanya kalau gak begitu, ya gak afdhol.

Perjalanan dari Jakarta menuju Kathmandu, saya tempuh kurang lebih selama sepuluh jam. Itu sudah termasuk transit di Kuala Lumpur selama empat jam.  Dengan menumpang maskapai Air Asia.

02C
Suasana antrian di ruang tunggu keberangkatan LCCT Kuala Lumpur.

Transit selama empat jam di LCCT Kuala Lumpur, tidak terasa lama karena saya habiskan sembari online dengan memanfaatkan WiFi yang tersedia, dan mengobrol. Kantuk akibat kurang tidur di malam sebelumnya, seperti hilang karena saking bersemangatnya membayangkan Kathmandu.

Begitu pesawat mengudara, perasaan melayang akibat kantuk yang tertunda mulai mendera, dan meminta jatah untuk dipenuhi. Sementara saya merasa tidak nyaman dengan kursi kabin yang sandarannya kurang cocok untuk tidur pulas itu. Dalam keadaan seperti itu, pikiran saya justru mengawang kemana-mana. Tertidur dengan was-was karena membayangkan terbang di antara celah-celah gunung yang tinggi.

Sisa perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Kathmandu itu begitu melelahkan. Ditambah dengan tetangga samping duduk saya, yang tidak bisa tenang. Dia terus menerus kikuk memperhatikan daratan yang tenggelam di balik awan, menggenggam passport dan dokumen-dokumennya sepanjang perjalanan, berulang kali bolak-balik ke toilet, dan berdiri di bangku tengah, sehingga diperingatkan oleh pramugari dan penumpang lainnya. Sepertinya, ia adalah orang Nepal yang menjadi buruh kerja di Malaysia, dan dalam perjalanan pulang ke negaranya.

Saya mulai terbebas dari twilight zone, ketika crew pesawat mengumumkan bahwa kami akan segera mendarat di Kathmandu. Cuaca terlihat cerah, meskipun daratan belum bisa kami lihat karena tertutup oleh awan yang merata.

Demam saya hilang dan semangat mulai muncul mengalahkan kantuk, begitu pesawat berhasil keluar dari awan. Lembah Kathmandu yang berwarna kecoklatan dan ditumbuhi oleh vegetasi hijau berlapis debu mulai terlihat samar. Tidak terlalu jelas, karena kabut debu cukup banyak menyaput. Bahkan deretan pegunungan Himalaya pun, tidak bisa kami amati.

Ketika pesawat terbang semakin rendah, saya bisa melihat sebaran bangunan berbentuk kubus-kubus yang bertumpuk dan berserakan tidak beraturan memenuhi lembah Kathmandu. Dengan warna yang serupa, bertonasi coklat tanah dan turunannya.

Meskipun tadi melalui jendela pesawat saya melihat matahari sore bersinar cukup terik, pada kenyataannya suhu udara sama sekali tidak hangat. Memori logika saya yang terbiasa hidup di negara tropis, mulai dikacaukan di sini.

Tribhuvan International Airport

Entah bagaimana cara menggambarkan dengan tepat impresi pertama saya terhadap Bandar Udara Internasional utama Nepal ini. Kata jelek rasanya terlalu ofensif, karena memang tidak jelek seandainya berada pada masa yang tepat. Mungkin lebih cocok dibilang agak tertinggal.

Bandara yang namanya diambil dari nama salah satu Raja Nepal ini, bangunannya didominasi oleh warna coklat kemerahan. Dengan dinding luarnya yang dilapisi oleh batu bata. Dari jauh, bangunan ini serupa kotak besar. Layaknya bangunan kubus yang tersebar merata di lembah Kathmandu. Hanya saja ukurannya lebih raksasa.

IMG_3228
Traveler dalam lorong kedatangan Bandara Tribhuvan, menuju Immigration Check Point.

Begitu memasuki bagian dalam bandara, nuansa ketinggalan jaman semakin terasa. Seperti terlempar ke Indonesia jaman tahun enam puluhan (padahal saya juga tidak tahu, seperti apa Indonesia di jaman itu. Sok tahu aja sih hehe). Tone interior bandara itu, hampir serupa dengan bagian luarnya, warna tanah. Sementara debu tipis melapisi lantai, dinding, perabotan bahkan sampai ke bagian atasnya. Namun begitu, rombongan turis yang mengantri bersama saya, terlihat melimpah ruah.

Visa on Arrival

Nepal masih memberlakukan visa bagi pemegang passport Republik Indonesia dan beberapa negara lainnya, yang ingin berkunjung kesana. Dan pengurusan visa ini bisa dilakukan di bandara ketika pertamakali kita datang, alias Visa on Arrival.

IMG_3230
Immigration Check Point.

Meskipun pace nya agak lambat, namun cara pengurusannya tidak terlalu rumit. Satu-satunya hal yang agak membingungkan adalah, karena tidak adanya petunjuk yang jelas untuk pengurusannya di bandara. Cukup kejelian kita saja dalam melihat papan petunjuk loket dan aliran pengunjung lain, yang akan membantu kita. Selain ada satu dua petugas yang bisa kita tanyai.

Tata cara pengurusannya kurang lebih seperti ini:

  • Siapkan dokumen, persyaratan dan uang yang diperlukan: passport yang legal dan masih berlaku, pas foto 4×6 satu lembar, dan uang dalam bentuk dollar Amerika sesuai dengan masa kunjungan yang akan kita ambil. Waktu itu saya membayar USD 25 untuk visa dengan masa kunjungan maksimum 15 hari.
  • Ambil dan isi form permohonan visa yang tersedia di bandara. Letaknya dimana? Tanya saja pada petugas bandara, atau amati aliran wisatawan lainnya. Agak tricky, karena letaknya kurang eye-catching. Tapi kalau mau praktis, download dulu dari internet dan isi sebelum keberangkatan.
  • Lalu mengantrilah pada loket pembayaran visa. Disini, kita hanya perlu membayarkan sejumlah uang sesuai dengan visa yang akan kita ajukan. Dan akan mendapatkan nota bukti pembayaran.
  • Setelah itu, pindah antrian ke loket permohonan visa. Perhatikan baik-baik: bahwa setiap loket berbeda-beda, sesuai dengan visa yang akan diajukan. Ada loket untuk visa 15 hari, 30 hari dan 60 hari.
  • Di loket permohonan visa ini nanti kita serahkan semua dokumen dan persyaratan yang sudah kita siapkan sebelumnya, bersamaan dengan nota bukti pembayaran visa dan form kedatangan (yang biasanya selalu diberikan di dalam pesawat atau bisa diambil di bandara).
  • Setelah itu berdoalah, semoga tidak ada masalah.
IMG_3909
(Kiri) Nota Bukti Pembayaran VoA Nepal. (Kanan) Visa Nepal pada Passport saya, untuk kunjungan selama maksimum 15 hari.

Dari pengalaman saya, petugas-petugas bandara di Nepal termasuk ramah-ramah. Begitu juga dengan petugas imigrasi yang melayani permohonan visa. Meskipun mereka bekerja dengan pace yang lambat, tapi mereka sangat ramah. Mungkin yang paling ramah, dari semua petugas imigrasi bandara yang pernah saya temui. Sumpah!

IMG_3914
Finally, Namaste Nepal!

Seorang petugas imigrasi berusia hampir lima puluhan melayani permohonan visa saya sore itu. Hal yang paling saya ingat dari beliau adalah: topi yang dikenakannya seperti peci Indonesia dengan motif geometris dan berwarna cerah menarik, serta wajah Asia Selatannya yang mirip Anupam Kher (bintang film India).

“Aaaah Indonesia?!”, tanyanya memastikan, sambil tersenyum.

Yes sir, Indonesia”

Ia sedikit lama memeriksa dokumen-dokumen yang saya serahkan, menempelkan sesuatu pada passport saya. Dan mencapnya.

Welcome to Nepal, we wish you enjoy your visit here!”, ujarnya sambil tersenyum lebar.

Dhanyavad*, sir. Namaste!”

Namaste!”

Dan saya resmi memasuki Kathmandu, Nepal 🙂

Dhanyavad = terimakasih

=================================

Tips & Tricks:

  1. Cek dan perhatikan musim, sebelum berkunjung ke Nepal. Karena pada musim dingin, Nepal bisa menjadi sangat dingin. Begitu pula sebaliknya pada musim panas. Cek bawaan, jangan sampai salah kostum.
  2. Jangan mengandalkan sweater sebagai baju penahan dingin, karena sweater merupakan rajutan woll. Gunakan sweater sebagai pakaian pelapis saja. Jaket musim dingin dan long-john adalah keharusan.
  3. Nepal adalah negara miskin yang melakukan penghematan terhadap penggunaan listrik, jadi jangan terlalu berharap ada penghangat ruangan. Membawa sleeping bag yang cukup hangat akan sangat membantu untuk tidur.
  4. Meskipun mereka tidak punya penghangat ruangan, umumnya penginapan menyediakan wadah pengkompres berisi air panas dari karet. Tanyakan, dan bisa ambil airnya dari keran.
  5. Meskipun bandara menyediakan photo-booth dan form aplikasi visa. Jauh lebih baik kalau itu semua sudah dipersiapkan sebelum keberangkatan, karena antrian di bagian Imigrasi cukup panjang dan lama.
  6. Membawa bantalan leher untuk sandaran di kursi, akan sangat membantu untuk beristirahat lebih baik selama di penerbangan (karena total waktu tempuh Jakarta – Kathmandu, kurang lebih enam jam).

(bersambung)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

57 thoughts on “Nepal (2): Welcome to Nepal

  1. Ah, Nepal… negara yang sederhana, tapi kesederhanaannya justru membuat siapa saja yang ada di sana berasa sangat tenteram ya Mas :hehe. Bandaranya tampak bersih, dari gambar-gambar yang saya lihat di sini. Dinding yang cuma terbuat dari bata merah malah menjadikan kesan tersendiri yang cukup unik, lagi-lagi disajikan dengan sederhana. Dan, para petugasnya pun ramah-ramah :)). Pergi ke sana agaknya bisa membuat kita ikut melambatkan pace dan akhirnya lebih menikmati hidup ya Mas :)).

    Liked by 1 person

    1. Iya, betul Gara. Secara keseluruhan pun aku merasa sangat aman selama jalan di sana, kontras dengan negara tetangganya India. Orang-orang Nepal lebih ramah dan bersahabat, mereka benar-benar mengesankan.

      Liked by 1 person

  2. BBrp waktu lalu baca tulisanmu ttg Nepal dan Nepal bikin kepingin tingkat tinggi… Trus kali ini proses VOA Nepalnya, penjelasan step by stepnya membantu banget. *komat-kamit doa AA buka promo KL-Nepal lagi* 😀

    Liked by 1 person

    1. Semoga bermanfaat ya Lim. Amiiiin, kalau ada info promonya aku dicolek juga ya. Soalnya pengen kesana lagi. O iya, info tambahan: waktu terbaik mengunjungi Nepal adalah Oktober – November atau Maret – April. Suhu nya pas dan langit nya bersih di bulan – bulan itu, jadi bisa menatap Himalaya dari tengah Kathmandu sekalipun 😊

      Liked by 1 person

    1. Amiin amiin, iya datanglah ke Nepal. Kunjungan kita akan membantu mereka untuk me-recover Nepal paska gempa. Rekomendasinya Oktober – November atau Maret – April ya untuk musim terbaiknya 🙂

      Like

  3. I’m happy to inform you bahwa sekarang pengurusan visa on arrival di bandara Tribuvan Kathmandu jauh lebih mudah. Tidak perlu bawa pas foto lagi, dan tidak perlu mengisi formulir secara manual lagi karena sekarang sudah ada 4 mesin aplikasi visa. Di mesin itulah paspor kita di-scan, kita mengetikkan beberapa informasi yang dibutuhkan dalam e-formulir, dan foto kita diambil dengan menggunakan kamera yang terpasang di mesin. Lalu mesin akan mengeluarkan resi yang kemudian kita bawa ke loket untuk kemudian dilakukan pembayaran. Setelah pembayaran langsung saja menuju antrian imigrasi. Selesai!

    Dan memang betul petugas di bandara ramah-ramah. Tapi area baggage claimnya cukup chaotic sih, karena jumlah conveyor beltnya terbatas, areanya juga gak luas, dan kalau pas lagi berbarengan dengan kedatangan banyak maskapai lain siap-siap aja untuk menunggu agak lama.

    Liked by 1 person

    1. Wah asik banget nih, dalam dua tahun mereka mengalami kemajuan yang pesat banget berarti. Jadi tinggal lenggang kangkung aja ya kalau mau ke Nepal. Btw, yang ngantri di mesin itu gimana Bam, parah gak?

      Like

      1. Mesti gitu sih secara mereka sangat bergantung sama sektor pariwisata. Ngantrinya cuma bentar kok, gak sampe 5 menit ngantri di mesinnya. Dan kalaupun bingung mengoperasikan mesinnya, ada petugas yang siap bantu.

        Liked by 1 person

      2. Tapi mungkin sebaiknya tetep bawa pas foto kali ya berhubung mesinnya baru, sambil terus dicek update-an dari orang-orang yang baru aja ke Nepal — pengalaman di Indonesia kalo mesin baru dan canggih belum tentu bertahan lama. :p

        Liked by 1 person

      3. Pastinya Bama, itu juga yang aku khawatirkan, mengingat mesin itu pasti pakai tenaga listrik khan? Sementara di Nepal listrik nya sering “byar pet” hahaha

        Like

      4. Barusan baca salah satu blog yang aku follow. Di bandara Nepal ternyata disediakan studio foto buat yang lupa bawa pas foto. Mereka sangat memudahkan orang untuk datang ke negaranya ya.

        Liked by 1 person

      5. O iya, kalau itu memang sudah ada sejak lama. Semacam photo booth gitu, sebenarnya mereka lumayan mengakomodir kebutuhan pengunjung, terlepas dari segala kesederhanaannya ya 🙂

        Like

  4. Infonya membantu sekali, terutama kondisi bandara. Saya berangkat 16 April 2016. Sekitar seminggu, dan akan menghabiskan lebih banyak waktu di Pokhara. Apakah ada saran dan tips cari makanan yg cocok di lidah orang Indo? Apa makanan khas di Nepal yg harus dicoba?
    Terima kasih

    Liked by 1 person

    1. Hallo mbak Ina, sebenarnya semua yg ditanyakan ini sudah saya posting di serial Nepal ini. Mbak Ina bisa baca di kelanjutan kisah2 saya tentang Nepal. Untuk mempermudah, mbak Ina bisa mengklik menu di blog saya pada bagian Travelogue, lalu pilih sub menu Nepal.

      Untuk makanan Nepal, menurut saya kalau kita terbiasa dan cocok dengan masakan Minang maka tidak akan ada masalah dengan masakan Nepal karena rasanya hampir mirip.

      Semoga bisa membantu yaaa

      Like

  5. Halo!
    Saya rencana ke Nepal 30 april-12 mei nanti. Kalau boleh share perlengkapan apa aja ya yg kira2 crucial untuk dibawa dari Indonesia, maklum bukan anak gunung sejati tapi pengen bgt jelajah Nepal :). Boleh share email untuk tanya2 kah? Mas Bartzap dan mas Bama?

    Liked by 1 person

    1. Halo juga. Nah ini kalau soal perlengkapan sih, tergantung dari tipe perjalanannya dan mau kemana aja. Kalau cuma di dalam kota aja sih gak ribet, kecuali kalau mau trekking ya, itu beda cerita.

      Saya rasa April – Mei itu sudah masuk musim semi, jadi suhu udara di Nepal gak terlalu dingin seperti waktu aku ke sana bulan Desember 2013 (winter). So ya paling bekal baju biasa aja.

      Ini email saya: bartzap.bartzap@gmail.com

      Like

  6. Hii…
    Aku mo nanya nihh..Aku rencananya sih pengen jalan2 ke Nepal sekalian jumpa kawan disana. tapi Aku bingung alnya aku englishnya pas-pasan aja..gmn donk
    Oh ea tadi aku uda banyak baca2 sih and aku ada terbaca katanya bisa ambe atopun isi formulir voa dari Indonesia katanya biar ga nunggu lama klo atrian banyak…gimana cara ngedapatin formulirnya ea..
    Thanks..

    Liked by 1 person

    1. Hai Dian, untuk ke Nepal gak butuh bahasa Inggris yang canggih-canggih kok. Asal bisa mengkomunikasikan kepentingan dasar rasanya cukup. Dan kalau gak terlalu jago pun, insya Allah bisa survive. Karena sepengalaman saya, banyak juga turis dari Negara lain yang gak terlalu jago bahasa Inggris tapi mereka bisa jalan kemana-mana.

      Dari kabar terakhir, untuk aplikasi VoA sekarang lebih mudah. Gak perlu lagi bawa foto dan isi form terlebih dahulu, karena di sana sudah ada mesin untuk itu. Tinggal masukkan data-data yang dibutuhkan (nomor passport, nomor penerbangan, dan detail penginapan) maka nanti akan keluar semacam struk untuk selanjutnya tinggal melakukan pembayaran dan antri di immigration clearance. Tapi kalau masih ragu, coba googling form nya dengan keyword “Nepal VoA form”.

      Semoga jawaban saya bisa membantu yaaa 🙂

      Like

      1. Gmn cara nya buat travel ke nepal Dr pertama jelasin dong, cara pembuatan paspor nya gmn jelasin dong plz penting bgt, soalnya aq mau jumpa anak aq dsana. Thanks

        Liked by 1 person

      2. Silahkan dibaca lengkap postingan tentang Nepal ini, saya ceritakan banyak hal kok di dalamnya.
        Passport atau visa nih? Untuk pembuatan passport bisa langsung cari tahu di kantor atau website Keimigrasian Indonesia.
        Di situ dijelaskan dengan gamblang tata cara dan persyaratannya.

        Sedangkan untuk Visa on Arrival Nepal, ada di dalam postingan ini dan selanjutnya. Mudah kok, dan pengurusannya langsung dilakukan di Bandara Tribhuvan Nepal.
        Semoga cukup membantu yang info dari saya 🙂

        Like

    2. Hi mbak Dian, saya juga ada plan ke nepal tp awal tahun depan dgn tujuan Gheropani expedition (Annapurna short trek) 3H2M.. Mungkin kita bisa barengan agar bisa sharing cost jeheh. Terimkasih. Regards, Abbas

      Liked by 1 person

  7. Hi..nanya donk..
    Bayar VOA kan $25..
    Kalo kita bayarnya ngasih $100.. ada kembalian gak? Manatau wajib sedia uang pas..
    Makasih koment nya..

    Like

  8. Hi saya udh plg dr Nepal. Benar sekali orang Nepal ramah2 dan jujur, petugas bandara jg helpful walopun bandaranya minimalis. Mesin aplikasi visanya sangat membantu sekali untuk mempersingkat antrian. Bayar visa pakai mata uang apa saja bisa dan kembalian dikonversi ke rupee mereka. Waktu itu krn sy terbang dr Singapore sy byr pake SGD ga ada masalah. Tapi yg sabar antri bagasi ya. Ga ada screen yg nunjukin conveyor belt dr flight mana. Harus manjat trolley biar keliatan mana koper kita, dan 45 menit sampe 1 jam pertama, conveyor belt akan didominasi LCD TV bawaan para Tenaga Kerja Nepal dr Malaysia. Jd yg sabar 🙂

    Liked by 1 person

    1. Hai Ina, terimakasih sudah nambahin info di sini ya. Kebetulan kemarin ada yang nanyain soal kembalian hehehe …

      Alhamdulillah, senang dengar pengalamanmu di Nepal menyenangkan 🙂

      Like

      1. Halo…saya juga pulang dari Nepal baru-baru ini. Bener bgt, Nepali ramah2 dan helpfull bgt. Soal uang kembalian itu ga usah khawatir, wkt itu gw jg bayar pake usd 100 (karena blm sempet nuker dan mmg adanya yg itu). Petugasnya sempet nanya, gw bawa mata uang yg lain ga? Karena emg cuma usd yg dipunya, Petugasnya mau nyariin kembalian. Hehehe. Tapi ya kalau punya uang pas lebih baik lagi.

        Bandaranya mmg minimalis bgt, Untung ga ada yg masuk bagasi sih. Bawa aja yg perlu2, disana bisa belanja peralatan outdoor dg harga yg mayan banget, jd ga berat2 bawa dari Negara asal 😀

        Liked by 1 person

      2. Iya benar banget. Makasih tips dan info tambahannya. O iya, sewa peralatan outdoor di sana juga murah, banyak pilihan, dan kondisinya bagus. Nepal emang ngangenin yaaa … Petugas imigrasinya paling ramah sedunia 🙂

        Like

  9. Seperti mas dulu, saya juga lagi cari2 informasi karena mau ke Nepal tahun depan. Hihihi
    Oiya, bolehkah bertanya, utk visa on arrival itu akan selalu dilayani sampai penerbangan terakhir kah? Pesawat saya sampai pukul 22.00. karena nggak tahu sampai jam berapa urus visanya, nggak berani booking hotel dulu
    Mohon pencerahannya 😁

    Liked by 1 person

    1. Nah bisa disimak nih cerita berseri saya tentang Nepal, kebetulan sudah lengkap. Siapa tahu bisa bermanfaat 🙂

      Saya rasa untuk VoA akan dilayani sampai dengan penerbangan terakhir, pastinya. Gak usah khawatir, karena sekarang mereka juga sudah punya mesin khusus untuk memprosesnya (bentuknya semacam ATM). Tinggal masukkan data alamat penginapan ke situ, foto langsung di depan alatnya, dan scan passportnya di situ juga. Paling yang lama antri bayar Visa nya saja.

      Saya rasa bisa booking hotelnya juga, coba pakai booking.com untuk booking nya, cari yang bisa dibatalkan (just in case nanti menemukan penginapan yang lebih baik).

      Kalau butuh info tambahan, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya ya 🙂

      Semoga bisa membantu.

      Like

  10. Ah Nepal menjadi wishlist yang masih tertengger di otak gak tau kapan aku realisasikan.. makasih buat penjelasannya yang bener-bener detil, sangat membantu kalau nanti bener2 merealisasikan wishlist ke Nepal

    Liked by 1 person

    1. Hallo Kanya, terimakasih sudah mampir membaca dan tinggalkan komen. Sebenarnya kalau pengen tau detailnya, bisa dilanjutkan untuk membaca tulisan ini. Ada kelanjutannya. Bisa langsung ke bagian Nepal juga, dari menu Travelogues. Ada sekitar 18 cerita berseri di sana.

      Secara ringkas sih, kemarin saya ke: Kathmandu – Nagarkot – Bhaktapur – Pokhara.

      O iya, kalau mau lebih dalam tahu tentang pilihan kegiatan di sana, bisa membaca link ini juga: https://bartzap.com/2016/08/25/9-hal-yang-bisa-dilakukan-di-nepal/

      Semoga info ini bisa membantu yaaa 🙂

      Like

  11. q mau tnya skarang posisi q ada di malaysia kerja sebagai operator, rencananya akhir bulan ini mau ke nepal tpi penerbangan langsung dari airport malaysia tanpa balik dulu di indonesia, kira kira bleh gk ya q ke sna pakai pasport pekerja dan buat visa di bandara kathmandu, kira kira nanti ada masalah gk
    ya di imigration airport malaysia,,,
    thank you

    Like

  12. Saya berencana ke nepal bulan depan. Yaitu nov 2017. Kira2 nepal aman gk ya buat solo traveller pemula cewek? Apalgi ini pertama kalinya saya keluar negeri

    Liked by 1 person

Leave a comment