Dive in The Makkah of Macro Photography

Saya berangkat ke Lembeh dengan pengetahuan nol. Sama sekali tidak mempunyai info tentang situs-situs penyelaman di sana. Meskipun saya tahu bagian Utara Sulawesi merupakan salah satu titik surga penyelaman di Indonesia, hanya Bunaken lah yang selama ini saya dengar namanya, selain Gorontalo dengan spons Salvador Dali nya yang mendunia.

Untuk mencapai Lembeh, kami harus berkendara selama satu setengah jam dari Manado menuju kota Bitung, sebagai pelabuhan yang menjadi base penyelaman kami. Menyusuri sisi selatan Gunung Klabat yang dikelilingi oleh vegetasi hijau yang masih cukup rapat. Kesan bersih dan rapi tersebar di sepanjang perjalanan. Bahkan Bitung yang merupakan sebuah kota pelabuhan pun menurut saya sangat bersih, benar-benar menyenangkan.

Pelabuhan-Bitung
Suasana dermaga di Pelabuhan Bitung.

Saya yang terbiasa dengan dermaga-dermaga kumuh dan berair coklat kehitaman di Jakarta, merasa terkesan dengan dermaga Bitung. Airnya sangat sangat bersih dan jernih, sampai-sampai saya bisa melihat dasarnya yang dangkal. Sama sekali tidak tercium bau anyir yang menyengat di udara, meskipun puluhan kapal nelayan bersandar di sekitarnya, serta Tempat Pelelangan Ikan berdiri di lokasi yang sama.

Dermaga-Bitung
Salah satu sisi dermaga di Pelabuhan Bitung.

Surga Muck Diving di Selat Lembeh

Selat Lembeh merupakan sebuah bidang perairan sempit yang memisahkan dataran utama Sulawesi Utara dengan pulau Lembeh. Panjangnya hanya sekitar 15 Km, dengan lebar sekitar 1 – 2 Km. Arusnya cenderung tenang, dengan suhu perairan yang hangat sepanjang tahun berkisar antara 24-30 derajat celsius.

Dasar lautnya didominasi oleh pasir vulkanis berwarna coklat kehitaman, dan sebagian kecil yang berpasir putih. Bidang dasarnya cenderung berupa slope landai yang luas, serta tanpa terumbu karang masif. Karena dasarnya yang berpasir, visibility di perairan ini hanya berkisar antara 5 hingga 20 meter saja dalam keadaan terbaiknya.

Dengan ukuran perairan yang tidak terlalu luas, ternyata situs penyelaman yang ada disini jumlahnya puluhan. Bahkan terkesan berjejalan karena jaraknya yang berdekatan.

Lembeh Dive Sites
Peta Situs-situs Penyelaman di Selat Lembeh (sumber: Intisari Online).

Dalam dunia penyelaman, Selat Lembeh dikenal sebagai situs muck diving (penyelaman di situs berdasar pasir) terbaik di dunia.

Diuntungkan oleh arus yang mengalir dan ditunjang oleh nutrient dari substrat yang kaya mineral, Selat Lembeh memiliki mahluk-mahluk yang tidak biasa serta beberapa spesies eksotis yang tidak terdapat dimanapun.

Dive-in-Lembeh
Saya sedang mendokumetasikan sejenis Cuttlefish (Sepiida) di situs penyelaman Jahir. (foto oleh: Shinta Juwita)

The Makkah of Macro Photography

Dibutuhkan waktu sekitar 10 menit perjalanan dengan boat dari dermaga pelabuhan Bitung untuk sampai di situs penyelaman pertama, yang bernama Bianca. Segera setelah entry, samar-samar saya mulai melihat dasar Selat Lembeh yang berwarna kelam. Visibility saat itu berkisar antara 7 – 10 meter saja, dikarenakan arus yang sedang mengalir di dasarnya yang berpasir.

Secara visual situs penyelaman tersebut sama sekali tidak menarik, terutama untuk orang-orang yang terbiasa snorkeling. Karena hampir tidak ada karang-karang indah dan ikan-ikan berukuran besar yang berlalu lalang. Namun setelah beberapa saat mengeksplor dasarnya, saya mulai menjumpai keindahan yang disembunyikan oleh Selat Lembeh.

Lembeh Bianca
Mahluk-mahluk dasar Selat Lembeh.

Selama 54 menit penyelaman pertama saya mencatat terdapat Red Lionfish (Pterois volitans), Orange Painted Frogfish (Antennarius pictus), Oriental Flying Gurnard (Dactyloptena orientalis) dan Birdbeak Burrfish (Cyclichthys orbicularis)  sebagai penghuni dasar situs penyelaman Bianca. Di antaranya merupakan mahluk-mahluk cantik yang berbisa.

Situs-situs penyelaman lain yang kami eksplor di Selat Lembeh setelah Bianca adalah: Pantai Parigi, Jahir, Nudi Falls, dan Nudi Retreat. Ternyata, meskipun Selat Lembeh didominasi oleh dasar berpasir kelam, ada beberapa situs penyelaman yang dipenuhi oleh karang-karang sehat seperti yang terdapat di Pantai Parigi.

Pantai-Parigi
Karang-karang sehat di Pantai Parigi.

Selama dua hari dan satu malam penyelaman, saya mengamati banyak mahluk-mahluk laut yang menarik di Selat Lembeh. Berikut adalah beberapa di antaranya yang sempat saya dokumentasikan dan catat keberadaannya:

  • Painted Frogfish (Antennarius pictus): ikan yang sekilas mirip hewan purba ini memiliki penampilan yang keras sekaligus cantik. Dengan panjang berkisar antara 10-16 cm, keseluruhan tubuhnya didominasi warna cerah menyala, dengan spot-spot bergaris halus yang tersebar di kulitnya. Ikan ini termasuk golongan Antennariidae, atau ikan yang memiliki antena yang berfungsi sebagai umpan penarik mangsa. Sebagai predator, ikan ini bersifat penyergap. Dimana mereka akan diam sembari memasang umpannya, dan tiba-tiba menyergap mangsanya yang tertipu. Frogfish jenis ini biasanya merupakan hewan benthos, alias hidup di dasar laut. Meskipun dapat berenang, ikan jenis ini sering terlihat berjalan dengan siripnya yang menyerupai tangan. Yang menyenangkan dari ikan satu ini adalah pembawaannya yang tenang ketika didokumentasikan.
Painted Frogfish
Orange Painted Frogfish (Antennarius pictus), sedang mencari makan di dasar berpasir. (sumber: http://www.animal-kid.com)
  • Giant/Commerson’s Frogfish (Antennarius commerson): spesies satu ini merupakan yang terbesar di antara semua golongan Frogfish, dan  bukan mahluk benthos. Daerah ekplorasinya berada di antara bunga-bunga karang (sponge) yang letaknya lebih tinggi dari dasar laut. Gaya hidupnya individual dan hanya berkumpul pada musim kawin saja. Karena penampilannya yang mencolok, saya menemukannya dengan mudah pada waktu melakukan penyelaman malam di situs penyelaman Nudi Falls.
Frogfish-(Antennarius commerson)
Giant/Commerson’s Frogfish (Antennarius commerson) di situs penyelaman Nudi Falls.
  • Scorpionfish (Scorpaenidae): memiliki kekerabatan yang dekat dengan Lionfish dan secara umum ditemukan pada perairan Indo-Pasifik. Scorpionfish merupakan nocturnal-predator, yang aktif di malam hari dan menghabiskan waktu istirahatnya di antara celah-celah karang pada waktu siang. Ikan ini memiliki bisa (venom) yang dapat digunakan untuk membuat pingsan mangsanya, meskipun tak jarang mereka memangsa pula dengan cara menyergap. Bisa (venom) yang dimiliki oleh ikan ini juga dapat membahayakan manusia, mulai dari menimbulkan rasa sakit hingga kematian. Salah satu jenis Scorpionfish yang menjadi idola di Selat Lembeh adalah Ambon Scorpionfish (Pteroidichthys amboinensis), selain jenis Rhinopias yang memiliki warna dan motif yang lebih cantik.
Scorpionfish
Scorpionfish (Scorpionidae) yang sering berada di dasar berpasir. (sumber: http://www.underwatersidney.org)
  • Lionfish (Pterois): Di Indonesia dikenal dengan sebutan ikan Lepu. Berbeda dari Scorpionfish yang sering kali berkamuflase dengan meniru lingkungan sekitarnya, maka Lionfish justru menunjukkan warna peringatan yang tegas untuk mengisyaratkan tingkat racun yang dimilikinya dan membingungkan predatornya. Seperti Scorpionfish, maka Lionfish juga memiliki duri berbisa yang berada pada sirip di punggungnya. Tetapi karena kelenjar bisa/venom nya lebih kecil, maka sengatannya biasanya tidak terlalu kuat. Sangat jarang manusia yang tewas karenanya. Secara alami Lionfish adalah penghuni asli kawasan Indo-Pasifik, namun telah disebarkan ke Pantai Timur Amerika. Karena sedikitnya predator alami di sana, kini ikan ini justru memunahkan ikan-ikan karang asli daerah tersebut, dan mengganggu ekosistem. Para penyelam kini didorong untuk menangkapi Lionfish, bahkan buku resep memasak ikan ini pun telah diterbitkan. Sementara itu para ilmuwan masih mencari jawabannya, mengapa di daerah Indo-Pasifik ikan ini populasinya dapat terkontrol. Demi dapat mengendalikan invasinya di Atlantik Barat. Beberapa jenis Lionfish yang saya temui di Selat Lembeh adalah: Red Lionfish (Pterois volitans) dan Devil Firefish (Pterois miles).
Red-Lionfish
Red Lionfish (Pterois volitans) di antara karang-karang situs penyelaman Pasir Parigi.
Pterois-miles
Red Firefish (Pterois miles) merupakan jenis Lionfish yang paling umum dikenal.
  • Oriental Flying Gurnard (Dactyloptena orientalis): merupakan bagian dari family Dactylopteridae, yaitu ikan laut yang memiliki sirip dada yang dapat direntangkan. Pada sirip ini terdapat motif menyerupai mata berukuran besar, untuk mengelabui predator dari atas, seolah-olah mereka adalah ikan yang besar. Kata gurnard sendiri berasal dari bahasa Perancis yang artinya mendengkur, karena suara yang dapat mereka ciptakan. Ikan ini mengeksplor dasar laut dengan berjalan pada sirip pelvic nya, sementara sirip lebarnya dapat ditarik untuk meningkatkan kecepatan. Sebutan lain yang sering diberikan pada ikan jenis ini adalah Sea Robin (Burung Murai).
Oriental Flying Gurnard
Tipikal Oriental Flying Gurnard (Dactyloptena orientalis) yang sedang berada di dasar berpasir. (sumber: http://www.pixshark.com)
  • Fingered Dragonet (Dactylopus dactylopus): pejantannya memiliki sirip punggung lebar dengan bagian depan  yang akan mengarah ke depan ketika mereka bergerak. Cabang terdepan dari sirip pelvic nya berfungsi sebagai jari, yang digunakan untuk mengeksplor dasar laut dan menggali makanan, dari situlah mereka mendapatkan namanya. Ikan ini merupakan organisme benthos, yang menghabiskan hidupnya pada dasar yang berpasir.
Fingered-Dragonet
Fingered Dragonet (Dactylopus dactylopus) di situs penyelaman Pasir Parigi.
Fingered-Dragonet-2
Perhatikan perpanjangan sirip benang dadanya, itu merupakan jari yang menjadikan asal namanya: Fingered Dragonet (Dactylopus dactylopus).
  • Clownfish (Amphiprioninae): boleh dikatakan ini adalah salah satu jenis ikan yang paling terkenal, sejak penokohannya di film  Finding Nemo. Dalam bahasa Indonesia ikan ini disebut sebagai Ikan Giru, selain Ikan Badut yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggrisnya. Ikan Giru biasanya bersiombiosis dengan Anemon Laut yang merupakan hewan predator dari ordo Actiniaria. Tentakel sengat dari Anemon memberikan perlindungan bagi ikan Giru -yang imun terhadap sengatannya-, dan ikan Giru menghasilkan kotoran yang menjadi makanan bagi Anemon. Sangat disarankan kepada para penyelam untuk tidak menyentuh Anemon secara langsung dengan tangan telanjang, karena beberapa jenis Anemon seperti Night Anemone (Phyllodiscus semoni) sangat berbisa, dapat menimbulkan nyeri sengat yang lama dan menyebabkan borok.
Ocellaris Clownfish with Purple Anemone
Ocellaris Clownfish (Amphiprion ocellaris) di antara Purple Anemone (Heteractis magnifica).
Pink Skunk Clownfish
Pink Skunk Clownfish (Amphiprion perideraion) di antara Anemon yang menjadi “rumah” nya.
Saddleback Clownfish with Sebae Anemone
Sekawanan Saddleback Clownfish (Amphiprion polymnus) di antara Sebae Anemone (Heteractis crispa).
Pink-Skunk-Clownfish-22
Dua ekor Pink Skunk Clownfish (Amphiprion perideraion) muncul dari balik Anemon.
Night Anemone
Night Anemone (Phyllodiscus semoni) yang dapat menyengat dan berbahaya. (sumber: http://www.aquariumsa.com)
  • Puffer (Tetraodontidae): atau lebih dikenal sebagai ikan Buntal. Meskipun dikenal sebagai ikan yang bergerak lambat, pada saat terancam mereka dapat menggerakkan ekornya untuk bergerak lebih cepat, sementara ketika tidak dibutuhkan mereka menekuk ekornya ke arah samping. Metode pertahanan diri mereka yang paling terkenal adalah menggembungkan dirinya dengan air, dan menampakkan durinya yang pendek namun tajam pada kulitnya. Dipercaya, mereka merupakan hewan vertebrata paling beracun nomor dua di dunia, setelah Golden Poison Frog (Phyllobates terribilis).
Puffer-2
Dua jenis ikan Buntal (Tetraodontidae) di antara karang di Selat Lembeh.
golden-poison-arrow_553_600x450
Dua Golden Poison Frog (Phyllobates terribilis) di atas sebatang kayu, cantik tapi mematikan! (sumber: animals.nationalgeographic.com)
  • Birdbeak Burrfish (Cyclichthys orbicularis): berasal dari ordo yang sama dengan ikan Buntal, yaitu Tetraodontiformes. Sekilas penampilannya mirip dengan ikan Buntal, serta dapat mengembangkan dirinya. Perbedaannya hanya pada duri-durinya yang tegak permanen dan memiliki bintik-bintik kehijauan yang dapat berubah warna pada bola matanya.
Birdbeak-Burrfish
Birdbeak Burrfish (Cyclichthys orbicularis) mengintip dari balik karang pelindungnya.
  • Trumpetfish (Aulostomus maculatus): memiliki bentuk tubuh yang panjang serta ramping, dengan bukaan mulut yang menghadap ke atas. Ekor dan sirip penggungnya berada jauh di bagian belakang. Dengan anatomi yang seperti itu membuatnya sangat sulit untuk dilihat dari arah depan oleh calon mangsanya. Struktur rahangnya dioptimasi untuk membuka secara cepat dan lebar, untuk menghisap mangsanya melalui metode yang dikenal sebagai pipette feeding.
Trumpetfish
Trumpetfish (Aulostomus maculatus) berenang tenang mencari mangsa.
  • Seahorse (Hippocampus): atau Kuda Laut adalah nama yang diberikan untuk 54 spesies dari ikan laut  dalam genus Hippocampus. Hippocampus sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, dimana Hippo berarti kuda dan Kampos berarti monster laut. Hewan ini berada pada ordo phylogenetis yang sama dengan Trumpetfish, yaitu Syngnathiformes, dan memiliki kesamaan karakteristik berupa moncongnya yang panjang. Berbeda dengan Trumpetfish, Kuda Laut memilih Crustacea sebagai makanannya, dan memiliki mata yang dapat bergerak bebas untuk mengamati mangsanya. Kuda Laut adalah perenang yang buruk, dan memiliki ekor yang dapat membelit dan meraih pegangan untuk stabilitasnya. Spesies ini terdaftar dalam status vulnerable oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), terutama karena tingginya permintaan untuk digunakan sebagai bahan obat tradisional.
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Seahorse (Hippocampus) berwarna kuning, sedang mencari makan. (sumber: http://www.wikimedia.com)
  • Bargibant’s Pygymy Seahorse (Hippocampus bargibanti): sesuai dengan namanya, hewan ini merupakan kuda laut berukuran sangat kecil. Total panjang maksimumnya hanya mencapai 2,7 cm. Habitat mereka sangat khusus, dimana pada usia dewasa menghabiskan keseluruhan hidupnya pada satu jenis koral Gorgonian Sea Fan dari spesies Muricella paraplectana dan atau Muricella plectana, dengan berpegangan menggunakan ekornya. Tidak mudah untuk dapat menemukan Kuda Laut jenis ini, karena kemampuan berkamuflase nya yang cukup tinggi. Dimana tubuhnya akan memiliki warna mirip dengan batang Gorgonia, dan benjolan-benjolan di tubuhnya akan serupa dengan polip Gorgonia. Gorgonia sendiri meskipun dapat hidup selama 100 tahun, merupakan koral yang sangat rentan rusak. Oleh karenanya, harus sangat berhati-hati ketika penyelam sedang berada di sekitarnya.
Denise's-Pygmy-Seahorse-(Hippocampus-denise)
Bargibant’s Seahorse (Hippocampus bargibanti) di antara batang soft coral Gorgonia jenis Muricella paraplectana.
  • Holthuis’s Shrimp (Ancylomenes holthuisi): udang kecil bertubuh tranparan ini merupakan udang laut dari keluarga Palaemonidae, yang banyak terdapat pada perairan Indo-Pasifik. Merupakan udang pembersih yang biasanya hidup bersama di sekitar Anemon, koral Scleractinia (koral batu) dan ubur-ubur.
Transparent-Shrimp
Holthuis Shrimp (Ancylomenes holthuisi) di atas koral batu Scleractinia (Ctenactis echinata).
  • Hermit Crab (Paguroidea): dikenal di Indonesia sebagai Kelumang. Merupakan kepiting dari keluarga Paguroidea, yang menggunakan cangkang gastropoda (siput) yang telah kosong sebagai rumahnya, untuk melindungi bagian abdomennya yang lunak. Terkadang kita bisa menemukan juga kelumang yang bersimbiosis dengan Anemon. Dimana Anemon akan tumbuh pada cangkang gastropoda, dan dengan sengatnya memberikan tambahan perlindungan bagi Kelumang, sementara Anemon akan berbagi makanan dengan Kelumang yang membawanya kesana kemari.
Hermit-Crab
Hermit Crab (Paguroidea) sedang mencari makan pada malam hari, di situs penyelaman Nudi Falls.
Hermit-Crab-2
Perhatikan Anemon yang melekat pada cangkang yang dibawa oleh Hermit Crab (Paguroidea). Ini adalah salah satu contoh simbiosis mutualisma.
  • Bluespotted Stingray (Dasyatis kuhlii): adalah spesies dari ikan pari bersengat dari keluarga Dasyatidae. Mereka sering terlihat membenamkan diri pada dasar yang berpasir, dan menggunakan lubang yang berada pada bagian belakang matanya untuk bernapas. Makanan utamanya adalah udang, ikan bertulang kecil, moluska, kepiting dan cacing. Sekilas seringkali mirip dengan Bluspotted Ribbontail Ray (Taeniurra lymma). Ciri pembeda yang paling mudah adalah, jenis terakhir tadi memiliki bentuk tubuh yang lebih bundar dan bintik-bintik biru yang lebih pekat dan banyak, serta lebih memilih untuk berada di permukaan pasir daripada membenamkan diri.
640px-Bluespotted_stingray_papua_new_guinea
Bluespotted Stingray (Dasyatis kuhlii) pada dasar berpasir. (sumber: http://www.wikimedia.com)
  • Wonderpus Octopus (Wunderpus photogenicus): adalah spesies gurita berlengan panjang dari genus Wunderpus. Cirinya sangat khas, yaitu bermata kecil pada batang yang memanjang, dan memiliki warna yang pekat serta pola garis-garis dan bintik-bintik putih yang tersebar pada background merah kecoklatan. Sekilas hampir mirip dengan Mimic Octopus (Thaumoctopus mimicus), bedanya hanya pada kebiasaan hidupnya. Dimana Mimic Octopus merupakan hewan diurnal (aktif pada siang hari, dan beristirahat di malam hari), sementara Wonderpus merupakan pemburu krepuskular (sangat aktif pada senja dan atau fajar).
Wonderpus
Gurita Wonderpus (Wunderpus photogenicus) sedang beraktifitas di situs penyelaman Pasir Parigi.
  • Coconut Octopus (Amphioctopus marginatus): Gurita jenis ini disebut sebagai Gurita Kelapa karena kebiasaannya menggunakan cangkang-cangkang kelapa atau cangkang kerang sebagai rumahnya dan membawanya kesana kemari. Merupakan moluska kelas Cephalopoda (kepala kaki) berukuran sedang yang termasuk ke dalam genus Amphioctopus. Biasanya menjadikan udang, kepiting dan kerang sebagai mangsanya.
Coconut-Octopus
Gurita Kelapa (Amphioctopus marginatus) dengan sepasang cangkang kerang yang dibawanya di situs penyelaman Pasir Parigi.
  • Cuttlefish (Sepiida): atau kita kenal sebagai Sotong merupakan hewan laut dari ordo Sepiida, dan kelas Cephalopoda dimana termasuk di dalamnya adalah cumi-cumi dan gurita. Terdapat banyak jenis Cuttlefish di dalam perairan Selat Lembeh, di antaranya adalah: Broadclub Cuttlefish (Sepia latimanus), lalu Crinoid Cuttlefish (Sepia sp) yang merupakan spesies khusus yang belum terdeskripsikan dan berasal dari Indonesia dengan ukuran sekitar 4 cm, serta bintang dari perairan Lembeh yaitu Flamboyant Cuttlefish (Metasepia pfefferi) yang memiliki corak sangat cantik terutama ketika sedang dalam bahaya.
maxresdefault
Cuttlefish (Sepiida) sedang berburu di dasar berpasir. (sumber: http://www.youtube.com)
IAM-105%20juvenile%20Flamboyant%20cuttlefish,%20Metasepia%20pfefferi
Flamboyant Cuttlefish (Metasepia pfefferi) yang menjadi idola di Selat Lembeh. (sumber: http://www.animal-kid.com)
  • Nudibranch (Nudibranchia): merupakan salah satu hewan laut yang paling digemari oleh para macro fotografer, karena ukurannya yang kecil namun memiliki motif yang sangat beragam. Terdapat lebih dari 2000 spesies Nudibranch yang telah diidentifikasi dan diberi nama. Nudibranchia sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu Nudus yang berarti telanjang dan Brankhia yang berarti insang. Karena memang hewan ini memiliki insang yang dapat kita lihat langsung. Hewan yang merupakan siput laut ini dalam bahasa Indonesia justru dikenal dengan sebutan Kelinci Laut. Meskipun golongan siput, hewan ini tidak memiliki cangkang, karena langsung mereka tanggalkan setelah melalui fase larva nya. Dan uniknya, ternyata mereka merupakan karnivora yang terkadang bersifat kanibal.
Nudibranch-2
Salah satu jenis Nudibranch (Nudibranchia) yang cantik di dasar situs penyelaman Nudi Falls.
Nudibranch
Insang telanjangnya yang berwarna kuning dan berjumlah empat buah di bagian belakang dekat ekornya itu dapat ditarik masuk ke dalam tubuhnya, jika menghadapi bahaya.
Sea-Slug
Sejenis Nudibranch (Nudibranchia) atau kah Sea Slug?
  • Sea Cucumber (Holothuroidea): yang sering kita kenal sebagai Teripang atau Gamat, merupakan hewan laut berkulit dan memiliki tubuh yang dapat memanjang serta berisi organ reproduksi yang bercabang. Teripang sangat berperan dalam ekosistem laut karena mereka membantu dalam daur ulang nutrien, memecah partikulat material organik yang telah mati untuk selanjutnya didegradasi oleh bakteri-bakteri pengurai. Hewan ini dapat dikonsumsi oleh manusia, dan mulai banyak digunakan untuk keperluan medis.
Sea-Cucumber-(Holothuroidea)
Sea Cucumber (Holothuroidea) atau Teripang pada penyelaman malam di Nudi Falls
  • Starfish (Asteroidea): atau Bintang Laut, meskipun dalam bahasa Inggris menyandang kata fish, namun hewan ini bukanlah ikan. Melainkan adalah golongan Echinoderma berbentuk bintang yang termasuk ke dalam keluarga Asteroidea. Hewan ini memiliki kulit duri yang terbuat dari zat kapur. Secara phylogenetis masih berkerabat dengan Teripang (Holothuroidea), dan juga memiliki pola makan yang sama. Ada sekitar 1500 jenis Bintang Laut di seluruh dasar laut dunia, mereka ditemukan pada zona Intertidal (pinggir pantai) hingga zona Abyssal di kedalaman 6000 meter dari permukaan laut. Corak warna serta ragamnya pun bermacam-macam.
Starfish
Salah satu jenis Starfish (Asteroidea) yang saya temukan di situs penyelaman Nudi Falls.

Selama dua hari satu malam penyelaman di Selat Lembeh, terhitung ada sekitar duapuluhan jenis hewan laut yang saya temui di dasarnya. Dan semuanya saya dapati dengan cukup mudah. Ini menjadikannya sebagai salah satu trip penyelaman terbaik saya.

Diving-in-Pasir-Parigi
Melayang di atas tumpukan karang, di situs penyelaman Pantai Parigi. (foto oleh: Shinta Juwita)

Dengan jumlah, keunikan dan keberagaman mahluk di Selat Lembeh yang memanjakan para fotografer dan videografer bawah laut, rasanya wajar jika tempat tersebut kini mendapat gelar The Makkah of Macro Photography.


Divelog

Day 1 (no.5-8)

  • Bianca: 19.6 meters, 54 minutes, muck diving.
  • Pantai Parigi: 21.2 meters, 57 minutes, muck diving.
  • Jahir: 12.7 meters, 58 minutes, muck diving.
  • Nudie Fals: 12.2 meters, 47 minutes, night diving.

Day (no. 9-11)

  • Nudi Retreat: 24.6 meters, 50 minutes, muck diving.
  • Pantai Parigi: 21.4 meters, 48 minutes, muck diving.
  • Nudi Falls: 14.4 meters, 48 minutes, muck diving.

Dive Operator: Minahasa Divers – www.minahasadivers.com

Happy-Divers
The Happy Divers!

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software

Posted by

a Globetrotter | a Certified Diver: PADI Advance Diver and AIDA** Pool Freediver | a Photography Enthusiast | a Laboratory Technician.

33 thoughts on “Dive in The Makkah of Macro Photography

  1. Pertama dengar ‘muck diving’, kedengerannya ‘mug diving’, dan yang terbayang adalah diving sambil bawa2 mug 😀

    Btw asik banget bisa ketemu ikan2 yg selama ini cuma muncul di majalah or tv. Frogfish yang siripnya mirip tangan itu tampak menyerupai monster.

    Ketemu coelacanth juga gak, habitatnya di perairan Sulut juga kan?

    Liked by 1 person

    1. Bisa aja sih diving sambil bawa-bawa mug. Mug nya nemu di dasar laut 😀

      Iya, menyenangkan sekali bisa melihat hewan-hewan laut di tempat aslinya. Beberapa di antaranya penampilannya benar-benar di luar imajinasi selama ini. Dan setelah mempelajari satu-satu tentang hewan-hewan tersebut, baru tahu kalau beberapa di antaranya itu bahaya banget kalau dipegang atau dimakan 🙂

      Iya, memang pernah ditemukan Coelacanth yang tersangkut jaring nelayan di Sulut. Dan, rejeki banget seandainya bisa ketemu Coelacanth. Tapi sepertinya hewan purba itu habitatnya di tempat yang lebih dalam lagi. Kemarin penyelaman maksimum gak sampai 25 meter.

      Like

  2. Selalu terkagum-kagum sama warna-warni yang tersimpan di Selat Lembeh… dan mupeng sama foto-fotomu, Bart. I want to say hi to that yellow frog fish, “hi pretty fish!” 🙂

    Baru-baru ini aku baca satu teori yang mengatakan bahwa dulu di Selat Lembeh terjadi praktik penangkapan ikan yang berlebihan, dan hal tersebut mengurangi populasi ikan predator secara signifikan. Akibatnya ikan-ikan yang berada di rantai makanan sebelum sang predator jadi berkembang pesat. Mungkin kamu pernah denger/baca teori lain?

    Liked by 1 person

    1. Mupeng adalah isyarat bahwa sudah waktunya kamu ambil kursus diving Bam. Ayolaaaah, biar kita bisa dive trip rame-rame 🙂

      Itu bukan hanya teori Bam, tapi memang kenyataannya seperti itu. Dan itu salah satu alasannya kenapa kampanye no-shark-finning gencar dilakukan. Karena hiu termasuk predator yang menduduki posisi puncak pada rantai makanan, jika populasinya berkurang maka predator selanjutnya yang di bawahnya akan berkembang biak tanpa control yang cukup, dan akhirnya ikan-ikan di bawahnya akan habis. Kasus yang hampir serupa, seperti yang aku jelaskan di dalam tulisan di atas, dimana Lionfish menjadi invader yang merusak di perairan Semenanjung Timur Amerika.

      Kalau spesifik tentang hal itu di Lembeh, aku belum dengar. Tapi aku rasa dalam skala yang luas hal-hal semacam itu berlaku di hampir seluruh wilayah perairan Indonesia. Dalam hal ini EDUKASI merupakan salah satu langkah kunci yang harus diambil … Setuju? 😉

      Like

    1. Hahaha kalau Scuba Diving jelas-jelas gak bisa ngajarin, soalnya emang cuma instruktur yang bisa ngajarin. Tapi kalau mau belajar freedive, boleh lah saya bisa share sedikit-sedikit … Cuma harus bisa renang dulu yaaa 🙂

      Like

  3. Muck diving memang bikin ketagihan kalau bawa kamera sendiri 😀 Jadi kangen ingin kembali ke Lembeh 🙂
    Di Sulawesi Utara juga ada daerah penyelaman selain Bunaken dan Lembeh: Pulau Bangka. Di sana lbh mix antara muck dan coral diving..Saya lebih demen di Bangka ketimbang Bunaken.

    Like

    1. Betul mbak. Muck diving kalau gak bawa kamera pasti kurang seru, sementara yang lain mengamati sambil motret-motret kita malah lihatin doang hehe …

      Iya, pengen juga punya kesempatan nyelam di Pulau Bangka. Dan saat ini pun pulau tersebut sedang dalam masalah. Ada perusahaan yang berencana melakukan penambangan disana, dimana diperkirakan itu akan merusak alam termasuk situs-situs penyelaman yang ada di pulau itu. Bahkan beberapa waktu yang lalu, sempat ada cerita beberapa diver yang diusir ketika akan melakukan aktivitas diving di Pulau Bangka.

      Petisi penolakan untuk ekplorasi tersebut juga sudah banyak diedarkan …

      Liked by 1 person

      1. Iya, sedih memang yg terjadi di Bangka. Aku kebetulan ngikutin perkembangannya dari awal dan udah frustrasi bgt. Udah 4 tahun skrg. Ada byk posting ttg pulau Bangka kok di blogku 🙂

        Liked by 1 person

      2. Ah iya, kayaknya aku harus belajar banyak nih soal diving dan underwater photography sama mbak Indah.

        Wah kebetulan nih, aku bisa baca-baca juga soal Bangka … Mudah-mudahan kita masih bisa menjaga dengan kepedulian kita ya.

        Liked by 1 person

      3. iya 😊 kalau tertarik utk nulis di majalah bisa kok tulis lagi soal Bangka..aku ada info contact person di Jakarta dan Pulau Bangka yg bisa kasih update terakhir..butuh terus dipublikasiin biar gak lupa 😊😊

        Liked by 1 person

  4. Your underwater photography is great! I am impressed with the variety of life you were able to find and photograph. And I am also amazed with variety of species the ocean carries. Beautiful.

    Like

    1. Thank you for your nice compliment. I’m still a newbie and need so many improvements. But, I think I would love to dive and dive again for that. Yes, it’s one of the best dive spot in Indonesia, with so many beautiful species, some of them are unique and endemic. Please come to Indonesia someday …

      Liked by 1 person

  5. Wah ya ini tulisannya detail sekali, layaknya peneliti kelautan. Pendokumentasiannya lengkap. Membuat saya pengen ngerasain menyelam huhuhu 😀

    Like

    1. Terimakasih Qy, kebetulan ini sekalian melengkapi divelog (catatan penyelaman), jadi sekalian nyusun buat belajar diri sendiri juga hehehe.
      Eh iya dooong, harus nyobain nyelam, minimal snorkeling. Tinggal di Indonesia rugi kalau gak menikmati keindahan bawah lautnya, karena kita tinggal di dalam wilayah segitiga terumbu karang dunia. Ayo kapan-kapan nyobain yaaa …

      Liked by 1 person

      1. Nah itu dia Mas. Cita-cita pengen main ke Wakatobi, Raja Ampat, (main lagi) ke Komodo, tapi belum pernah nyoba snorklingan atau nyelam. Semoga deh 🙂

        Like

Leave a reply to Badai Cancel reply